"Aku janji akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu. Kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu kan?" ucap seorang pria pada wanita yang berbaring di sampingnya.
"Kau yakin orang tua kita akan setuju, Mas Ridwan?"
"Setuju atau tidak, kita akan menikah, Siska. Percayalah padaku!"
Sesuatu yang paling dikhawatirkan pun terjadi. Bulan berikutnya tamu bulanan Siska tak datang. Tanpa pikir panjang dia membeli testpack dan hasilnya positif. Dengan segenap keberanian Ridwan dan Siska menghadap pada kedua orang tuanya.
Saat itu, seluruh keluarga tengah merayakan pesta syukuran atas keberhasilan proyek yang sedang digarap. Ridwan yang ikut andil dalam mensukseskan semuanya memberi sambutan. Saat itulah dia berencana melamar Siska di depan seluruh keluarga dan karyawan.
".... Bersama dengan suksesnya proyek ini dan saya yakin akan diikuti kesuksesan saya yang lain. Saya berharap Nona Siska mau menemani hidup saya di setiap langkah."
Suasana seketika hening. Siska yang ragu akan rencana kekasihnya bergeming, tak peduli meski seluruh mata tertuju padanya. Benar-benar menegangkan.
Ridwan turun dari podium, berjalan ke arah Siska. Pria itu berjongkok tepat di depan sang wanita dan mengulurkan sebuah kotak berwarna merah yang isinya sebuah cincin berlian.
Siska tak tahu harus berbuat apa. Namun, akhirnya dia memberanikan diri menatap kedua orang tuanya yang juga hadir di sana. Tentu saja. Ibunya tersenyum, sementara ayahnya menatap ke arah lain. Tepatnya ke arah rekan bisnisnya, orang tua Ridwan.
Teriakan langsung menggema saat orang tua Ridwan mengangguk bersamaan. Selanjutnya Siska menerima cincin itu dan pesta malam itu semakin meriah karena dua keluarga bersatu.
Hari-hari semakin sibuk karena persiapan pernikahan. Ya! Siska dan Ridwan berhasil meyakinkan kedua keluarga agar segera meresmikan hubungan itu.
Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Ridwan tewas dalam kecelakaan tepat sehari sebelum pernikahan. Hal itu membuat duka mendalam bagi kedua keluarga. Terutama Siska yang menyadari perutnya kian membesar.
"Bangun, Mas! Bangun! Kau janji akan menikahiku!" teriak Siska sembari terus menggoyang tubuh tak bernyawa di depannya.
"Sabar, Nak! Tabahkan hatimu ...."
"Tidak!" Siska yang tadi duduk di samping mayat segera berdiri. "Kubilang bangun, Mas! Kau harus bertanggung jawab! Kau sudah janji padaku! Kau janji akan menjadi ayah untuk anak ini! Bagaimana aku bisa membesarkannya sendiri ...." tangis Siska kembali pecah.
Namun, seluruh keluarga langsung terkejut mendengar ucapan Siska. Terutama bagi seorang ayah yang punya banyak impian untuk anak gadisnya.
"Apa kau bilang?" tanya pria beruban dengan tangan mencengkeram kuat lengan putrinya. "Apa kau bilang, Sis? Kau hamil?"
Siska tak menjawab dan hanya bisa menangis. Hal itu membuat ayahnya semakin murka. Dia terus marah dan akan menampar putrinya. Hingga tiba-tiba seseorang menahan tangan ayah Siska.
"Tenanglah! Putrimu sedang hamil," ucap pria itu yang ternyata ayahnya Ridwan.
"Apa kau tak dengar? Apa yang akan aku lakukan selanjutnya? Dia telah mempermalukan keluargaku. Dia—"
"Cukup! Suara tinggimu hanya akan membuat runyam masalah. Dengar! Anak dalam perutnya cucuku juga. Aku akan menerimanya sebagai cucuku."
"Tapi, bagaimana?"
"Kau tahu aku memiliki putra lainnya. Putrimu akan menikah dengan putra kedua ku, Burhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cinta Satu Atap
RomancePoligami tidak semudah yang dibayangkan. Seadil-adilnya seorang suami, tetap akan ada yang terluka. Lalu bagaimana cara Firman membagi cintanya pada kedua istrinya, Nabilla dan Rania.