Kamis, 24 Agustus 2023.
Theta yang sejak pagi sudah berada di luar Aula, menanti respons Juna dan Enzo yang seharusnya memantau gerbang sekolah dari gedung kelas lantai 3 yang hanya berjarak 30 meter dari gerbang. Rencananya mereka akan mengawasi siapa saja yang hadir, terutama para calon OSIS dan orang-orang yang sekiranya mencurigakan.
Mengingat para pelajar tidak boleh membawa ponsel ke sekolah, Juna mengabarkan posisinya kepada Theta melalui Handy Talkie atau HT yang dipinjam dari kenalan Kyou. Theta tidak mengerti entah siapa-siapa saja kenalan Kyou yang memiliki barang-barang seperti ini.
"Bagaimana situasi di sana, Jun?" tanya Theta melalui HT-nya.
"Di sini mulai ramai berdatangan, Pak. Tapi Enzo belum juga hadir," jawab Juna dengan serius memantau tanpa menggunakan teropong sekali pun.
"Baiklah, tetaplah di posisimu sambil menunggunya," balas Theta mengantongi HT-nya.
Tidak lama, Juna melihat Bobby sampai dengan skateboard-nya, kemudian melewati gerbang dan langsung mengarah ke Aula dengan cepat. Sekilas Juna merasa lega karena Bobby baik-baik saja, tetapi analisanya yang cepat mengubah perasaan itu.
"Pak?! Halo, Pak?! Ada yang tidak beres!" seru Juna lewat HT-nya.
"Aku mendengarkan, ada apa?" respons Theta sigap mengambil HT-nya kembali.
"Aku mengenali skateboard yang Bobby pakai. Aku rasa dia memakai skateboard milik Enzo," kata Juna tertuju kepada motif skateboard yang dibawa Bobby. "Bukannya ini aneh, Pak? Apa kita harus mengeceknya di jalan? Sementara sekarang aku tidak boleh keluar lagi dari sekolah."
Theta mengetuk-ngetuk pelan HT-nya dengan dahinya, ia berpikir apa yang harus ia lakukan jika sudah seperti ini. Ia sependapat dengan Juna kalau Enzo dalam masalah, karena tidak mungkin Enzo memberi skateboard-nya kemudian membiarkan Bobby tanpa pengawasan.
Namun, Theta sekilas tersenyum, teringat dengan apa yang pernah ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. "Jun. Aku yakin kau percaya dengan kekuatannya Enzo, kan?"
"Tentu saja, dia itu kuat walau sering terlihat lemas," kata Juna dengan nada sedikit bersemangat.
"Kalau begitu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan bangunnya Macan Tidur," kata Theta membuat Juna tersenyum melenyapkan kekhawatirannya.
***
Di suatu taman yang begitu sepi, Enzo yang masih sedikit terkantuk berhadapan dengan seseorang yang ia lihat sebelumnya tampak membuntuti Bobby. Dengan berpakaian bak ninja yang hanya menyisakan kedua matanya yang terlihat, tentu membuat Enzo semakin curiga dengannya.
"Tolong jangan menghalangiku," pinta orang itu dengan suara yang berat. Namun, dengan Enzo yang masih menghadang, ia pun melontarkan sihir tanah keras layaknya batu seukuran bola kaki tepat ke arah wajah Enzo.
Dengan cepat, Enzo mengeluarkan kedua belatinya. Batu yang dilontarkan orang itu pun terbelah rapi menjadi dua dengan tebasannya. Namun, di luar dugaan Enzo, serangan batu tadi hanya mengalihkan pandangannya, sementara saat batu itu terbelah, orang itu sudah berlari mendekatinya. Dengan menciptakan semacam tonfa dari tanah, ia siap untuk menyerang Enzo dari jarak dekat.
Refleks Enzo yang cepat langsung menyilangkan kedua tangannya untuk menangkis hantaman tonfa dari orang itu. Keduanya melompat mundur selepas serangan pertama yang mendorong satu sama lain.
Tidak mau kalah, Enzo dengan langkahnya yang lincah menyerang lawannya bertubi-tubi, namun orang itu juga lihai dengan tonfanya yang menangkis semua serangan Enzo. Hingga pada akhirnya Enzo mampu mendaratkan pukulannya tepat di dada orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith in You : The Seeker
FantasyKehidupan yang kamu dambakan itu... Dengan mudahnya lenyap tepat di hadapanmu, Tidak ada harganya lagi. Frustrasi? Depresi? Bukan... Kata-kata tidak dapat mewakili perasaanmu kala itu, Bisa hidup setelah semua itu terjadi pun... Sungguh merupakan su...