"Harusnya Anda tidak perlu seperti ini," ucap Rania pada pria di sampingnya.
"Tidak, putri saya yang salah jadi saya harus bertanggung jawab."
"Tapi, ini berlebihan, saya bisa mencucinya di rumah nanti."
"Tapi, saya tidak mau membuat Anda malu berjalan di sini dengan gamis penuh noda."
"Baiklah! Saya terpaksa terima karena Anda terus memaksa," ucap Rania akhirnya. Keduanya tertawa dan saling memberi salam sebelum berpisah.
Rania langsung masuk ke Beauty Girl. Salon sekaligus toko alat make up langganannya. Hamil membuatnya harus konsultasi dan membeli make up baru yang tidak mempengaruhi ibu hamil. Cukup lama dia mengobrol dan memilih make up. Dia juga menyempatkan diri untuk belajar make up natural.
Riasan model baru lengkap dengan gamis baru yang diberikan pria tadi membuat penampilan Rania jauh berbeda. Selain lebih segar, kecantikan seorang ibu yang bijaksana terpancar dari raut wajahnya. Dia benar-benar puas dengan hasil dari salon itu.
Namun, saat Rania berniat turun dari eskalator, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Pria yang membelikan dirinya gamis beserta anak dan seorang wanita tampak bahagia duduk di meja makan Restoran Ayam Wokwok. Yang paling mengejutkan adalah wanita itu Nabilla. Sang madu.
***
Rania sedang duduk di teras sembari menikmati teh hangat dan kudapan. Tak berapa lama mobil sedan putih Nabilla memasuki pagar. Wanita yang tidak lagi menggunakan riasan tebal itu menggerak-gerakkan bahunya. Jemari lentiknya sesekali memijat salah satu pundak.
"Assalamualaikum, Nia," sapa Nabilla.
"Wa'alaikumsalam, capek, Mbak?"
"He'em. Banyak kegiatan hari ini jadi badan rasanya pegel semua."
"Gimana enggak capek, jalan-jalan ke mall bawa anak memang kudu nguras tenaga, kan?" sindir Rania.
Nabilla terdiam seketika. Jakun yang tertutup hijab bergerak seolah susah payah menelan ludah. "Kamu tahu?"
"Hem, aku lihat."
"Nia, dengar—"
Belum selesai Nabilla bicara terdengar suara bel mobil dari arah gerbang. Bik Sarti yang baru saja selesai menyiram bunga, kembali membuka gerbang untuk tuannya.
Nabilla memandang Rania tajam. Dengan isyarat bola mata, Nabilla meminta madunya untuk tak cerita apa pun pada sang suami. Namun, wanita yang sedang hamil itu hanya mengendikkan bahunya, lalu segera bangkit menyambut kedatangan Firman.
"Assalamualaikum," sapa Firman.
"Wa'alaikumsalam," jawab Nabilla dan Rania hampir bersamaan.
Rania segera meraih tangan suaminya, mengecup dengan takzim, lalu menggelayut manja. Nabilla melakukan hal serupa, tetapi tak langsung menggandeng apalagi menempel pada sang suami.
"Kamu juga baru pulang, La?" tanya Firman.
"Iya, Mas. Baru saja aku masuk."
"Capek Mbak Billa itu, Mas. Seharian habis senang-senang dia," seloroh Rania.
Mendengar hal itu, Firman mengerutkan kening. Dia tidak mengerti maksud dari ucapan istri mudanya. Sementara Nabilla buru-buru mengambil tas sang suami berikut dengan jas yang sedari tadi ditenteng dengan tangan kiri. Wajahnya terlihat memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cinta Satu Atap
RomancePoligami tidak semudah yang dibayangkan. Seadil-adilnya seorang suami, tetap akan ada yang terluka. Lalu bagaimana cara Firman membagi cintanya pada kedua istrinya, Nabilla dan Rania.