[0.4]

20K 2.6K 11
                                    

Bagian 0

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 0.4
–Kesepakatan Bersama Pemeran–

•••

Ardhan. Antagonis kedua. Laki-laki yang mencintai Ayra. Sahabat kecil Ayra.

Hubungan mereka berdua menjadi renggang, setelah saat itu, Ardhan mengungkapkan rasa cintanya secara langsung.

Lalu jika ditanya, apa Ardhan salah karena mencintai? Lagi-lagi jawabannya tidak.

Seperti Gladys yang berhak mencintai Kenan, Ardhan pun berhak mencintai Ayra.

Mencintai siapapun itu.

"Apa yang kamu pikirkan tentang cinta, Cakra?" tanyaku pada Cakra yang masih setia mengikuti.

Cakra menoleh, "Cinta ya? Ehm, suatu hal yang gila mungkin?" jawabnya yang terdengar ragu.

Aku mengangguk setuju lalu tersenyum padanya, "Kamu bahkan masih ragu dengan jawabanmu sendiri ya."

Cakra tertawa pelan. "Apa yang lo harapin dari seorang yang bahkan gak pernah ada dihubungan seperti itu, Sya?"

Aku menaikkan bahu, "Entah, hanya saja setiap orang pasti punya pendapatnya sendiri untuk setiap hal."

"Lalu pendapat lo apa?" dengan baik dia mempertanyakan hal yang sama.

"Cinta itu.. aneh Cakra. Mau dilihat dari sisi manapun, rasanya seperti ada yang salah."

"Bahkan jawaban lo pun terdengar aneh, Sya."

Aku tersenyum, "Apa yang kamu harapkan dari seorang yang bahkan belum pernah ada dihubungan seperti itu, Cakra?"

Cakra tertawa. "Hanya saja, setiap orang pasti punya pendapatnya sendiri untuk setiap hal, itu kan yang lo bilang?"

Aku tersenyum tipis dan diam tanpa merespon.

Berhenti diambang pintu kantin dan melihat area pojok kiri kantin itu. Disana, terlihat perkumpulan lelaki yang bahkan berani merokok tanpa takut.

Sudah kuingatkan bahwa mereka tidak berguna.

Bersyukurlah mereka karena ini sudah jam pulang sekolah dan ketua Organisasi Siswa disebelahku ini tidak mengamuk lalu mencatat nama mereka semua di buku hitam.

Ah tapi agaknya, melihat raut kesal Cakra, sepertinya mereka akan kehilangan beberapa point kesopanan.

Aku ingin mendekat, tapi Cakra melarang. "Jangan, Sya."

"Kenapa sih? Kamu gak perlu risau, kalau serigala liarnya ngamuk nanti, aku cuman perlu kasih dia makan. Menarik kan?"

Aku melangkah kearah mereka. Dengan Cakra yang pasrah karena aku paksa untuk menunggu saja dibelakang sana.

Karena jika aku ajak dia kesana, akan terjadi peperangan antara ketua organisasi siswa dan anggota GALA yang tidak berguna itu.

Dan jika itu benar-benar terjadi, maka pada akhirnya aku yang akan terkena imbasnya. Tidak boleh, itu merepotkan.

Transmigrasi FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang