Selamat malam, udah pada tidur belom nih? apa masih melek nunggu balasan chat dari doi? atau lagi nunggu DARAKA update? Tinggalin jejak dong biar semangat terus updatenya cepet deh.
Happy Reading!!!
"Nanti berhenti di luar gerbang rumah aja ya, ngga usah masuk."
"Gak, gue tau lo mau masuk dari jendela."
"Panjang ceritanya kalo gue masuk lewat pintu."
"Gue anter,"
Mana bisa nolak kalo gini caranya, kini waktunya Dara menyiapkan mental. Dara menghidupkan layar ponselnya sekadar melihat jam, ternyata sudah pukul 12.30. Pantas saja jalanan sudah sangat sepi, sesepi hatinya. Ah semenjak Dara mengusir Raka, keduanya tak pernah ketemu. Apa Raka marah ya? Lah lkenapa sih Dara peduli? Biasanya juga bodo amat. Ini sih gara-gara bahas hati yang sepi. Hm tapi apa hubungannya dengan Raka? Taulah, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.
"Lah udah sampe?" Dara melihat ke kanan-kiri, benar ini rumahnya.
"Udah lah, lo nya aja yang dari tadi nglamun. Gue suruh keluar buat mbukain gerbang aja ngga bisa diganggu gugat." ucap Willy sembari mematikan mesin mobilnya.
Dara hanya menyengir tak berdosa, sebegitu serius kah Dara memikirkan tunangannya? Tambah lagi kan pikiran Dara, kapan waktu yang pas buat menjelaskan pada empat kesatrianya bahwa dirinya sudah tunangan? Nanti kalo mereka jadi ilfeel sama gue gimana? Nanti ngga ada yang ngajak gue main gimana? Nanti ngga ada yang bantuin gue doa biar dapet motor MV Agusta gimana? Bisa-bisa otak Dara meledak, tak disangka serumit ini tunangan, kalo gini mending Dara menolak waktu itu.
"Ayo turun,"
"Dara?"
"WOY!" teriak Willy tepat di telinga Dara, membuat Dara reflek memukul lengan Willy.
"Gila ya lo? Telinga gue bisa nonfungsi nih," protes Dara.
"Siapa suruh nglamun lagi, nglamunin apa sih? Lo ngga bakal dibunuh sama nyokap lo, palingan dicekik." Willy buru-buru keluar dari mobil sebelum mendapat pukulan susulan dari Dara. Ngga bisa dipungkiri, pukulan Dara itu jauh dari rasa digigit singa. Ya walaupun Willy belum pernah digigit singa sih.
Dara yang melihat Willy keluar, buru-buru menyusulnya. Willy sudah menekan bel terlebih dahulu. Beberapa menit berlalu tapi pintu belum ada tanda-tanda akan dibukakan.
"Tuh kan udah pada tidur, gue masuk lewat jendela aja ya." ucap Dara dengan nada memelas.
"Ngga bisa," tanggap Willy dingin.
Willy kembali menekan tombol bel rumah Dara untuk kedua kalinya. Dara sudah tidak sabar ingin berlari ke samping dan memanjat pohon mangga yang berada tepat di depan kamar Dara. Pohon itu biasa digunakannya sebagai tangga darurat. Tak jarang Dara ketahuan oleh Mamahnya, sampai Mamah berniat untuk menebangnya. Untung saja tidak diberi izin oleh Papah. Papah memang penyelamat Dara.
"Gue bunyiin bel sekali lagi, kalo emang ngga dibukain, lo harus ngalah! Lo pulang dan gue manjat pohon. Oke?!"
Tepat setelah Dara berucap, pintu terbuka. Bahkan Dara belum menekan bel untuk ketiga kalinya. Willy tersenyum melirik Dara yang bungkam tak bisa menjalankan aksinya. Willy menyalimi Mamah Dara yang sepertinya memang sudah tidur. Durhakalah Dara yang membangunkan tidur Mamahnya hanya untuk membukakan pintu.
"Malam tante," sapa Willy dengan ramah.
"Kalian siapa?" ucap Mamah sambil bergeming.
"Tuh kan Mamah nglindur, udah-udah ayo masuk Mah! Gue masuk dulu ya Wil, selamat malam." Dara segera masuk seraya menarik Mamahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAKA
Teen FictionDARAKA dengan judul awal DUA RUPA SATU RASA FOLLOW DULU YA SEBELUM BACA "Bebas yang terhalang atau disiplin yang terbuang" Mungkin itu cocok untuk mengekpresikan isi dari kisah DARAKA. Dara, gadis cantik dengan tingkah yang berbeda, tak memiliki te...