20 - All Out

8 1 13
                                    

"Sejak kapan ada menara di sekolah ini?" tanya Gamma menengadah heran.

"Setahuku sekolah ini dulunya adalah salah satu benteng pada masa kerajaan. Jadi aku pikir wajar saja kalau ada menara di dimensi ini," jawab Seth ikut menengadah.

Di hadapan mereka, sudut sekolah yang seharusnya hanya ruang terbuka kosong, kini berubah menjadi menara setinggi lima lantai dengan tangga spiral yang mengelilinginya. Seth mungkin mengerti bahwa keberadaan menara di dimensi ini ada kaitannya dengan sejarah sekolah ini. Namun, hal itu justru membawa pertanyaan baru bagi Gamma.

Tapi sebagian besar tempat ini masih tampak seperti sekolah, sementara sekolah ini baru ada sejak sebelas tahun yang lalu, pikir Gamma merasa janggal, lalu menoleh ke arah Edel. "Apa ini juga berkaitan dengan hasrat manusia?"

"Ya, tentu saja. Tapi ini lebih kepada sudut pandang yang membuat dimensi ini. Pada akhirnya hasrat manusia hanya akan menciptakan kerusakan," jawab Edel sedikit melangkah ke depan, lalu bersiap-siap untuk melakukan teleportasi. "Aku tunggu kalian di atas."

Tepat saat itu juga, Edel langsung menghilang meninggalkan Gamma dan Seth.

Seth menghembus napasnya keluh sembari menggeleng kepalanya pelan, sementara Gamma kembali menengadah dengan tatapan tajam.

"Dia pasti menyembunyikan sesuatu lagi," kata Seth menahan kegeramannya.

Gamma tidak merespons, sementara tangannya telah mengepal erat.

***

"Aneh..." Lala memperhatikan seisi ruang puncak menara yang berisikan pilar kristal tanpa adanya penjagaan. "Bagaimana bisa tempat sepenting ini tidak dijaga oleh siapa pun?"

"Makhluk itu tidak membohongi kita, kan?" tanya Ewan turut curiga.

"Tetaplah waspada. Ayo kita cek pilar itu dulu," ajak Theta memimpin jalan.

Mereka melangkah dengan tenang mendekati pilar kristal itu. Pada permukaan pilar, terpampang empat titik dengan salah satu titik yang bercahaya lebih terang daripada tiga lainnya. Merasa tidak begitu berbahaya, Ewan mencoba menyentuh pilar itu, disusul dengan Lala yang ikut mencobanya. Namun, tidak ada reaksi apa pun yang ditunjukkan oleh pilar itu.

"Bagaimana menurutmu, Ta?" tanya Ewan bersedekap tangan.

Tanpa merespons ucapan Ewan, giliran Theta menyentuh pilar itu dengan telapak tangannya. Perlahan, salah satu titik lainnya ikut bercahaya menyisakan dua titik redup lainnya.

Begitu, ya..., pikir Theta memahami bagaimana cara pilar itu bekerja.

Ewan dan Lala ikut memperhatikan titik cahaya di pilar itu yang perlahan mulai terang satu per satu. Menurut perkiraan Theta, mekanisme pilar itu akan aktif jika keempat pilar menara disentuh bersama-sama oleh keempat pemilik Roh Sihir. Tepat ketika keempat titik cahaya itu berubah terang, sontak saat itu juga terjadi gempa ringan yang menggeser lapisan tanah di titik tengah sekolah dan sekaligus membuka akses lokasi tersegelnya Tana.

"A-Apa itu barusan?!" seru Lala spontan tiarap ke lantai.

Theta menutup kedua matanya pelan, merasakan banyaknya hawa sihir yang mendekati lokasi mereka.

"Ewan, Lala. Bersiap-siaplah," kata Theta sembari mengeluarkan belatinya.

Ewan spontan berlari memperhatikan kondisi di luar. Ia bisa melihat begitu banyak monster yang berjejer menaiki tangga dengan cepat. Jika mereka tidak pergi saat itu juga, maka mereka akan kewalahan ketika puncak menara telah dipenuhi oleh monster. Namun, di saat yang sama, mereka perlu menjaga pilar itu agar tidak diganggu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Faith in You : The SeekerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang