[0.6]

16.9K 2.5K 31
                                    

Bagian 0

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 0.6
–Sebuah Perubahan–

•••

Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Nathan. Kenan berniat untuk membuat kesepakatan bersama anggota Organisasi Siswa.

Bahkan sangking niatnya, dia sampai mengikut sertakan beberapa guru sekolah ini.

Saat ini aku sedang berada di ruang rapat Organisasi Siswa. Duduk dengan malas disebelah Cakra dan sesekali menguap karena jujur saja aku masih mengantuk sekarang.

Apalagi melihat enam anggota inti GALA ada didepan mataku saat ini.

Dan yang lebih mengesalkannya lagi adalah fakta bahwa ternyata Nathan termasuk dalam anggota inti GALA yang termuda.

Ingatkan aku untuk menggetok kepalanya nanti. Bisa-bisanya dia. Memang benar-benar adik durhaka.

Tuk! Tuk! Tuk!

Karena malas aku mengetuk-ngetuk meja rapat. Sesekali bersenandung kecil tanpa peduli mereka akan terganggu atau tidak.

Aku tatap satu persatu dari keenam anggota itu. Jika diabsen, hanya empat dari mereka saja yang aku kenal, sedangkan duanya lagi aku tidak tau, atau lebih tepatnya tidak ingat.

"Jadi, kesepakatan apa yang mau GALA buat dengan organisasi siswa?" tanya Cakra to the point setelah sekian lama guru-guru hanya basa-basi saja.

Aku menyoraki Cakra dalam hati. Sepertinya, Cakra benar-benar mengerti apa yang aku rasakan.

Terimakasih padanya, yang sudah menyelamatkan diriku dari kebosanan ini.

Jadi, bisakah kita mulai saja agar cepat selesai?

Pak Bakri, guru paling loyal disekolah ini tertawa sebentar. "Jangan seperti itu, Cakra. Anggap kita sedang bersilaturahmi, membaur, dan saling berdamai."

Cakra menghela nafas, aku pun ikut menghela nafas. "Saya hanya bertanya, Pak."

Aku mengangguk membenarkan apa yang Cakra ucapkan. Karena kali ini, aku hanya berada di pihak Cakra saja.

Yang lainnya? Huh, tidak menarik.

Saat tidak sengaja bertatapan dengan Nathan aku langsung memberinya tatapan tajam. Sedangkan dia hanya menyengir dan tetap duduk dengan tenang.

Aku mendengus. "Bisa kita mulai, Pak?"

"Raisya, sabar sayang. Kita harus mendekatkan diri satu sama lain dulu. Daripada seperti biasanya, bermusuhan, gak baik," ucap Bu Anggun, guru perempuan paling lembut dan paling pengertian.

Aku menatap Bu Anggun kesal. "Ini sudah terlalu lama untuk terus berbasa-basi lagi, Bu."

"Lagipula, kenapa juga mereka ber-enam hanya diam sedari tadi? Apakah mereka patung?" tanyaku sekaligus menyindir anggota inti GALA yang hanya diam.

Transmigrasi FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang