Part 43

590 25 1
                                    

Selamat sore, semoga reader Dua Rupa Satu Rasa sehat semuanya.

"Lo pesen apa Dar?" tanya Abi pada Dara yang sibuk dengan game di ponselnya.

"Batagor, yang pedes banget, kecapnya banyakin tapi jangan banyak banget" ucap Dara tanpa menatap Abi.

"Ngausah dijelasin kaya mau ngitung volume deh, ribet tau ngga?!" ucap Bimo yang juga akan memesan makanan bersama Abi.

"Suruh siapa nanya" gumam Dara.

"Nyesel gue nawarin beli makan" ucap Bimo.

Dara hanya terkekeh, perhatiannya masih pada ponselnya.

Seperti biasa, mereka berlima duduk di kantin saat jam istirahat.

"Dar" panggil Bagas yang duduk di depannya.

"Hm"

"Katanya lo mau cerita" ucap Bagas lagi.

"Cerita apaan? Gue bukan pendongeng" ucap Dara masih dengan jari-jarinya yang menari di layar ponsel sesekali mulutnya mengumpat tak jelas.

"Itu loh tadi pagi kenapa lo berangkat bareng Raka" ucap Bagas berhasil membuat jari-jari Dara berhenti seketika dan menatap Bagas dengan tatapan terkejut. Dara kira Bagas tak akan mengungkitnya.

"Jadi gosip lo berangkat bareng Raka itu bener?" kali ini Willy yang bertanya.

Dara masih terdiam, bingung harus jujur atau berbohong.

"Beneran?" tanya Willy lagi seraya menatap Dara dengan tatapan menyelidik, begitu pula dengan Bagas yang begitu penasaran.

Dara mengangguk.

"Kok bisa?" tanya Bagas.

"Apanya yang bisa?" bukan Dara yang berkata, melainkan Bimo yang telah kembali membawa berbagai macaman diikuti Abi.

"Itu Dara" jawab Willy.

"Dara kenapa? Bisa apa?" tanya Bimo.

"Hmm jadi gini, pas gue berangkat ban motor gue bocor terus Raka lewat dan nawarin tumpangan." Jelas Dara berbohong, mana mungkin Dara akan menceritakan bahwa Raka sengaja menjemputnya di rumah.

"Raka nawarin lo? Ngga percaya gue, secara tampang dia cuek banget mana mau nawarin kendaraan apa lagi sama lo yang urakan" ucap Willy seraya mengelus rahangnya.

"Eh sembarangan, gue punya pesona kali, mana ada yang mau nolak pesona gue" jawab Dara tak terima dengan ucapan Bagas.

"Jadi lo yang minta nebeng?" tanya Bimo yang sudah duduk di samping Bagas.

"Hah? Ya ngga lah" ucap Dara.

"Kayaknya kita ketinggalan info banyak pas beli makan Bim, gue ngga maksud apa yang dibicarain" ucap Abi pada Bimo.

"Situ aja yang ketinggalan, gue mah udah tau dari zaman nenek purba hidup" ucap Bimo.

"Emang ada zaman nenek purba? Pas gue SMP guru IPS gue bilangnya zaman manusia purba." Ucap Abi.

"Nah itu neneknya si purba, jadi sebelum si purba lahir" ucap Bimo asal-asalan.

"Gue masih kepo sama cerita Dara, lo berdua malah ribut" gumam Bagas.

"Jadi kelanjutannya gimana Dar?" tanya Bagas pada Dara.

"Udah selesai ceritanya, gue laper mau makan. Kasian tuh batagornya katanya pengin masuk ke perut gue." Ucap Dara seraya memasukan batagor ke mulutnya.

"Jadi beneran ada zaman nenek purba?" tanya Abi lagi.

"Udah ngga penting, buruan makan bentar lagi bel" ucap Willy.

"Tumben banget lo peduli sama bel" ucap Bimo.

Mereka berlima menghabiskan makanannya masing-masing sebelum memasuki kelas, padahal bel telah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu tapi mereka tidak takut hanya sekedar masuk ke dalam kelas.

Dara melangkah ke arah parkiran, niatnya ingin menebeng Willy untuk pulang. Pas di kelas pun Dara sudang bilang pada Willy dan pastinya dengan senang hati Willy memberikan tumpangan. Namun saat akan pulang, Willy harus ke ruang guru terlebih dahulu alhasil Dara berjalan sendiri ke parkiran. Belum sampai ke parkiran motor, lengan Dara ditarik oleh seseorang.

"Siapa sih lo berani tarik-tarik gue?!" seru Dara tanpa melihat seseorang yang menarik tangannya.

"Raka" ucap Dara melihat orang yang berani menyentuhnya.

"Lepas!" seru Dara seraya melihat tangan Raka yang menggenggam lengannya.

Raka melepas genggamannya menatap Dara tanpa bicara.

"Ngapain sih? Gue mau pulang" ucap Dara.

"Pulang sama gue" ucap Raka datar.


Ayo tebak, Dara mau pulang bareng Raka ngga? kasih alasannya juga ya.

DARAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang