Part 03
Di rumah Rehan, Sinta mengemasi baju-bajunya dan barang-barangnya yang akan ia bawa pulang ke rumah keluarganya. Mungkin hal ini akan mengagetkan kedua orangtuanya dan juga saudaranya, namun Sinta harus menjelaskan semuanya sebelum ia benar-benar tidak sanggup untuk melakukannya.
Sinta juga tidak mau, keluarganya menyalahkan Rehan atas apa yang sudah lelaki itu lakukan padanya. Karena mau bagaimanapun masalah rumah tangganya sekarang, semua tidak akan terjadi andai ia tidak memiliki penyakit dan bisa hamil.
Sinta berniat menjelaskan semuanya dengan cara baik-baik, meskipun ia sudah dikhianati oleh suami dan mertuanya sendiri. Ia hanya tidak mau ada masalah kedepannya antara keluarganya dan juga keluarga Rehan, terutama pada rumah tangga yang akan Rehan bina nantinya.
Saat di rumah sakit tadi siang, Sinta meminta untuk segera pulang, Sinta juga menolak diperiksa lebih lanjut karena ia tahu dengan kondisinya sendiri. Sekarang Sinta sudah berada di rumah Rehan dan juga sudah memberesi semua barang-barangnya, ia ingin berpamitan pada lelaki itu sebelum benar-benar meninggalkan rumahnya.
"Kamu sudah pulang, Re?" Sinta tersenyum ke arah Rehan yang baru datang dan menutup pintu kamar, matanya menatap ke arah Sinta dengan tatapan yang sulit diartikan terutama pada koper yang berada di samping Sinta.
"Iya. Kamu mau ke mana?" Rehan berjalan menghampiri Sinta yang masih duduk tenang di ranjang.
"Aku mau pulang ke rumah orang tuaku." Sinta tersenyum tipis, berusaha terlihat tegar di depan Rehan, namun mata sembabnya tak mampu membohongi lelaki itu.
"Oh," jawab Rehan singkat, ia tampak tak peduli, meski di dalam hati ia merasa sakit akan kehilangan.
"Setelah kita bercerai, kamu dan Anastasya harus menikah sah ya? Biarkan orang-orang tahu hubungan kalian sebagai suami dan istri."
"Itu pasti, aku dan Anastasya pasti akan menikah sah, kamu enggak usah menyuruhku melakukan sesuatu yang memang akan aku lakukan."
"Iya, aku tahu. Aku cuma mau kamu mengundangku di hari pernikahan kalian, aku kan juga ingin memberi kamu selamat."
"Iya. Aku pasti mengundangmu. Aku juga enggak mau orang-orang berpikir buruk tentangku yang tiba-tiba menikah lagi setelah kita bercerai, padahal aku juga punya alasannya, karena kamu yang enggak mau kasih aku anak." Rehan menjawab lugas, yang hanya bisa Sinta senyumi tipis.
"Syukur lah kalau kamu mau mengundangku, aku pasti akan datang ke pernikahan kalian. Oh ya, setelah anak kalian lahir, tolong kabari aku juga ya? Aku juga mau datang dan memberi anak kalian hadiah." Sinta kembali berujar yang kali ini ditatap tak suka oleh Rehan.
"Untuk apa? Bukannya kamu enggak mau punya anak? Tapi kamu malah ingin memberi anakku hadiah? Pasti ada yang ingin kamu rencakan kan?" Rehan menatap serius ke arah Sinta yang tentu saja langsung menggeleng pelan.
"Enggak, Re. Aku benar-benar tulus ingin memberinya hadiah, sama seperti yang aku lakukan sekarang, mengikhlaskan kamu dengan Anastasya."
"Kenapa?" tanya Rehan dengan mata memerah, yang ditatap tak mengerti oleh Sinta.
"Kenapa? Maksud kamu bagaimana?"
"Kenapa kamu mengikhlaskan aku? KAMU SUDAH ENGGAK CINTA SAMA AKU KAN?" Rehan mendorong tubuh Sinta, namun istrinya itu mampu menahan tubuhnya.
"Kenapa kamu pertanyaan hal yang kamu sendiri tahu jawabannya? Tentu saja aku masih cinta sama kamu, Re."
"Lalu kenapa kamu ingin kita bercerai kalau bukan karena kamu sudah enggak punya rasa untukku? Oh atau jangan-jangan selama ini kamu punya simpanan di belakangku? Kamu berselingkuh? Iya? Jawab!" Rehan merengkuh pundak Sinta yang tampak tak mengerti dengan sikap suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second mate (TAMAT)
RomanceMengikhlaskan seorang suami untuk selingkuhannya, tentu saja sangat sulit untuk dilakukan semua wanita, tak terkecuali Sinta. Namun saat ia sadar kekurangannya, rasa sakit hati itu tenggelam dan menghilang. Sinta lebih memilih pergi dan merelakan. K...