GE-07

9.6K 1.2K 65
                                    

Plis, plis banget sama kalian yang gak pernah neken vote, plis vote karena itu gratis, plis banget loh.

Happy Reading.
.
.

LONA memasuki ruang kelas Erga, jam sudah menunjukan pukul 5 sore dan Sekolah sudah sepi.

Alasan Lona masuk kesana karena Erga yang memintanya, kata Erga ada yang mau dibicarakannya.

Sebenarnya Lona enggan menuruti keinginan Erga, tapi yasudahlah.

"Ada apa?." Erga yang semula memandangi jendela langsung menoleh.

Dia menyeka air mata di pipinya dan memberikan senyum tipisnya pada Lona. "Duduk dulu Lona," ujar Erga tenang sembari menunjuk kursi milik Agas.

Lona diam, tak menjawab atau menuruti perkataan Erga untuk duduk di kursi.

Menyadari hal itu, Erga tersenyum sendu. Dia mendorong kursinya perlahan mendekati Lona yang hanya berdiri memandangnya datar.

"Lona, kesalahan aku besar ya? Sampai kamu bener-bener sejauh ini sekarang." ucapnya pelan.

Erga menatap Lona tepat dikedua matanya, mata yang sembab karena menangis memikirkan keabaian Lona.

Lona diam, dia tak menjawab dan membiarkan Erga mengatakan semua yang ingin dia katakan.

"Aku minta maaf..aku mengaku salah..aku jahat sama kamu..aku kasar..aku minta maaf.." lirihnya getir.

Lona tetap diam. "Maafin aku..maaf..aku tau kalau aku ini gatau diri, gak bersyukur ada yang suka tapi malah dikasari..aku minta maaf." lanjutnya.

"Tapi..aku kesepian Lona..hiks..aku kesepian gak ada kamu..plis..jangan jauhin aku lagi.." mohonnya sembari memeluk pinggang Lona dan menempelkan wajahnya diperut Lona.

Lona diam, memandangi bahu Erga yang bergetar disertai air mata yang sudah membasahi seragam sekolah Lona.

"Aku suka sama kamu..hiks..tapi kamu tau sendiri aku ini cacat..hiks..aku gak bakal bisa bahagiain kamu..enggak..hiks..maafin aku..hiks..plis balik jadi Lona yang aku kenal.." tangisnya tak tertahankan lagi.

Erga menurunkan harga dirinya demi memohon Lona kembali, Erga tak membayangkan Lona akan menjadi milik laki-laki lain.

Lona hanya boleh menjadi miliknya, sedari awal Lona hanyalah miliknya, Lona miliknya.

Sedari Erga bertemu Lona di rumah sakit, gadis itu sudah dicap sebagai milik Erga.

"Lona..hiks..plis.."

Lona melepas pelukan Erga dan menepuk bahunya. Mengapit dagu Erga dan menaikan wajahnya, menyamakan wajahnya dengan wajah Erga.

"Maaf tapi, rasa sakit dihati gue belum terobati." bisik Lona dingin lalu menghempas apitannya.

Erga menangis kembali, menangis sejadi-jadinya disana. Menyesal karena dulu semena-mena dengan Lona.

"Aku mohon maaf..hiks..huaaaaaa Lona maafin aku..hiks..kumohon Lonaa..hiks..huaaaaaaa.." histerisnya sembari menahan tangan Lona.

Gadis itu mau meninggalkannya, tidak, tidak boleh sampai terjadi, Erga tak akan membiarkannya.

"Sorry ya Erga." bisik Lona sembari menarik tangannya dan berjalan keluar kelas.

Meninggalkan Erga yang meraung di kelas sendirian memanggil nama Lona dengan pilunya.

Lona melirik pada Agas dan Yara yang ada di luar kelas. "Urus temen lo Gas, bilang sama dia gue gamau berurusan sama dia lagi." ujar Lona datar kemudian pergi.

Agas diam, dia menggenggam erat tangan Yara dan memandangnya lekat "Buna..gimana ini?." bisiknya bingung.

Dia gamau sahabat satu-satunya terpuruk seperti ini, tapi memang semuanya adalah salah Erga.

Kalau saja ego nya gak lebih besar dari perasaannya, mungkin dia dan Lona bisa jadian tanpa hambatan.

"Ini urusan mereka sayang, kita gaboleh ikut campur." bujuk Yara sembari menyeka air mata dipipi Agas.

"Enggak! Ini urusan kita karena mereka temen kita Buna!."

"Agas, dengerin aku-"

"Agas gamau dengerin Buna!."

Yara merubah raut wajahnya, dia melepas elusannya lalu menepuk bahu Agas pelan.

"Terserah kamu, lakuin apa yang kamu mau. Aku gak perduli." ujar Yara datar lalu pergi mengikuti Lona.

Meninggalkan Agas yang tak percaya, Yara pergi meninggalkannya?. Tak mau berlarut menangis, Agas masuk ke dalam kelas.

Jantungnya serasa berhenti di tempat, melihat keadaan Erga yang..sudah tak sadarkan diri dengan tangan yang berlumuran darah.

"ERGA!!."

Apa...segini besarnya pengaruh Lona dihidup Erga sampai dia memutuskan untuk bunuh diri..

Ah..tidak heran, dia saja juga begitu.

Rela gak makan selama berhari-hari karena Yara memutuskannya, yah..pengaruh cinta memang sebesar itu.






























Bersambung.

Plis ya, vote ataupun komennya jangan main-main.

Grumpy Erga [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang