2021

254 6 3
                                    

Hai ini bukan update ya, tapi kalo yang mau baca boleh, Bil cuman mau bagi-bagi kisah sepanjang tahun 2021.

Bagiku, tahun 2021 adalah tahun yang gak akan pernah terlupakan. Tahun dimana sedih, bahagia, kecewa, khawatir, senang, kehilangan, rindu, berjuang, juga stress aku rasakan.

Bahkan ingin aku ceritakan saja bingung harus mulai dari mana,

Tapi untuk mengenang 2021 kan ku ceritakan sepenggal kisah yang ku jalani sepanjang tahun ini.

Januari, bermula dari kesan pertama aku mewakili teman-teman olimpiade dari MAN 1 Tegal untuk menerima penghargaan yang diberikan oleh Kemenag Kab. Tegal dalam upacara Hari Amal Bakti ke-75 Kementerian Agama RI.

Berlanjut Februari hingga Maret, aku mengikuti banyak kejuaraan online yang diadakan oleh POSI, EduCamp, dan lainnya hingga terkumpul 8 medali kejuaraan, baik perunggu, perak, juga emas. Aku sangat bersyukur karena kegagalan di tahun-tahun sebelumnya terbayarkan.

Di samping itu, aku juga merasakan kecewa yang begitu mendalam, bulan Maret pengumuman SNMPTN. Dengan penuh harapan aku mendaftar UGM dan Unnes saat itu. Seperti yang aku bilang, pengumuman membuatku kecewa karena warna merah yang ku dapatkan.

April, bulan ini adalah bulan kenangan masa MAN ku, foto album, foto pra wisuda, dan yang pling berkesan adalah ngopi bersama di @halukopi, mengenang semua "kisah kasih di madrasah, dengan siapa? Satu kelas cewek semua." Inget ngga @constanta nyanyi lagu kisah kasih di sekolah dengan lirik di dalam  kutip?

Masih di bulan April, sebuah rasa khawatir mulai menghantui diriku, dimana aku berniat untuk pulang ke rumah namun gagal hingga 3 kali. Awalnya aku akan pulang hari Rabu, namun sayangnya ibu nyai ku jatuh sakit. Alhasil aku bersama @nafisah masih tetap di asrama. Satu hari setelahnya ibu sembuh, dan aku kembali  mengatur jadwal kepulangan hari Sabtu, dan tidak terlaksana karena hari Jum'at ibu kembali sakit. Aku tidak tega untuk meninggalkannya. Karena ini kepulangan terbesar ku, dimana aku tak lagi tinggal disana. Hari Minggu Nafisah memutuskan untuk pulang karena kondisi ibu sudah cukup membaik. Dan aku sendirian disana, santri lainnya sudah pulang semua. Ibu berpesan kepada ku, mengikhlaskan ku untuk pulang hari Senin karena hari Selasa sudah mulai puasa Ramadhan. Malam harinya, aku tidur di ndalem. Awalnya aku memang disuruh tidur di ranjang bersama ibu, namun aku tidak pantas untuk menerimanya. Alhasil aku tidur di kursi panjang. Tengah malam, aku merasakan ibu menyelimuti diriku, padahal ibu yang sedang sakit tapi aku yang diselimuti menggunakan kain tapih. Aku bangun, hanya saja aku tak berani untuk membuka mataku.
Keesokan harinya, aku pulang dengan diantar oleh pengganti ibu. Di hari sebelum-sebelumnya, ibu selalu berkata "kalau ibu sehat, ibu sama abah pengen nganter kamu pulang sampe rumah, karena kamu disini sudah 6 tahun, kepengen liat rumahmu, barang kali nanti pas kamu nikah ibu sudah tidak ada,"
Namun sayangnya kondisi ibu tidak memungkinkan untuk mengantarku, alhasil ibu memerintahkan anak-anaknya untuk mengantarku sampai pulang, kebetulan mereka adalah guru-guru ku.

Di akhir April, aku mengikuti UTBK yang bertempat di Unnes. Kesan yang tak terlupakan adalah tidur di masjid bersama 9 temanku. Kala itu kami diantar oleh abahku menggunakan mobil travel. Untuk menghemat biaya, kami berangkat malam hari-H dan bersinggah di masjid untuk sekedar solat, bebersih dan istirahat. Dingin? So pasti karena kalian tau sendiri kampus Unnes terletak di dataran tinggi. Namun, itu semua tidak menjadi penghalang untuk kami melakukan tes UTBK. Selesai tes hampir maghrib, berhubung saat itu masih bulan ramadhan, kami berbuka puasa dengan ta'jil yang ada di masjid. Setelah sholat Maghrib kami mampir Simpang Lima untuk sekedar mengisi perut juga sholat.

Mei, aku menganggapnya bulan kesedihan, kekecewaan, dan pastinya membuatku down. Tepat satu bulan kepulangan ku di rumah, aku mendapat kabar yang benar-benar tak pernah ku bayangkan. H+1 lebaran yang seharusnya hari kebahagiaan bertemu sanak saudara menyambung silaturahmi tapi tahun ini hari itu menjadi hari kesedihan. Semua rencana silaturahmi hari itu gagal semua, biasanya aku dan keluargaku silaturahmi atau desa ku biasa menyebutnya "nyadran" ke ibu nyai ku di asrama, tapi kala itu bukannya nyadran malah ta'ziyah. Hancur rasanya saat mendapat kabar ibu nyai meninggal dunia. Sekelebat dawuh-dawuh beliau saat aku masih disana benar-benar terjadi. Kalau aku tahu hal ini akan terjadi, mungkin aku akan mengundur kepulanganku agar lebih lama bersama beliau. Semua kejadian satu bulan silam memang sangat berarti bagiku, terlebih saat ibu menyelimuti diriku.
Padahal, aku sudah menyiapkan kabar membahagiakan yang akan aku ceritakan pada beliau, aku akan bercerita bahwa aku lulus dari MAN dengan predikat siswa terbaik, yang pastinya hal itu pun terjadi berkat do'a beliau.

Air mataku hampir keluar saat memberikan  kesan dan pesan di acara perpisahan MAN. Tak pernah ku bayangkan sebelumnya dapat berdiri di sana, di depan orang-orang hebat yang sangat luar biasa. Terlebih kala itu Abah ku mendampingi ku, duduk dibarisan terdepan menyaksikan anaknya diberi penghargaan kelulusan. Selepas turun dari podium, aku berlari memeluk erat abahku dan berkata, "Bah, Bilah lulus," seketika air mataku tak lagi dapat terbendung.

Hujan di bulan Juni, bukan hujan sesungguhnya. Melainkan hujan pengumuman pendaftaran universitas dan kegagalan yang ku dapat. Kata "Maaf" yang selalu ku dapat di laman pengumuman. Hari-hari ku hanya cari info SPMB - ngurus berkas - daftar - ngeluarin duit - tes - pengumuman - dan berputar kembali siklusnya ke pencarian info karena lagi-lagi aku harus "coba lagi", udah kaya tulisan dibalik gosokan ale-ale pada zamannya.

Masih di Minggu akhir bulan Juni, aku tes offline  ke dua daerah sekaligus. Aku mengikuti UTUL UGM, satu keluarga mengantarku karena jika dipikir-pikir biaya nya akan lebih mahal jika aku hanya diantar oleh abahku. Dalam hal melangkah mengejar mimpi, aku bukan tipe orang yang harus memiliki teman, aku lebih nyaman sendiri. Brebes-Yogyakarta itu cukup jauh, dan lagi2 aku menyingkat waktu, sore aku berangkat, paginya aku tes, malamnya pulang. Capek memang, apalagi selang beberapa hari aku harus kembali tes, kali ini tes SKD untuk daftar STAN. Aku mengambil tempat tes di Semarang kala itu. Benar-benar gerak cepat kalau ini, pagi buta berangkat, pagi menjelang siang tes, sehabis dzuhur sudah harus meninggalkan Semarang karena sorenya Abah ada rapat kerjaan. Keluargaku mengantar lagi dengan menyewa mobil travel.

Cerita bulan Juli masih sama tentang masuk kuliah, sampai tak sadar sudah 15 kali aku ditolak. Waw mental jelas tidak aman kala itu, padahal perjuangan tes online sudah sampai ngerjain di gubuk sawah karena di rumah ngga ada sinyal. SPMB di PTN sudah banyak yang ditutup.

Hingga akhirnya aku memutuskan untuk sekali lagi mencoba, aku daftar UIN Jakarta untuk terakhir kalinya di tahun ini, jika ditolak lagi maka aku sudah mantap untuk gap year dan memilih mencari kerja untuk modal tahun depan. Do'a ku serta semua orang yang mendukung ku terkhusus kedua orang tua ku akhirnya terkabul. Kata "Selamat" akhirnya menyapaku di awal Agustus. Segala kegiatan  ospek aku jalani, ternyata cukup lelah.

Awal September aku sudah merasakan menjadi "mahasiswa" resmi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan prodi matematika. Kegiatan kuliah yang masih secara daring terkadang membuatku sebal karena sinyal yang sering sekali tidak dapat diajak kompromi. Hal ini berlanjut hingga saat ini di akhir tahun 2021.

Sepenggal kisah di bulan November, keinginan ku menjadi guru les privat terlaksana dengan asal muasal yang tak terduga.  Drama vaksin ke-2 mengantarkan rezeki untukku. Kala itu aku vaksin di seorang bidan, aku diajak ngobrol dan singkat cerita aku ditawari untuk ngajar anaknya yang akan UAS dan mendaftar ke sekolah menengah atas. Pagi hari setelah malam penawaran itu aku langsung memulai pertemuan ku. Bismillah aku jalani walau terkadang merasa lelah karena harus menggunakan sepeda. Jarah rumahku dengan rumah bidan itu sekitar 2 kilo meter, mana jalannya banyak lubang, ples terik matahari yang hareudang.

Huffft ngga kerasa ternyata sepenggal kisah 2021 telah usai. Walaupun tak semua, tapi sekiranya kisah ini sangat berarti bagiku, mengajarkan ku banyak hal untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.

Kabar baiknya lagi, di tahun 2021 cerita "Diam Tak Bisu" pernah dipinang oleh 3 penerbit, tapi Bil belum melepaskannya. (Kalian udah pada baca belum nih?)

Sebelumnya maaf jika dalam kisah ini memberikan kesan yang tak baik, aku hanya ingin menuliskannya untuk mengenang di kemudian hari barang kali tak sengaja aku lupa.

Terimakasih untuk semua pihak yang terlibat, terlebih semua universitas yang telah menolakku, tak akan ku sebutkan semua karena sudah ada di postingan sebelumnya, penolakan kalian memberi banyak pelajaran.

Teruntuk 2021, TERIMAKASIH.

DARAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang