______________________________________________
Duka itu datang, tak ubahnya seperti awan mendung yang menggelayuti rasa, hingga berakhir pada kekosongan dan kegelapan. Kehilangan kedua orang tua sudah seperti pukulan telak, lalu Kris harus menerima kenyataan dan kehilangan lainnya yang lebih menyakitkan.
Di detik-detik terakhir, Kris bahkan tidak disana bersama Baekhyun yang mungkin sangat membutuhkan kekuatan untuk tetap bertahan. Dadanya sesak bukan main, ia membesarkan Baekhyun bukan untuk berakhir seperti ini, kematian tragis.
Kris langsung terbang ke Canada saat Xian memberitahunya jika Baekhyun sudah tiada. Sambaran petir itu kuat, mengkilat di pelupuk mata seolah menjadi pengingat bahwa hari ini adalah badai terbesar dalam hidupnya. Kris seketika merasa hampa.
Merasa hilang tanpa tujuan.
Merasa kosong.
Udara menyempit, menyisakan sesak yang luar biasa menyiksa hingga berakhir limbung dan mengundang kepanikan lain.Setelah semua urusan selesai, Xian membawa jasad Baekhyun terbang ke tanah kelahirannya seorang diri tanpa pendamping. Kris benar-benar tidak bisa di ajak bekerja sama. Xian terpaksa meninggalkan bayi merah yang masih membutuhkan perawatan di Canada sebab mustahil anak itu di bawa serta.
Di pemakaman Kris hanya diam, tak satu katapun keluar dari bibir tebalnya yang kian terlihat bergetar, menimbulkan luka lain di hati Baixian karena rasa bersalah yang terus mendera.
Satu pucuk surat di berikan setelah upacara pemakaman selesai, Xian kira surat itu akan membuat Kris sedikit lega. Nyatanya, keadaan kian memburuk karena 1 hari setelahnya, Kris melakukan percobaan bunuh diri.
Mentalnya terguncang, sesuatu yang ia jaga sepenuh hati kini pergi. Tenggelam di balik nisan bahkan tanpa mengucapkan salam perpisahan. Kris menolak berbicara pada siapapun termasuk Xian, jiwanya hanya di isi banyak penyesalan dan perasaan kehilangan. Kepergian Baekhyun meninggalkan luka begitu dalam, menimbulkan pedih berkepanjangan hingga Kris kehilangan ingatan dan juga kewarasan.
Jangan bicarakan perihal pembalasan, Baekhyun jelas melarang keras sebab Chanyeol bukan satu-satunya alasan kenapa kini ia hanya tinggal kenangan. Ia beralasan jika pada akhirnya semua manusia akan mati dengan cara dan waktu yang berbeda. Pertemuan keduanya tak bisa disalahkan karena disanalah Tuhan juga ikut campur tangan. Takdir tetap punya andil seberapa besarpun manusia mengikuti kata hati.
"Apa dia banyak menangis?"
Dua manusia dengan lukanya masing-masing, masih terpaku di depan batu nisan yang mana pemiliknya kini sudah tenang di pembaringan abadi, menyaksikan dua orang tercintanya menangis meski dalam sunyi.
"Apa dia kesakitan? Apa pernah dia menyebut namaku?"
Baixian enggan menanggapi, ia masih menikmati bagaimana tersiksanya pria tinggi itu kini.
"Apa Baekhyun ku kesulitan?"
"Apa___
Nafasnya tersengal merasakan gemuruh serta rasa kehilangan yang luar biasa menyakitkan. Membayangkan seseorang yang dicintainya begitu dalam berjuang sendirian.
"Tidak sedikitpun ia meneteskan air mata. Baekhyun menikmati setiap rasa sakitnya demi nyawa lain yang kalian ciptakan hingga di tarikan nafas terakhirnya. Berterima kasihlah pada adikku karena darinya kau memiliki keturunan tanpa harus susah payah menyingkirkan."
Chanyeol terlalu lelah untuk menyanggah, terlalu sakit untuk kembali mengungkit tentang bagaimana perasaannya selama ini. Tentang ketulusan dan kesungguhan. Untuk saat ini ia hanya ingin menikmati rasa sakit serta bersalahnya, mengesampingkan apapun tuduhan yang Baixian tujukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WATER & FIRE ( The Diorama )
FanficBxB area 🔞 CHANBAEK Baixian, kembali setelah 10 tahun lamanya dan mendapati banyak hal yang kemudian membuatnya terlibat dengan salah satu keluarga paling berpengaruh dan terpandang di Korea Selatan. SEASON 1 & SEASON 2 dalam satu buku. Chanbaek...