GE-22

5.7K 680 27
                                    

Happy Baca
.
.

2 bulan terlewat, dan yah status mereka tetap tak berubah. Sudah menjadi mantan.

Erga berusaha mendekati Lona kembali, dia berusaha bahkan sampai menjatuhkan harga dirinya sejauh mungkin.

Tapi emang pada dasarnya Lona membencinya.

Tak ada lagi pandangan kasih sayang dari gadis itu.

Erga hanya mampu memandang Lona dari kejauhan, Lona yang sedang bermain basket dengan teman-temannya.

Semenjak kenaikan kelas mereka yang saat ini sudah resmi menjadi murid kelas 12, hubungan keduanya seakan tak tertolong lagi.

Dan itu membuat Erga semakin merasa gila.

Tak tau kah, jika dikedua pergelangan tangannya sudah penuh dengan luka sayatan yang dia buat selama 2 bulan ini.

Dia hampir gila, sedikit lagi dia bisa dibawa ke RSJ.

"Liatin Lona lagi?." Erga tak menyahut ucapan Agas, air mata terus mengalir dan dia kembali menangis dalam diam.

Setiap kali memandang Lona, dia kembali teringat pada kesalahannya 2 bulan lalu.

Betapa bodohnya dia percaya pada Venia sementara jelas-jelas Lona punya buktinya.

"Udah, jangan nangis terus dong." Agas sebenarnya bingung harus apa, dia dan Buna tersayangnya sudah berusaha membantu.

Tapi pada akhirnya, Lona lah yang menjauh dan menolak keberadaan Erga.

Sama, seperti dulu Erga menolak kehadiran Lona.

Kini mereka tak lebih dari orang asing.

"Gue kangen Lona..hiks.." pilunya menyayat hati, Erga mengusap air matanya yang tak mau berhenti.

Sakit..rasanya sangat sakit jika seperti ini.

Erga gak sanggup lagi.

Agas mengelus punggung Erga pelan, kasihan melihat sahabat baiknya ini terpuruk seperti ini.

Apa yang harus Agas lakukan.

Dia juga gatau.

"Gue kangem Lona Gas..hiks..gue kangen banget sama dia..hiks..gue kangen.." isaknya terus menerus.

Seisi kelas prihatin, mereka kini tau seberapa besar pengaruh Lona pada Erga.

Dulunya Erga orang yang kasar, galak dan bermulut racun.

Tapi Erga yang sekarang, hanya tau menangis, melamun dan menatap Lona dari jauh.

Duh, sadboy banget.

Bukan Lona tak tau jika Erga melihatnya sedari tadi, tapi perasaan Lona seakan beku pada Erga.

Dia benar-benar tak memperdulikan cowok itu.

Seakan cowok bernama Erga itu, tidak pernah ada dihidupnya, tidak pernah berhubungan dengannya dan tak pernah ada dihatinya.

"Lona..lo masih gamau maafin Erga?."

Yara juga bingung harus gimana, kekasihnya terus mendesaknya agar membantu hubungan Lona dan Erga.

Bukannya Yara gak bantu, tapi emang pada dasarnya Lona lah yang sudah tak mau tau soal Erga.

"Dia gak salah, gue yang salah karena sayang sama dia. Gue gamau berurusan sama dia lagi." jawab Lona tak acuh sembari melempar bola ke arah ring basket.

Yara tersenyum miris, dia menepuk bahu Lona pelan. "Yaudah, terserah lo aja. Gue bakal dukung apapun itu." cetus Yara kalem.

Lona mengangguk. "Makasih Yar, lo emang sahabat gue."

"Haha, kayak sama siapa aja sih."

Lona juga berharap, dia bisa cepat melupakan perasaan sial ini dan memulai hidup baru.

Dia benar-benar bertekat untuk melupakan apapun yang berhubungan dengan Erga.

....

Jam pulang sekolah, seperti biasanya mereka akan pulang.

Erga mendorong kursi rodanya cepat mengerjar Lona yang saat ini sudah sampai di gerbang sekolah.

Agas dan Yara mengikuti keduanya agak jauh, membiarkan Erga membereskan urusannya dengan Lona.

"Lona! LONA TUNGGU AKU!." teriaknya kuat.

Tapi Lona sama sekali gak dengar, tentu saja dia gak dengar karena kedua telinganya disumpel pakai airpod dan suara musik galau nya keras.

"LONA!!." teriak Erga lebih keras.

Bukan apa, masalahnya Lona saat ini hendak menyebrang menuju mobil supir yang hari ini menjemputnya.

Dan tau apa yang terjadi setelahnya?.

TIIIIIIIIIINN!!!

"LONAAA AWAS!!."

BRAK!

Yah..kejadiannya terlalu cepat dan Erga tak percaya dengan apa yang dia lihat.

Lona-nya..tertabrak dan terpental begitu saja ke jalanan dengan kepala yang berlumuran darah, dan bibir yang terbatuk darah.

Mobil yang menabrak malah menuju ke jalur lain dan bertabrakan dengan truk tanki bensin sampai bagian depannya remuk tak berbentuk lagi.

Kejadian siang ini, merenggut 2 nyawa dan 3 korban lainnya.

Bagi Erga, kejadian tadi sudah merenggut separuh nyawanya yang tak lain adalah Lona.

Erga bahkan hanya diam membeku, ketika banyak orang ramai mengerumuni Lona yang bersimbah darah ditengah jalan sana.

"Ha..hahaha..mimpi..ya..ini pasti mimpi." Erga menampar pipinya guna menyadarkan diri.

Tapi yang dia rasa hanya perih saja, membuat air mata berlomba-lomba turun dari kedua matanya.

"Ini mimpi!."

Plak!

"Ini mimpi!! Katakan padaku ini mimpii!! LONA GAK MUNGKIN KECELAKAAN..enggak..ini mimpi..ya..ini mimpi...AGAS! BAWA GUE PULANG!..gue mau ketemu Lona..ya..haha..mimpi brengsek!."

Dan sepertinya, mental Erga mulai terguncang kembali.

Agas hanya mampu meratap ke kondisi Erga saat ini, dan juga menatap Yara yang tengah menggendong tubuh penuh darah Lona ke dalam Ambulance.

Kenapa ini bisa terjadi?.






























Bersambung😾

Grumpy Erga [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang