11.My Little Pumkin ▪️

2.7K 349 42
                                    

Satu minggu berlalu sejak terakhir bertemu, chanyeol belum mendapat kabar dalam bentuk apapun, tidak ada pesan atau panggilan masuk.

Chanyeol ragu, apakah ia memasukkan nomor yang salah? Atau ada yang terlewat?

Setiap hari yang ia tunggu hanya pesan dari seseorang yang ia beri nomor ponselnya tempo hari. Tapi harapannya hanya tinggal angan, baekhyun tak pernah satu kalipun menghubunginya.

"Kita harus ke Indonesia."

Jong In tiba-tiba datang bahkan tanpa mengetuk pintu, nampak sekali jika ia terburu-buru. Entah apa yang begitu mendesak, yang jelas chanyeol tahu jika salah satu negara supplier ganja terbaiknya mungkin saja tengah di landa masalah hingga ia sendiri harus terbang hingga ke Indonesia. Hal itu tidak pernah ia lakukan kecuali ada keaadaan serius yang mengharuskannya turun tangan secara langsung.

"Ada apa?"

"Ladang disana terbakar, api memakan hampir 10 hektare luasnya. Kau tahu jika ini terjadi bukan karena kebetulan bukan?"

"Baekhyun bagaimana?" Tanya Chanyeol, melenceng dari topik membuat Jong In jengah di buatnya.

"Bisa kita tidak bahas itu dulu? Ada sesuatu yang lebih penting disini."

Chanyeol mengalihkan pandangannya, sejak tadi ia nampak acuh bahkan saat mendengar ladang ganja nya terbakar hebat, tapi nama baekhyun selalu berhasil menarik seluruh atensinya.

"Baekhyun lebih dari sekedar penting. Dia ada di urutan teratas, lebih penting dari urusan apapun yang kau sebut maha penting."

Jong In mendadak ciut, ia tahu kapan saat chanyeol begitu serius tentang satu hal, kali ini pun iya. Chanyeol hanya melayangkan tatapan bengisnya untuk hal yang ia anggap benar-benar penting.

"O..oke, i'm sorry. Dia hanya melakukan kegiatan seperti biasa. Tidak terlalu sibuk atau semacamnya. Monoton chan." Jelas Jong In di sertai desahan kasar. Ia bersumpah jika hidup baekhyun memang semonoton itu.

"Itu yang di namakan kehidupan manusia normal pada umumnya, Kim Jong In."

Sial, Jong In benar-benar merinding sekarang. Suara berat serta tatapan sinis itu tidak pernah gagal membuat bulu kuduknya berdiri.

"Oke, baik, terserah. Yang jelas, kita harus segera berangkat sebelum semuanya semakin kacau disana."

"Hm."

Ting!

Ponsel sang tuan muda berbunyi, menampilkan sebuah notifikasi pertanda satu pesan baru saja masuk.

Chanyeol memilih abai, ia tidak mau banyak berharap.

Ting!

Pada notifikasi kedua, Chanyeol terpaksa meraih ponselnya untuk ia periksa. Dua pesan dari nomor tidak di kenal tapi begitu ia tunggu hingga satu minggu lamanya.

Hi!
Chanyeol?
Aku Baekhyun.
Ini nomor ponsel ku,
Kau boleh menyimpannya
kalau mau.

Bibir tebal itu perlahan membentuk sebuah garis, awalnya tipis tapi perlahan semakin tertarik dan membentuk sebuah senyuman. Chanyeol kesal pada dirinya sendiri, kenapa ia selalu mudah tersenyum hanya karena pesan basa basi yang baru saja di kirim Baekhyun padanya? Seharusnya ia marah, berani-beraninya Byun Baekhyun itu membuatnya menunggu hingga satu minggu lamanya hanya untuk sebuah pesan? Tapi chanyeol tidak bisa, mungkin selamanya ia tak akan pernah bisa marah pada anak manis itu.

Oh, dia sudah berubah jadi pedofil sekarang.

Baekhyun sudah legal, ingat!

"Tuan muda?"

WATER & FIRE ( The Diorama ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang