QE-06

9.8K 1.1K 79
                                    

Hai, masih ada loh yang belum vote:(.

Sedih aku, jadi merasa untuk apa aku update rajin kalau pembacanya gak menghargai:)

Yah, selamat membaca.
.
.

ERGA menggigit kuku ibu jari tangannya dengan gugup, tadi siang dia berniat mengikuti Lona tapi tak jadi.

Gadis itu sadar akan rencananya.

Malam ini Erga sibuk memandangi ponselnya dan bimbang ingin menghubungi Lona atau tidak.

"Apa Lona baik-baik saja?." gumamnya gelisah. Dia khawatir jika Lona kenapa-napa, tapi ingin menghubungi juga takut.

Takut Lona marah padanya.

"Uda lah, telepon aja." Erga udah kepalang khawatir.

Erga menghubungi kontak whatssap Lona dan menunggu beberapa saat, setelah memanggil akhirnya berdering.

"Halo."

Ugh..datar sekali suaranya.

"Halo..Lona.." bisik Erga takut-takut.

"Apa?."

Erga meneguk ludahnya kasar "Lo..gak papa? Baik-baik aja?." tanya Erga pelan.

Dengusan terdengar dari sambungan Lona kemudian dia menjawab. "Ya."

Tut!

Erga menghela napas kecewa saat Lona mematikan telepon mereka, padahal Erga masih mau mendengar suara Lona.

Erga melempar ponsel kesekiannya dan berbaring di kasur, meraih guling dan memilih tidur. "Maafin aku.." Erga jadi menyesali semuanya.

Menyesali tindakan kasarnya pada Lona sampai gadis itu menjauh dari Erga, Erga kangen pada keceriaan dan keramahan Lona, jika seperti ini..

Erga bisa kalah dari ego nya.

Erga gak tahan. "Tauk ah!." kesalnya.

Disisi lain, Lona meringis pelan merasa luka diperutnya bereaksi, saat ini dia ada di kamar rumah keluarganya.

Bukan Apartemen, sial karena saat dia terluka tadi sore, dia malah menelepon adiknya dan berakhir di rumah.

"Lona, makan malamnya udah selesai nak. Mau makan di kamar aja?." Lona mendecih jijik saat melihat seorang pria 36 tahun masuk ke kamarnya.

Pria yang kata adiknya adalah Papa mereka, pria yang suka menggoda Mamanya, pria yang memilki pekerjaan sebagai jalang.

Lona tak akan pernah mengakui pria sebagai Papanya. "Taruh saja di meja, lalu keluar dari kamarku!." sentak Lona tak suka.

Pria itu tersenyum sendu, dia keluar dari kamar anak gadisnya itu.

Kapan anak gadisnya mau menerimanya, dia ini Papa kandungnya tapi seakan menjadi Papa tiri.

Ini memang salahnya kembali pada pekerjaan gilanya dulu.

"Pa, Lona makan di kamar?." tanya Lovan, adik Lona.

Gema, Papa mereka mengangguk pelan. "Iya nak, Lona maunya makan di kamar. Kamu cepat susul mama di ruang makan gih." jawabnya lembut.

Lovan mengangguk, dia tak mau bertanya lebih karena tau papanya sedang bersedih.

Pasti karena sikap Lona lagi, tapi mau bagaimana lagi sih..Lona tak suka dengan hal yang berbau jalang.

Jadi saat tau Papa mereka bekerja sebagai gigolo, Lona langsung merubah sikapnya 100 persen.

.
.

Pagi hari yang sudah Erga nantikan akhirnya tiba, dia mendorong kursi rodanya di sepanjang koridor sekolah.

Dia sengaja datang di waktu Lona akak datang juga. Sengaja juga dia memperlambat laju kursi rodanya.

Mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Lona yang belum kelihatan.

"Ck, sakit Van, pelan-pelan dong." Erga menoleh ke belakang dan melihat Lona berjalan berdampingan dengan seorang cowok.

Ah..cowok. Apa Lona sudah mendapat pengganti Erga?. "Iya Lona, aku tau." ujar Lovan lembut.

Tangannya melingkar dipinggang Lona, dia membantu Lona berjalan, kaki Lona keseleo saat hendak turun dari mobil tadi.

Makannya Lovan membantunya.

Erga sengaja berhenti agar sejajar dengan Lona dan Lovan. "Lo gatau perut gue sakit banget, bekas jahitannya masih basah." oceh Lona sebal.

"Siapa suruh tawuran."

"Lo nyalahin gue!?."

"Enggak Lona enggak."

Raut wajah Erga mengecut, segitu dekatnya mereka. "Lona, kamu baik-baik aja?." keduanya menoleh kearah Erga di kiri mereka.

Lona mendatarkan ekspresinya sedangkan Lovan tersenyum ramah.

"Dia baik-baik aja." jawab Lovan mewakili Lona.

Erga masih ingin bertanya, dia menyentuh lengan Lona yang bebas, tapi gadis itu menghempasnya seketika.

Membuat hati Erga sesak, teringat perlakuannya pada Lona dulu seperti ini, sesakit ini kah hati Lona?.

"Gausah pegang-pegang gue, virus!." sentak Lona tak suka, dia menyeka tangannya di celana sekolah Lovan.

Erga menunduk pelan. "Maaf.." lirihnya bergetar.

Rasanya sangat sakit, pantas saja Lona menjauhinya karena ucapan Erga memang sangat menyakiti hati. "Ayo cepet jalan Van, gue ogah lama-lama disini, ada virus!." ketus Lona sengaja.

Erga menggigit bibir bawahnya menahan tangis, Lona jahat sekali, tapi Erga sadar ini semua karena perilaku dia dulu.

"Lona maafin aku..hiks.." isaknya lirih, dia mendorong pelan kursi rodanya dengan air mata yang sudah mengalir dipipinya.

Sedih sekali, Erga gamau Lona seperti ini padanya, Erga mau Lona kembali ceria dan menjadi Lona yang Erga kenal.

Erga menyesal sudah mendorong Lona menjauh, Erga gamau gitu lagi.

























Stop sampai chapter ini.

Book ini gak bakal dilanjut.

Grumpy Erga [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang