Minggu, 01 Oktober 2023.
Malam itu, Ulya sudah duduk dan saling berhadapan dengan Inaya di depan meja. Rencana untuk meluruskan masalah Theta akhirnya dilakukan di kamar Inaya, walaupun sebelumnya harus diawali dengan basa-basi yang tidak penting.
"Jadi... Kania itu siapanya Theta?" Tanya Inaya memulai.
"Dia teman masa kecilnya Theta, tepatnya sejak SD. Dia terlihat baik dan mudah gugup di keramaian." Kata Ulya mengulangi penjelasan yang sama.
"Bukan itu. Maksudku... apa mereka berdua... punya hubungan spesial?" Tanya Inaya memperjelas.
"Aku tidak tahu. Theta cuma pernah bilang padaku kalau mereka pernah saling suka, tapi itu cuma saat SMP." Lanjut Ulya.
"Apa itu... tidak masalah bagimu, Ul?" Tanya Inaya sedikit tertunduk.
"Aku... sebenarnya agak kesal ketika dia mengira aku ini pacarnya Theta, lalu berterima kasih kepadaku karena telah menjadi teman baiknya Theta." Jawab Ulya.
"Kena-..."
"Aku yang pernah menjauhinya rasanya tidak pantas dikatakan sebagai teman baiknya." Potong Ulya meninggi membuat Inaya kaget. "Maaf... itulah yang sebenarnya terjadi. Aku menjauhi Theta karena perasaan takutku. Aku takut dengan harapanku yang terlalu tinggi. Aku takut dengan kekecewaan yang akan terjadi. Aku takut... akan masa depan kami yang tidak pasti."
"Tapi... yang aku lihat kalian tampak baik-baik saja." Kata Inaya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Ulya.
"Itu karena aku yang memintanya untuk bisa akrab kembali, Nay. Dan kurasa dia hanya bersikap baik padaku." Kata Ulya kini sedikit tertunduk. "Aku... orang yang tidak tahu diri kan, Nay? Aku menyadarinya setelah berbicara dengan Kania waktu itu."
"Jangan bilang seperti itu, Ul!" Kata Inaya beranjak kemudian berpindah ke tempat Ulya duduk dan memeluknya. "Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Tapi setidaknya... apa yang kamu lakukan bisa memperbaiki hubungan kalian kembali."
"Ahaha... hentikan, Nay! Geli! Aku enggak apa-apa kok. Enggak perlu memelukku segala." Kata Ulya tertawa geli.
"Hehe... maaf." Kata Inaya kemudian melepas pelukannya. "Jadi... bagaimana perasaanmu terhadap Theta saat ini?"
"Aku... tidak tahu. Cinta itu rumit, bahkan aku tidak tahu bagaimana dulu aku bisa begitu nyaman bersamanya. Tapi untuk saat ini... aku cukup senang kok walau hanya bertukar pikiran dengannya." Kata Ulya kemudian tiba-tiba memegang kedua pundak Inaya. "Kalau kamu sendiri bagaimana?"
"Eh?! A-Aku?! Ma-Maksudnya?" Tanya Inaya panik.
"Jangan membuatku mengatakannya. Kalian itu sudah hampir sebulan sering bersama loh." Kata Ulya menepuk-nepuk kedua pundak Inaya. "Sekarang giliranmu jujur padaku, Nay. Pandanganmu terhadap Theta sudah berubah, bukan? Atau bahkan jangan-jangan kamu punya perasaan suka padanya."
"Ti-Tidak!" Pekik Inaya panik melepas pegangannya Ulya. "Me-Memang pandanganku terhadapnya berubah, ta-tapi... kalau suka... aku pun tidak tahu."
"Begitukah? Seperti apa coba pandanganmu sekarang?" Tanya Ulya memastikan.
"Di-Dia itu ternyata... orang yang baik, keras kepala, kelihatan dingin tetapi... diam-diam peduli dengan orang di sekitarnya." Kata Inaya perlahan teringat dengan semua yang pernah Theta lakukan terhadapnya. "Dia... suka blak-blakan kepadaku, suka bertengkar denganku, suka membantuku, suka dengan masakanku, suka..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith in You : The Seeker
FantasíaKehidupan yang kamu dambakan itu... Dengan mudahnya lenyap tepat di hadapanmu, Tidak ada harganya lagi. Frustrasi? Depresi? Bukan... Kata-kata tidak dapat mewakili perasaanmu kala itu, Bisa hidup setelah semua itu terjadi pun... Sungguh merupakan su...