Selamat Sore, Selamat Hari Guru Nasional.
"Ngapain sih? Gue mau pulang" ucap Dara.
"Pulang sama gue" ucap Raka datar.
"Ogah" ucap Dara seraya membalikkan tubuhnya hendak meninggalkan Dara.
Dengan cepat Raka kembali menggenggam pergelangan tangan Dara dan menariknya menuju parkiran mobil.
"Oke gue pulang bareng lo, tapi lepasin tangan gue!"
Raka kembali melepaskan tangan Dara, berjalan menuju mobilnya diikuti oleh Dara. Tatapan penggemar Raka sudah sangat panas, gosip tadi pagi berulang di siang hari.
"Kenapa lo nurut banget sih ngikutin saran Ayah lo" ucap Dara setelah mereka meninggalkan sekolah.
"Beliau orang tua gue" jawab Raka tanpa menatap Dara.
Dara mengedarkan pandangannya, meneliti isi mobil Raka yang sangat bersih dan rapi tidak seperti saat Dara mengemudi mobil. Tatapan Dara berhenti di jari Raka, sebuah cincin melingkar di jari manisnya.
"Lo selalu pake cincinnya?" tanya Dara.
Raka mengangguk.
"Emang ngga malu?" tanya Dara lagi.
Raka menggeleng.
"Emangnya ngga ada yang nanya?" sepertinya sifat kepo Dara mulai muncul di hadapan Raka.
"Ada" jawab Raka.
"Terus lo bilang apa? Bilang kalo itu cincin tunangan?"
Raka mengangguk.
"GILA LO?!"
Raka menggeleng.
"Lo ngga pegel?" tanya Dara menatap Raka.
Raka menoleh, menaikkan salah satu alisnya tanda tak mengerti maksud Dara.
"Lo ngga pegel dari tadi cuma ngangguk sama geleng-geleng?" Dara memperjelas pertanyaannya.
"Lo ngga capek?" bukan Dara yang bertanya, melainkan Raka.
"Capek? Emang gue abis ngapain?"
"Dari tadi ngomong mulu, brisik!" ucap Raka sebelum kembali fokus menyetir.
Seketika mulut Dara terkunci, enggan bicara lagi. Padahal salah satu hal yang tidak Dara suka itu berada dalam situasi canggung, apalagi hanya berdua.
"Gue ngga mau pulang" ucap Dara saat melihat jalan yang tak lama lagi menuju perumahan rumah Dara.
"Kenapa?" tanya Raka.
"Intinya gue ngga pengin pulang jam segini, gue pengin jalan-jalan." Entahlah ide dari mana Dara mengucapkan itu. Rasanya berkata tanpa dikendalikan.
"Gue mau kerja"
"Lo kerja?"
Raka mengangguk.
"Yaudah gue mau ikut lo kerja, intinya gue ngga mau pulang ke rumah sekarang" rengek Dara.
Raka menatap Dara.
"Lo ngga mau? Yaudah turunin gue sekarang gue mau main!"
Raka kembali fokus menyetir, melaju dengan kecepatan sedang.
"Lo beneran mau ngajak gue kerja?" tanya Dara yang menyadari kalau Raka tidak berbelok ke arah rumah Dara.
Raka mengangguk.
"Yes" Dara tersenyum.
"Nanti kalo ada supermarket atau indomaret atau Alfamart atau apapun itu yang jual makanan berhenti ya" ucap Dara lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAKA
Teen FictionDARAKA dengan judul awal DUA RUPA SATU RASA FOLLOW DULU YA SEBELUM BACA "Bebas yang terhalang atau disiplin yang terbuang" Mungkin itu cocok untuk mengekpresikan isi dari kisah DARAKA. Dara, gadis cantik dengan tingkah yang berbeda, tak memiliki te...