Jangan lupa vote and comentnya kak
Drrrttt ... Drrrttt ...
Ponsel Dara bergetar. Terdapat satu pesan dari Mamahnya. Dara tak membukanya. Beberapa menit kemudian, Mamahnya menelpon Dara. Mau tak mau Dara mengangkatnya.
"Halo Dara" ucap Mamah.
"Hm"
"Kamu di mana? Kok rame gitu?" tanya Mamah yang mendengar kebisingan.
"Di jalan Mah, Dara ini lagi istirahat di luar sekolah" jawab Dara berbohong.
"Awas ya kalo kamu bolos lagi" ancam Mamah.
"Hm"
"Oh iya jangan lupa pulang sekolah nanti kamu sama Raka harus fitting baju"
Hampir aja Dara lupa. Untung Mamahnya mengingatkan Dara untuk bertemu pangeran yang sebentar lagi akan menjadi tunangannya.
"Oke Mah, Dara siap" ucap Dara penuh semangat.
Entahlah, Dara juga tak mengerti mengapa tiba-tiba dirinya ingin melihat wajah seseorang yang tadi malam mengganggu pikirannya. Ini bukan kali pertamanya Dara merasa menyukai seseorang. Di SMP dulu, Dara sempat berpacaran dengan salah satu bad boy di sana. Sayangnya, Dara hanya dimanfaatkan dan diduakan. Bahkan selingkuhan mantan pacarnya itu sempat membully Dara. Hingga satu kejadian yang sampai saat ini Dara tak bisa melupakannya. Kejadian itulah yang mempertemukan Dara dengan keempat kesatria yang sangat setia menjaganya.
"Gue pulang duluan" ucap Dara kepada keempat temannya.
"Tumben" ucap Abi.
Dara tak menjawab. Dirinya segera membawa motor ninjanya menuju sekolah untuk mengambil tasnya. Biar ngga ketauan bolos oleh Mamahnya.
Dara menghentikan motornya tepat di depan gerbang sekolah. Matanya menatap sebuah mobil yang terparkir di sebrang sana.
"Ah gila, Bugatti Veyron" teriak Dara histeris melihat mobil yang membuat matanya berbinar.
"Gue harus liat tuh mobil" gumam Dara yang kemudian turun dari motornya.
Dara menyebrang jalan hendak melihat salah satu mobil termahal itu. Mobil sport Bugatti Veyron warna putih hitam yang sangat mengkilat itu sangat membuat diri Dara ingin melihatnya secara langsung.
Dara menundukkan tubuhnya agar dapat menatap wajahnya di kaca mobil tersebut.
"Ngga ada orangnya kan? Gue ngaca dulu ah" ucap Dara seraya membereskan tatanan poninya.
"Aaaaaa" teriak Dara.
Dara terkejut bukan main kala kaca yang sedang digunakan untuk bercermin itu terbuka. Malu, apalagi melihat sang pengemudi. Rasanya Dara ingin mengulang waktu. Sang pengemudi menatap Dara. Bolehkah Dara pingsan saat ini juga?
Beberapa detik kemudian, Dara menetralkan dirinya. Mencoba menatap pengemudi mobil itu.
"Lo Raka kan?" ucap Dara memastikan.
Sang pengemudi mengalihkan pandangannya. Dara ingat betul wajah Raka, dirinya tak mungkin salah.
Drrrttt ... drrrttt ...
Ponsel Raka bergetar. Raka meraih ponselnya dan mendekatkannya ke telinga Raka. Dara masih menatap Raka seraya memuji dalam Diam. Raka masih menggunakan celana abu-abu sekolahnya, hanya saja dirinya menggunakan sweater hitam untuk menutupi atasan seragamnya.
"Raka, kamu udah jemput Dara kan?" tanya Bunda di sebrang telpon. Untungnya Raka tidak menghidupkan speaker di ponselnya. Jika iya, Dara benar-benar akan pingsan mendengarnya.
"Hm" jawab Raka kemudian mematikan panggilan Bundanya.
Raka kembali menatap Dara. Dara tak mengerti apa arti tatapan itu.
"Jangan tatap gue kaya gitu, gue bisa pingsan di sini" ucap Dara terus terang.
Raka mengalihkan pandangannya dan membuka pintu mobilnya. Raka keluar dari mobil, berjalan dan berhenti tepat di depan Dara. Jantung Dara telah berdetak begitu cepat. Raka menjemput Dara satu jam sebelum bel pulang sehingga tak ada siswa lain yang menyaksikan kesempurnaan fisik Raka.
Raka membuka pintu penumpang samping pengemudi. Menatap Dara mengisyaratkan agar Dara memasuki mobilnya. Mengerti dengan maksud yang Raka berikan, bukannya masuk, Dara malah berjalan mundur menjauhi Raka. Melihat tingkah Dara, Raka hanya menaikan salah satu alisnya.
"Oke gue tau kita bakal ke butik, tapi gue ngga mau naik mobil berdua bareng lo" ucap Dara, alasannya simpel ngga pengin mati sebab menahan ketegangan duduk berdua bareng Raka.
Raka hanya terdiam.
"Lo duluan, gue bawa motor" ucap Dara seraya berlari menyebrangi jalan untuk mengambil motornya.
Melihat itu, Raka kembali masuk ke dalam mobilnya dan menghidupkan mesin untuk menuju ke butik teman Bundanya.
Sebuah motor menyelip mobil Raka dengan kecepatan cukup tinggi. Raka hanya menatap aneh sang pengendara motor yang menyelipnya. Siap lagi kalau bukan Dara.
Kalo kalian jadi Dara lebih milih naik mobil Raka atau motor sendiri nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAKA
Teen FictionDARAKA dengan judul awal DUA RUPA SATU RASA FOLLOW DULU YA SEBELUM BACA "Bebas yang terhalang atau disiplin yang terbuang" Mungkin itu cocok untuk mengekpresikan isi dari kisah DARAKA. Dara, gadis cantik dengan tingkah yang berbeda, tak memiliki te...