Part 02

3.1K 168 1
                                        

Part 02

Sinta meluruhkan tubuhnya di bahu jalan, saat menyadari mobil yang Rehan tumpangi dengan selingkuhannya melaju pergi setelah melewatinya. Sinta tidak sanggup lagi menahan rasa sakit di hatinya, air matanya seketika itu tumpah di saat itu juga.

Sinta menangis sembari memukuli dadanya yang terasa sesak, meratapi nasibnya yang kurang beruntung. Selain karena penyakit yang dideritanya, ia juga harus mengikhlaskan lelaki yang sangat dicintainya untuk wanita lain.

Andai saja wanita itu tidak hamil dan belum menikah, mungkin Sinta akan meminta dan memohon agar mereka berpisah. Sinta juga akan memaafkan Rehan dan mengatakan yang sebenarnya kenapa dirinya belum juga hamil sampai sekarang. Namun sayangnya semua terjadi jauh dari ekspetasinya, lelaki yang sangat dicintainya itu nyatanya sudah jauh melangkah.

Hal yang paling menyakitkannya lagi, suami dan mertuanya juga bersekongkol di belakangnya, mereka berbohong dan berpura-pura seolah semua sedang baik-baik saja. Namun fakta memang terkadang lebih menyakitkan dari apa yang kita duga, mereka sama-sama menyembunyikan perselingkuhan putranya dan bahkan mendukung pernikahan keduanya.

Sinta masih terus menangis, dadanya yang terasa sesak semakin terasa sakit saat perutnya tiba-tiba nyeri. Sinta tahu penyakit di tubuhnya sedang kambuh sekarang, ia butuh obat untuk meredakan rasa sakitnya, namun saat ia memeriksa tasnya, ia justru tak mendapati obat itu di dalam.

"Aku lupa bawa obat, bagaimana ini?" keluh Sinta kesakitan, rasanya ia tidak sanggup untuk terus berjalan, sedangkan di perumahan ini jarang sekali taksi yang lewat, mustahil untuk menemukannya.

"Akh, sakit ...." Sinta meremas perutnya, sedangkan air matanya terus mengalir membasahi wajahnya, tubuhnya juga melemah Sinta merasa tak sanggup lagi untuk menopangnya.

Di sisi lainnya, seorang lelaki tengah menyetir mobilnya bersama dengan kedua putra kembarnya yang masih berumur tujuh tahun. Mereka baru saja pulang dari tempat sekolah, mereka juga banyak mengobrol selama di perjalanan, tak jarang mereka saling melemparkan candaan dan tertawa bersama.

"Pa, berhenti!" Salah satu dari putranya merengkuh lengan lelaki tersebut dan memintanya untuk menghentikan mobilnya.

"Ada apa, Ethan?" tanya lelaki itu sembari memelankan laju mobilnya lalu menatap ke arah putranya, yang tampak memerhatikan sesuatu di belakang.

"Ada apa, Kak?" tanya Evan, adik kembar dari Ethan yang tengah duduk di kursi bagian belakang.

"Ada yang butuh bantuan, Pa."

"Siapa?"

"Enggak tahu, kita bantu ya, Pa?"

"Iya. Tapi mana orangnya?"

"Di belakang, Pa. Coba Papa mundurin mobilnya!"

"Iya, sebentar." Lelaki yang bernama Jonathan itu memundurkan mobilnya dan baru menyadari ada seseorang yang sedang butuh bantuannya, tepatnya seorang wanita yang terlihat sedang kesakitan.

"Kalian tunggu di dalam ya? Papa mau bantu Tante itu, kayanya dia lagi kesakitan perutnya." Jonathan menatap kedua putranya, sedangkan mereka hanya mengangguk dan mengiyakan.

Jonathan langsung buru-buru turun dari mobilnya, lalu menghampiri wanita yang tengah duduk di bahu jalan, sedangkan tangannya seperti sedang menahan rasa sakit di bagian perutnya.

"Maaf, apa ada yang bisa saya bantu? Sepertinya Anda sedang kesakitan," ujar Jonathan sembari mendekat ke arah wanita tersebut, namun yang wanita itu lakukan hanya mengangguk sembari menahan sakit, sampai saat lengannya terulur ke arah tangan Jonathan, di saat itu lah matanya menutup dan tubuhnya meluruh jatuh.

Second mate (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang