15 - Grand Phantasm

38 1 12
                                    

Minggu, 22 Oktober 2023.

Selepas dari rutinitas subuhnya, Theta menghirup udara segar sambil sesekali merenggangkan tubuhnya di balkon apartemen. Di hadapannya, kegelapan malam perlahan tergantikan oleh sinar lembut matahari yang menyebar rona keemasan di langit timur. Suasana seperti inilah yang menjadikan momen terbaik bagi Theta untuk menyegarkan pikiran dan hatinya. Namun, pikirannya justru terbesit kepada kebiasaan lama yang sebelumnya masih baik-baik saja.

"Sambil jogging sepertinya boleh juga. Mungkin Ina-..."

Ucapan Theta tertahan dengan lidahnya yang seperti baru saja tergigit, terbesit untuk melatih staminanya kembali dengan bantuan Inaya seperti dulu. Namun, ia membantah dirinya sendiri dengan menggeleng cepat. Keadaan sudah tidak lagi sama, seharusnya ia sadar akan hal itu.

Tok! Tok! Tok!

Spontan Theta menoleh ke arah pintu kamarnya dengan tatapan waspada setelah mendengar suara ketukan itu. Mendatangi seseorang di jam-jam seperti ini tentunya bukanlah hal yang biasa.

"Theta...," panggil seorang wanita pelan.

Mata Theta seketika melebar karena mengenali suara itu. Ia langsung melepas kewaspadaannya, dan segera membukakan pintu. Tepat di hadapannya, ia akhirnya bisa bertemu kembali dengan wanita yang ia khawatirkan keberadaannya selama ini.

"Asih. Ke mana saja ka-..."

Theta seketika terdiam karena Asih langsung memeluknya erat dan menempelkan wajahnya di dada Theta. Theta tertegun tidak tahu harus merespons seperti apa, seolah dipeluk oleh kembalinya anak kecil yang telah lama tersesat. Mencoba melepas pelukan itu pun, Asih justru memeluknya semakin erat hingga sulit untuk dilepaskan.

"Sih... aku akan mendengarkan jika kamu mau cerita," kata Theta pasrah, kemudian Asih mengangguk pelan dengan tetap memeluknya erat.

"Terima kasih... sudah menolongku, Ta...," kata Asih sedikit gemetar. "Aku minta maaf... karena selalu menghilang tiba-tiba tanpa aku sadari."

"Ya..., tidak apa-apa, Sih. Yang penting kamu baik-baik saja saat ini," balas Theta sambil mengelus kepala Asih pelan.

Asih tersenyum singkat, tetapi perlakuan baik dari Theta justru membuatnya tidak bisa menahan isak tangisnya.

"Soal ingatanku..., aku mulai mengingat... berbagai hal secara sekilas, tapi... terlalu sulit bagiku untuk memahaminya...," lanjut Asih terbata-bata.

Theta menajamkan alisnya. "Contohnya?"

"Aku... tidak tahu bagaimana menjelaskannya, bahkan nama asliku pun... tetap tidak terlintas. Namun, semakin banyak yang aku ingat..., aku semakin takut..., takut dengan jati diriku..., dan juga takut kehilangan kamu, Ta...," jawab Asih terisak.

"Tunggu..., aku tidak begitu paham. Apa yang sebenarnya kamu ingat?!" tanya Theta menggebu-gebu.

Asih menggeleng pelan di dada Theta, kemudian melangkah mundur melepas pelukannya. Dengan kedua pipinya yang sudah dibasahi air mata, ia menatap Theta sayu dengan senyuman yang tampak ia paksakan.

"Agar semua itu tidak terjadi..." Asih kembali melangkah mundur hingga keluar ruangan. "Maaf..., aku harus pergi lagi. Selamat tinggal..."

"Asih!" panggil Theta mengejar Asih yang langsung berlari meninggalkannya.

Ketika Theta mendekati area lift, ia yakin Asih tidak menggunakan lift karena angka lift yang ditunjukkan saat ini begitu jauh dari lantai 7.

Faith in You : The SeekerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang