Part 01

3.7K 172 4
                                    

Part 01

Sinta membuka matanya dan bangun dari tidurnya saat merasakan cahaya matahari masuk melewati celah-celah kordennya. Namun saat Sinta benar-benar sudah terjaga, ia baru sadar bila Rehan tidak ada di sampingnya.

"Rehan," panggil Sinta sembari menurunkan kakinya dari ranjang lalu berjalan ke arah kamar mandinya, namun tidak ada seorang pun di sana.

"Rehan enggak ada di rumah. Apa semalam dia enggak pulang ya?" gumam Sinta terdengar khawatir, sampai saat ia mendengar suara pintu dibuka, di saat itu lah Rehan masuk dengan baju berbeda dari yang lelaki itu pakai tadi malam.

"Kamu baru pulang, Re?" Sinta melangkahkan kakinya ke arah Rehan yang tampak tenang dan bahkan terkesan tak berdosa bila dilihat dari ekspresi wajahnya.

"Kalau iya, kenapa?"

"Kok kamu masih tanya kenapa? Tadi malam kan aku sudah bilang, kamu jangan pulang malam-malam, tapi kamu malah pulang pagi sekarang."

"Memangnya kenapa? Ini hari libur kan, aku enggak kerja, jadi enggak masalah kalau aku pulang pagi." Rehan melangkahkan kakinya ke arah ranjang, diikuti Sinta dari belakang.

"Aku enggak mempermasalahkan hari ini kamu kerja atau enggak, Re. Aku cuma mau tanya kenapa kamu pulang pagi? Semalaman kamu juga tidur di mana?" tanya Sinta penasaran sembari menatap Rehan dengan mata kekhawatiran.

"Di hotel." Rehan menjawab singkat.

"Kamu tidur di hotel? Tapi buat apa? Kamu kan bisa pulang ke rumah, Re."

"Aku keliling sebentar buat menenangkan diri, karena aku kecapean dan enggak sempat pulang, makanya aku pesan kamar." Rehan membaringkan tubuhnya, tanpa memedulikan bagaimana Sinta menatap tak percaya ke arahnya.

"Terus kamu dapat baju ini dari mana? Bukannya tadi malam kamu pergi pakai baju kantor?"

"Kebetulan di mobil ada bajuku, jadi aku pakai." Rehan terus-terusan menjawab dengan nada datar, yang tentu saja berhasil membuat Sinta jengah dengan caranya menjawab.

"Kamu sudah jauh berubah, Re."

"Maksud kamu apa? Jangan mancing amarahku ya, aku ini capek." Rehan kembali membangunkan tubuhnya, ucapan istrinya berhasil membuat hatinya geram.

"Sikap kamu yang dulu dan yang sekarang sudah jauh berubah, sebelum ini kamu enggak pernah pergi tanpa aku apalagi untuk menenangkan diri, kamu juga enggak pernah pulang malam apalagi sampai enggak pulang."

"Yang buat aku berubah siapa? Ya kamu lah. Jadi enggak usah merasa tersakiti, sikap kamu yang sudah buat aku kaya gini. Sudahlah, aku muak bahas ini, aku mau mandi." Rehan mendirikan tubuhnya lalu membuka baju dan meletakkan dompet dan ponselnya di atas meja, membiarkan istrinya terdiam dengan jawabannya.

Setelah suaminya masuk ke dalam kamar mandi, Sinta menitikkan air matanya, merasa sangat yakin bila Rehan memang sudah jauh berubah dan semua perubahan itu terjadi karena dirinya. Tak ingin terus-terusan merasa terpuruk, Sinta memutuskan untuk menghapus air matanya, ia ingin menyiapkan sarapan dan memperbaiki hubungannya dengan suaminya. Namun sebelum itu, ponsel Rehan tiba-tiba berdering, menandakan seseorang baru saja mengirimi pesan. Saat itu, Sinta memutuskan untuk memeriksanya, namun justru mengetahui hal tak terduga.

[Sayang, kita jadi kan ke dokter kandungan siang ini? Aku harus di USG, aku juga mau tahu jenis kelamin anak kita itu apa?]

Sinta membukam bibirnya saat membaca sebuah pesan di papan notifikasi suaminya, pesan yang Sinta duga berasal dari seorang wanita. Merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Sinta memutuskan untuk membuka ponsel suaminya yang ternyata dipasangi password.

Second mate (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang