Part 09
Jonathan pulang ke rumah orang tuanya dan membawa banyak makanan untuk anak-anak dan keluarganya, kedatangannya juga langsung disambut bahagia oleh Evan dan Ethan yang langsung membantu Jonathan membawa bungkusan yang dibawanya.
Jonathan yang sudah terbiasa dengan kebaikan putra-putranya tentu saja langsung menyerahkan semuanya, padahal mereka tampak kesusahan saat membawanya, berbeda dengan Jonathan yang tentu saja mudah membawa semuanya dengan tangan besarnya.
"Terima kasih sudah dibelikan makanan ya, Pa?" ujar Ethan dan Evan bersamaan yang seketika menciptakan senyum tulus di bibir Jonanthan.
"Iya, kalian makan yang banyak ya?"
"Siap, Pa." Ethan dan Evan kembali menjawab bersamaan lalu keduanya berjalan ke arah meja makan, sedangkan Jonathan hanya menghela nafas panjangnya sembari tersenyum tulus lalu duduk di sofa. Tak lama, mamanya datang menghampirinya dan duduk bersamanya, namun matanya justru tertuju ke arah dompet wanita di pangkuan putranya.
"Dompet siapa itu?"
"Dompet Sinta, Ma. Tadi ketinggalan sewaktu aku antar dia pulang."
"Sinta siapa? Kok bisa kamu antar pulang?"
"Sinta wanita yang aku bawa ke rumah sakit beberapa Minggu yang lalu itu loh, Ma. Mama masih ingat enggak, kan aku dulu pernah suruh Mama ke rumah sakit untuk jemput Ethan dan Evan, tapi Mama malah ngira mereka yang sakit."
"Oh wanita itu, kok bisa kamu antar dia pulang? Memangnya kalian janjian ya? Tapi bukannya kamu baru pulang dari pesta kolega kamu ya?"
"Iya, Sinta juga ada di acara itu. Kami enggak janjian, tapi di sana sedikit ada masalah, makanya aku bantu dia dan antarkan dia pulang."
"Masalah apa?"
"Ternyata Pak Rehan itu mantan suami Sinta, Ma. Mereka baru saja bercerai, kalau enggak salah sih karena Pak Rehan berselingkuh dengan wanita yang sudah dinikahinya. Ceritanya sedikit rumit, tapi yang aku tahu Sinta merasa terpuruk dengan masalah itu."
"Iya lah, mana ada wanita yang enggak terpuruk setelah diselingkuhi lalu bercerai, dan sekarang mantan suaminya malah menikahi selingkuhannya. Kalau jadi Sinta, Mama bakal jambak selingkuhannya sampai botak." Mamanya justru menjawab dengan gemas, seolah-olah ia yang sedang disakiti sekarang.
"Kok bisa-bisanya sih Sinta mau datang ke acara pernikahan mereka? Pasti dia ya yang buat keributan di sana? Wajar sih, dia pasti merasa sedang sakit hati, makanya dia lampiaskan di acara pernikahan mantan suaminya." Wanita itu kembali berujar dengan nada sedikit tenang dari sebelumnya, sedangkan Jonathan justru terdiam tidak setuju.
"Enggak kok, Ma. Malah Sinta yang dihina mantan mertuanya, makanya aku bantu dia tadi."
"Kok malah jadi Sinta yang dihina? Harusnya kan mantan suami dan keluarganya."
"Aku kurang tahu sih, Ma. Awalnya aku juga enggak peduli dengan masalah mereka, tapi saat mama dari Pak Rehan mengatakan kalau wanita itu harus mau hamil dan melahirkan seorang anak, aku merasa enggak setuju, karena menurutku wanita bukan mesin penghasil anak. Aku datang menghampiri beliau dan meluruskan pemikirannya, tapi Sinta malah dihina karena enggak mau hamil, padahal kan itu bukan masalah besar." Jonathan menjawab serius, yang disenyumi oleh mamanya.
"Kamu selalu seperti ini, Mama bangga sama kamu."
"Seperti apa, Ma?"
"Ya menghargai wanita."
"Kalau aku menghargai wanita mana mungkin ada Ethan dan Evan, Ma? Aku salah satu tersangka perusak wanita itu sendiri, aku merasa menyesal pernah melakukannya, tapi saat aku melihat kedua anakku, aku justru merasa mensyukurinya." Jonathan menjawab lesu, ia masih merasa bersalah dengan masa lalunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second mate (TAMAT)
RomanceMengikhlaskan seorang suami untuk selingkuhannya, tentu saja sangat sulit untuk dilakukan semua wanita, tak terkecuali Sinta. Namun saat ia sadar kekurangannya, rasa sakit hati itu tenggelam dan menghilang. Sinta lebih memilih pergi dan merelakan. K...