Part 20

5.3K 155 3
                                    

Part 20

Rehan menghembuskan nafas panjangnya beberapa kali, saat dirinya sudah sampai di depan pintu rumah orang tuanya. Sebelum ini, Rehan sudah pulang ke rumahnya, namun Anastasya tidak ada di sana. Di rumah wanita itupun, Rehan juga tidak menemukannya. Itu lah kenapa Rehan memutuskan untuk pergi ke rumah orang tuanya, ia yakin istrinya itu ada di sana, mengingat kendungannya sudah dikategorikan hamil tua.

"Mama dan Papa pasti enggak mungkin membiarkan Anastasya tinggal sendiri, aku harap mereka membawanya ke mari," gumam Rehan lirih lalu membuka pintu rumahnya dan mendapati orang tuanya tengah mengobrol di ruang tamunya.

"Rehan, dari mana saja kamu?" Veronica, mamanya itu mendirikan tubuhnya setelah melihat putranya datang. Sedangkan suaminya hanya terdiam dan menghela nafas, akhirnya putranya itu mau pulang.

"Aku sudah bilang kan, Ma, kalau aku mau menenangkan diri dulu." Rehan melangkahkan kakinya ke arah orang tuanya.

"Iya, tapi kan enggak harus selama ini, Re. Apalagi saat kamu pergi, Anastasya lagi sakit dan dirawat di rumah sakit, tapi kamu malah enggak menemani dia sama sekali." Veronica menjawab kesal, yang bisa Rehan mengerti, karena jujur saja ia juga merasa bersalah akan hal itu.

"Iya, Ma. Aku minta maaf. Aku butuh waktu untuk berpikir dan menenangkan diri." Rehan menjawab menyesal, membuat mamanya mau tak mau harus bisa memahami perasaannya.

"Apa kamu benar-benar akan menceraikan Anastasya?" tanya mamanya dengan berhati-hati, karena sebelum pergi, Rehan bilang akan menceraikan istrinya dan kembali pada Sinta.

"Enggak, Ma." Rehan menggeleng pelan, ia yakin akan mempertahankan Anastasya.

"Oh ya? Kamu serius kan?" tanya mamanya yang cukup terkejut mendengar jawaban putranya, begitupun dengan suaminya.

"Iya, Ma. Setelah memikirkannya semuanya, aku jadi sadar kalau sikapku pada Anastasya sudah sangat keterlaluan. Aku ingin meminta maaf dan memperbaiki semuanya, aku harap dia masih mau menerimaku, Ma." Rehan berujar jujur, membuat Mama dan papanya tersenyum lega mendengarnya.

"Baguslah. Sekarang kamu temui Anastasya ya, dia lagi istirahat di kamar kamu sekarang. Perutnya semakin membesar dan kelahirannya juga semakin dekat, jangan buat dia kepikiran apalagi sampai setres seperti kemarin."

"Iya, Ma. Aku ke kamarku dulu," pamit Rehan ke arah orang tuanya yang tersenyum lega melihat perubahan sikapnya.

"Syukurlah, Pa, akhirnya Rehan dan Anastasya bisa bersama lagi, Mama harap mereka bahagia dan enggak jadi bercerai." Veronica mendudukkan tubuhnya di dekan suaminya yang mengangguk tanda setuju.

"Iya, Ma. Papa juga berharap seperti itu," jawabnya sembari tersenyum, begitupun dengan istrinya.

Di sisi lainnya, Rehan membuka pintu kamarnya dan mendapati Anastasya tengah duduk di tepi ranjang, sedangkan ekspresinya justru tampak gelisah seolah sedang ada yang dia pikirkan.

"Anastasya," panggil Rehan lalu menghembuskan nafas panjangnya, ia ingin mempersiapkan diri untuk meminta maaf.

"Re-rehan, kamu pulang?" Anastasya bertanya dengan nada kekhawatiran, yang tentu saja mendapatkan tatapan keheranan dari mata Rehan.

"Iya. Memangnya kenapa?"

"Bukannya kamu ingin kembali dengan Sinta. Kamu bilang, kamu juga ingin menceraikan aku kan?" Anastasya bertanys ragu, namun Rehan justru tersenyum lalu duduk di sampingnya.

"Aku memang sempat berpikir seperti itu, tapi aku urungkan." Rehan menjawab jujur, namun justru membuat Anastasya merasa kian gelisah.

"Tapi kenapa? Aku pikir kamu sudah kembali dengan Sinta, ponsel kamu juga enggak bisa dihubungi beberapa hari ini."

Second mate (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang