Bagian 1.5
–Tenggelam Bersama Ardhan–•••
Bagi Ardhan, segala hal tentang cinta itu terdengar rancu. Semua hal tentang cinta itu, artinya kacau. Seperti dia, yang tidak mengerti apapun pada awalnya.
Pertanyaan, kenapa ibunya tidak pernah mau menatapnya, selalu tertanam dalam otaknya.
Pertanyaan, kenapa ayahnya hanya diam tanpa kata, selalu menjadi hal paling membingungkan baginya.
Bagi Ardhan yang merasa tidak pernah dicintai, mencintai pun artinya sama. Tidak bisa, tidak boleh, jangan bahagia.
"Ardhan, cinta itu apa sih?" tanya seorang gadis kecil dengan ceria.
Sambil duduk di atas ayunan kayu, gadis itu sesekali tertawa saat Ardhan mendorong ayunannya dari belakang.
Ardhan kecil terlihat mengernyitkan keningnya saat itu. Dia memiringkan kepalanya. "Aku gak pernah dengar tentang itu," jawabnya ragu.
Gadis kecil itu mendengus kecewa. "Ardhan beneran gak tau?" tanyanya lagi.
Ardhan kecil hanya bisa mengangguk pelan.
"Sebenarnya Ayra juga gak tau. Tapi Bunda Ayra bilang, kalau cinta itu artinya sayang, suka sama seseorang gitu loh," ucap gadis kecil itu.
Ardhan kecil kembali mengernyitkan keningnya. "Sayang?"
Gadis kecil itu mengangguk dengan cepat. "Iya. Ardhan sayang gak sama Ayra?"
Ardhan kecil mengangguk. "Iya. Soalnya Ardhan cuman bisa sayang sama Ayra aja. Ayah sama Bunda gak bisa."
Ayra tersenyum senang. "Itu artinya, Ardhan cinta sama Ayra."
Ardhan kecil mengerjabkan matanya beberapa kali. "Gitu ya? Berarti Ardhan cinta Ayra?"
Ayra kecil kala itu mengangguk dengan pasti. Membuat ragu dalam diri Ardhan seperti diterjang badai. Ribut, seperti ombak yang membuatnya takut.
Tapi dilain sisi, ragu yang lainnya tiba-tiba datang. Kala itu, dia mulai berpikir, bahwa dia akhirnya bisa mencintai seseorang. Mencintai Ayra.
"Ayra sayang sama Ardhan?" tanyanya dengan pelan. Berharap, hal yang akan terucap dari bibir gadis kecil itu adalah hal yang ada dibenaknya.
Ayra kecil mengangguk dengan cepat. "Iya."
Jawaban yang membuat dirinya seperti memiliki hal yang baru. Dunianya yang dulunya hanya hitam putih, kini mulai memiliki warna lain.
Ardhan bisa melihatnya.
Warna-warna itu, terlihat sangat jelas. Menciptakan kubangan - kubangan dihidupnya. Membuat kubangan itu lama-lama menjelma menjadi sekumpulan. Seperti laut, terlalu dalam. Sampai-sampai membuatnya tenggelam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Figuran
Short StoryRaisya Bunga, bukanlah pemeran utama. Dia hanya ditakdirkan menjadi figuran untuk melancarkan jalannya kisah orang lain. Tapi mau bagaimanapun, seorang figuran juga pasti punya kehidupannya sendiri. Terlepas dari bagaimana nantinya, Raisya hanya in...