Layaknya buah simalakama, keputusan apapun yang Chanyeol ambil jelas memiliki resikonya masing-masing, bukan hanya perihal melukai perasaan serta kepercayaan, lebih dari itu jika ia menerima tawaran Ren, maka di pastikan hidupnya setelah ini hanya berada dalam ruang sebesar jengkal tangan. Berita itu akan sampai ke telinga Baekhyun cepat atau lambat, dan jika itu terjadi maka perpisahan siap menanti.
Kenapa rasanya sulit sekali padahal ini hanya urusan hati?
Hanya.
Terdengar mudah, tapi kenyataannya menamparnya telak, tidak ada cinta dalam kehidupan keluarga ini, sepanjang sejarahnya semua keluarga menikah atas dasar perjodohan serta tingkat strata kasta. Mau tidak mau Chanyeol harus tetap pada tradisi demi mempertahankan posisi.
Dan disini, Ren bertaruh pada perasaannya sendiri. Dengan keputusan berani yang di ambil, ia menganggap perjodohan ini seolah ladang judi, lalu dengan modal tertinggi yang ia miliki, Ren seolah menggadaikan masa depannya pada slot yang ia beri nama pernikahan.
Bukan tanpa alasan, ujung tombak dari segala pembicaraan kedua keluarga tempo hari tetap akan meruncing pada sebuah penyatuan dua insan, tak peduli jika keduanya menolak mati-matian, pernikahan itu akan tetap terjadi. Dua puluh persen ia punya kesempatan untuk mewujudkan harapan tentang keyakinannya jika cinta akan datang karena terbiasa, tapi ia lupa juka delapan puluh persen sisanya hanya akan berujung pada kegagalan. Tapi memangnya ia bisa apa? Ayahnya bisa apa? Semuanya akan berakhir pada kata sepakat saat si penguasa berkata mutlak.
Jika Tiffany menginginkan pernikahan, maka itu akan terjadi. Jika Tiffany menghendaki perpisahan, maka itu bukan hal sulit untuk di wujudkan. Dunia seolah ada dalam genggaman tangannya, hal lumrah dalam keluarga yang Chanyeol sebut sebagai kutukan.
Sama halnya dengan Ren, Chanyeol memilih kesempatan meski peluangnya tidak begitu menjanjikan. Memilih untuk mendapatkan Baekhyun sesegera mungkin tanpa meninjau kembali dampak dari tindakan gegabah yang ia lakukan hanya akan berujung pada penyesalan.
Dan disinilah ia sekarang, bertatap muka dengan laki-laki yang memegang kuasa penuh atas Baekhyun, yang akan memberi atau tidaknya ijin atas keinginannya untuk membawa sang pujaan hati masuk ke dalam dunianya, secara paksa.
"Baekhyun hanya remaja biasa, ia bahkan tidak tahu siapa dirimu, sajangnim." Tolak Kris secara halus, Chanyeol tahu betul tentang itu tapi ia tetap abai, menyerah bukan gayanya.
"Kami sudah mengenal cukup lama, meski sempat terputus tapi nyatanya perasaan itu masih tetap utuh, hingga sekarang."
"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud lancang tapi adikku masih terlalu kecil bahkan untuk sekedar berkencan tuan Park, dan hari ini kau memintanya padaku untuk kau nikahi? Ini terlalu beresiko."
Kris mengatakan kebenaran, ia tahu betul bagaimana adiknya. Kekanakan, bahkan terkadang anak itu masih sering ceroboh.
"Bukan Baekhyun yang kekanakan, tapi kau yang selalu memperlakukannya demikian."
Kris nyaris menyerah, Chanyeol selalu punya argumennya sendiri, mematahkan segala opininya seolah restunya sekarang bukanlah hal besar yang harus pria itu dapatkan.
"Aku hanya melakukan yang terbaik sebagai kakak, sisanya Baekhyun yang menentukan. Tapi untuk pernikahan, aku benar-benar tidak yakin tentang itu. Maafkan aku."
Chanyeol tahu ia sudah di tolak, tapi bukan berarti ia sudah kalah telak. Tentangan Tiffany, penolakan Kris, semua menjadi kombinasi sempurna, pada paruh awal perjuangannya ia sudah banyak mendapat kesulitan padahal yang ia inginkan bukan dunia dan seluruh isinya, ia hanya laki-laki yang ingin menggenggam rasa dalam tangannya, menaruh harapan pada secercah cahaya yang ia beri nama cinta. Dan Byun Baekhyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
WATER & FIRE ( The Diorama )
FanfictionBxB area 🔞 CHANBAEK Baixian, kembali setelah 10 tahun lamanya dan mendapati banyak hal yang kemudian membuatnya terlibat dengan salah satu keluarga paling berpengaruh dan terpandang di Korea Selatan. SEASON 1 & SEASON 2 dalam satu buku. Chanbaek...