06 - Asih

29 3 4
                                    

Senin, 28 Agustus 2023.

Theta menyempatkan waktunya untuk menulis progres pencariannya sebelum berangkat ke sekolah. Kini ia bisa kembali lagi ke sekolah dengan kondisi yang sudah tenteram. Media massa sudah teralihkan oleh informasi palsu yang Lisa buat. Para siswa di sekitarnya pun tampak normal tanpa tahu kejadian sebenarnya, seperti kejadian kemarin hanyalah sebuah kecelakaan. Ia pikir Lisa benar-benar sudah bekerja keras.

Sebelum ke ruangannya, Theta menyempatkan diri untuk melihat kondisi aula. Matanya seketika terbelalak melihat seisi gedung tampak baik-baik saja seperti sedia kala. Dengan cepat ia juga pergi ke gedung olahraga di mana Juna bertarung sebelumnya. Benar saja, seisi gedung itu juga tampak baik-baik saja dibanding apa yang pernah diceritakan Juna. Hal yang tidak masuk akal, kecuali ada campur tangan sihir.

"Pak Theta? Sedang apa anda di sini?" tanya Lala tiba-tiba mendatangi Theta yang kebetulan sedang dalam jam pelajaran olahraga tanpa adanya guru.

"Oh..., kamu rupanya," kata Theta sekilas melihat ke arah Lala. "Aku hanya memastikan apa yang dikatakan Juna soal tempat ini saat kejadian Kamis lalu."

"Oh..., soal gedung ini yang sempat berserakan itu ya, Pak?" tanya Lala, sementara Theta hanya mengangguk pelan. "Kabarnya sih sudah diperbaiki sejak hari Minggu kemarin, tapi cepat juga ya diperbaikinya."

"Begitu, ya..." Theta kemudian menatap Lala tajam. "Apa kamu menceritakan kejadian yang sebenarnya ke orang lain?"

"Ti-Tidak. B-Bu Lisa memintaku untuk merahasiakannya," jawab Lala gelagapan.

"Syukurlah...," kata Theta menghembus napasnya lega. "Jaga dirimu baik-baik, ya."

Theta langsung keluar dan menutup pintu gedung itu kembali. Sudah jelas bahwa ada campur tangan sihir dalam perbaikan kedua gedung tersebut. Rasa penasaran itu harus ia ungkap, menemui Lisa merupakan langkah yang tepat untuk menjelaskannya.

***

Theta dihadapkan pintu yang pernah ia masuki beberapa hari lalu, sebuah ruangan yang bertuliskan "Kepala Sekolah" di depan pintunya. Ia mencoba mengetuk pintu itu berkali-kali, tetapi tidak ada satu pun jawaban yang terdengar dari dalam ruangan.

"Maaf, Bu Lisa sepertinya hari ini tidak hadir ke sekolah," kata salah seorang guru yang juga tidak jadi bertemu Lisa.

"Benarkah? Beliau di mana?" tanya Theta sedikit kaget.

"Saya dengar beliau sedang ada keperluan di kota sebelah. Mungkin besok atau lusa beliau kembali lagi," jawabnya sedikit memelas. "Huft... padahal saya ingin cepat-cepat mengurus proposal ini ke beliau."

"Mmm... proposal untuk apa, Pak?" tanya Theta penasaran sambil melirik selembar proposal dan alat-alat unik yang dibawanya.

"Ingat tentang kebakaran di aula kemarin? Alat pembeku instan benar-benar bermanfaat di kala itu. Saya harap penemuan ini bisa bermanfaat jika diterapkan di sekolah ini," jawab guru itu bersemangat.

Theta tersadar akan sesuatu, kemudian ia mencoba memastikannya langsung.

"Mmm... anda ini Pak Willy, bukan? Yang punya pengalaman dalam penemuan alat-alat yang unik," tebak Theta.

Willy seketika terdiam dan menatap Theta dengan mata yang seperti berbinar-binar, seolah pada akhirnya ada orang yang mengerti dan tertarik tentang penemuannya itu.

"Hahaha... benar. Akhirnya ada orang yang mengenalku karena penemuanku," kata Willy bangga sambil menepuk-nepuk pundak Theta pelan menggunakan proposalnya. "Tapi dari mana kamu tahu soal itu?"

Faith in You : The SeekerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang