[1.6]

9.2K 1.4K 48
                                    

Bagian 1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 1.6
–Sedikit Hal Tentang Cakra–

•••

Saat itu, adalah hari dimana segalanya berubah. Seakan, dunia sengaja menghilangkan segalanya tanpa mengikut sertakan Cakra juga.

Meninggalkannya sendirian, lalu melupakannya begitu saja.

Dibuang. Ditinggalkan. Kehilangan.

Cakra berteman dengan yang namanya sepi. Sendiri baginya, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kehilangan.

Sunyi. Sepi. Mati.

Seperti landak, Cakra pun begitu. Tidak punya siapapun. Seakan Tuhan memang mau mengajarkan padanya, untuk berjuang sendirian. Hidup sendirian. Segalanya, sendirian.

"Jangan lupa bahagia, Sya."

Kata-kata itu. Apa itu bisa disebut sebagai kebohongan, jika bahkan bagi Cakra, bahagia tidak mungkin ada dalam hidupnya?

Pada akhirnya, tidak ada bahagia yang semudah katanya. Tidak ada bahagia, yang semudah dirinya sendiri katakan kepada orang lain.

"Jangan lupa bahagia." Cakra terkekeh geli saat menggumamkan kata itu.

Tawanya bertambah keras ketika pandangannya menangkap sesuatu di atas meja. Cakra berjalan pelan, dan mendekatinya. Melihat benda itu dengan tangan terkepal.

"Gimana caranya bahagia, Ma?" tanyanya dengan lirih.

"Gimana caranya bahagia, kalau yang ada saat ini cuman kesedihan aja, gimana Ma?"

Sunyi.

Dalam keadaan kamar yang gelap dan sepi, tidak mungkin ada yang menjawab pertanyaannya. Tidak mungkin ada.

Bajingan. Apa yang semesta mau sebenarnya? Sungguh. Cakra tau kalau dunia ini sangat raya. Cakra tau kalau tidak ada yang nirmala selain Tuhan.

Namun, Cakra bukanlah definisi dari sempurna. Karena seperti manusia lainnya, terkadang dia pun tidak bisa apa-apa.

Bodoh. Lemah. Ceroboh.

Bolehkah, untuk yang kesekian kalinya, dia mengeluh?

•••


Aku mendekati Cakra yang saat itu sedang duduk sendirian di dalam ruang Organisasi Siswa.

"Cakra," panggilku.

Tanpa menoleh, dia hanya bergumam saja. Sibuk membolak-balikkan sebuah berkas yang aku sendiri tidak tau itu berkas apa.

Apa dia benar-benar sibuk?

Aku duduk di depannya. Disebuah kursi yang terletak di seberang meja yang dia pakai. "Kamu gak istirahat dulu?" tanyaku.

Aku bingung sebenarnya. Tumben sekali dia seharian ini selalu berada di dalam ruang Organisasi Siswa.

Transmigrasi FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang