Bagian 2.2
–Perihal Merelakan Yang Tak Memiliki Akhir–•••
Aku memijat pelan pelipis ku yang terasa sedikit pening. Berada di dalam ruang organisasi siswa seorang diri dengan suasana yang sepi membuatku lupa waktu sesaat.
Besok adalah jadwal untuk acara yang sudah aku dan anggota jurnalistik persiapan sejak jauh-jauh hari. Melihat mereka yang sangat-sangat semangat dalam mempersiapkan acara, membuatku tidak bisa seenaknya saja dalam menjadi penanggung jawab mereka.
Aku ingat-ingat, rasanya aku tidak pernah berpikir untuk melakukan hal-hal melelahkan seperti ini sejak awal. Menjadi wakil organisasi siswa secara tiba-tiba saja rasanya sudah merepotkan.
Tapi apa ini. Tubuhku, tidak tapi diriku, seakan merasa kalau ini semua adalah tanggung jawab dan aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
Atau mungkin itu karena aku memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi? Tidak mungkin juga, manusia yang sering bolos sepertiku apa mungkin bisa disebut bertanggung jawab?
Semua hal yang terjadi membuatku sering menghela nafas. Rasanya lelah. Aku menidurkan kepalaku diatas meja dalam keadaan miring.
Melirik kalender yang terpajang di atas meja membuat otakku melayangkan berbagai macam pertanyaan.
Sudah berapa lama aku berada disini? Di dunia ini, bersama orang-orang yang terkadang tidak dapat dimengerti oleh diriku sendiri.
Tapi kenapa ya, kenapa diriku merasa terbiasa dengan semuanya?
Seakan-akan, aku memang mempunyai kendali atas hidupku yang aku jalani di dunia ini. Tidak seperti dulu.
Gina juga, apa kabar dia? Temanku satu-satunya. Si manusia yang tiba-tiba muncul dan membuatku tidak merasakan lagi rasanya sendirian di dunia yang terasa asing saat itu.
Pada beberapa waktu aku sadar kalau aku sudah mengalami lupa ingatan sebanyak dua kali.
Eh, iya kan? Kemunculanku di dunia ini yang tiba-tiba sebagai Raisya Bunga. Aku memang mendapatkan sebagian ingatan dari pemilik tubuh sebelumnya, sampai aku sadar kalau sebagian besar ingatan yang lain tidak aku ketahui dan baru saja muncul perlahan-lahan.
Jadi, apa itu bisa disebut sebagai lupa ingatan? Yah, anggap saja seperti itu.
Ngomong-ngomong tentang dunia ini, aku masih bertanya-tanya sampai saat ini, apa benar kalau ini adalah dunia novel?
Rasanya dunia ini tidak se-sederhana dunia novel saja. Apa ya? Seperti memili sebuah rahasia yang sepatutnya tidak diketahui oleh para manusia, mungkin?
Tapi.. jika memang benar bahwa ini hanya dunia novel, kenapa segalanya bisa diubah dengan mudah bahkan hanya dari hal-hal kecil seperti ini.
Aku yakin ada yang janggal dengan kehadiranku di dunia ini. Karena jika tidak, hal tidak masuk akal seperti ini tidak mungkin terjadi kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Figuran
Historia CortaRaisya Bunga, bukanlah pemeran utama. Dia hanya ditakdirkan menjadi figuran untuk melancarkan jalannya kisah orang lain. Tapi mau bagaimanapun, seorang figuran juga pasti punya kehidupannya sendiri. Terlepas dari bagaimana nantinya, Raisya hanya in...