Jangan lupa vote and comentnya kak
Hari kedua Raka sekolah di sekolah barunya alias sekolah milik orang tua tunangannya itu tak jauh berbeda dengan hari kemarin. Bahkan hari ini lebih parah. Di parkiran mobil, telah terdapat cewek-cewek memegang ponselnya menunggu pengendara Bugatti Veyron keluar dari mobilnya. Di dalam mobil, Raka menatap mereka dengan malas. Raka meraih tasnya yang diletakkan di kursi sebelahnya kemudian membuka pintu mobil. Seketika itu suasana menjadi riuh. Bahkan terdengar bidik kamera saling bersautan. Raka berjalan dengan santai tanpa memperdulikan mereka semua.
Di dalam kelas, Raka pun sangat enggan berbicara. Mungkin hanya saat ditanya oleh guru selebihnya Raka diam. Bahkan saat perkenalan kemarin, dirinya hanya menyebutkan namanya tanpa embel-embel apapun.
"Rak, kantin yok" ucap cowok yang duduk di sebelah Raka, namanya Yogi. Wakil kapten basket kelas dua belas yang kemarin mengajak Raka tanding melawan Dara.
Raka menggeleng, dibanding ke kantin Raka lebih memilih memainkan ponselnya.
"Ayolah, deket kok dari kelas kita" ucap Yogi membujuk Raka.
Raka memikirkan sesuatu hingga akhirnya dia berdiri seraya mengangguk kepada Yogi menandakan dirinya menyetujui ajakan Yogi.
"Nah gitu dong" Yogi melangkah lebih dulu diikuti Raka.
Mereka berdua memasuki kantin. Jangan tanyakan bagaimana suasananya! Jelas hancur akibat kehadiran mereka berdua. Raka yang murid baru dengan salah satu tim basket yang selalu disegani.
"Kita duduk disana" ucap Yogi seraya melangkah menuju meja yang telah dihuni oleh seorang laki-laki.
"Gimana kabar lo bro? Udah sembuh?" sapa Yogi pada sosok lelaki cukup tampan, tubuhnya atletis, rambutnya acak-acakan, baju yang dikeluarkan.
"Lumayan" ucapnya.
"Kenalin nih temen baru gue namanya Raka" ucap Yogi memperkenalkan Raka yang telah duduk di sampingnya.
"Gue Febri, mantan ketua basket" ucap cowok yang disapa oleh Yogi seraya mengulurkan tangannya pada Raka.
Raka membalasnya, "Raka" ucap Raka singkat.
"Lo nyesel kemarin kagak berangkat" ucap Yogi pada Febri.
"Kenapa emangnya?" tanya Febri.
"Kemarin gue abis tanding basket sama timnya Dara. Seru abis gila" jelas Yogi.
Mendengar nama tunangannya disebut, Raka melirik Yogi tanpa sepengetahuan siapa pun.
"Dara Agustina?" tanya Febri.
Yogi mengangguk, "Bener lah, Dara yang buat lo babak belur gitu" ucap Yogi.
Raka menyerngitkan dahinya tak mengerti maksud pembicaraan mereka. Wajah Febri memang terlihat ada bekas tonjokan di sudut bibirnya juga lebam di bagian wajahnya.
"Oh iya gue lupa ada Raka, dia kan belum kenal Dara." ucap Yogi yang melihat ekspresi Raka.
"Gue ngga mau ngasih tau banyak tentang Dara tapi gue saranin lo jangan pernah suka sama dia, bahaya!" jelas Yogi.
Raka kembali menyerngitkan dahinya.
"Tuh liat Febri, hiasan di mukanya itu perbuatan Dara" ucap Yogi.
"Why?" Raka membuka suaranya.
"Gue suka sama dia, gue nembak dia. Gue kira dia bakal terima gue tapi gue malah dihajar sama dia" jelas Febri.
"Korbannya udah banyak, ngga cuman Febri" tambah Yogi.
Raka mengangguk-angguk seraya memikirkan Dara.
"Tapi gue ngga mau nyerah, gue bakal dapetin Dara" ucap Febri dengan penuh percaya diri di depan tunangan Dara.
Raka hanya mendengarkannya tak berniat untuk berbicara.
Tinggalkan jejak kak
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAKA
Teen FictionDARAKA dengan judul awal DUA RUPA SATU RASA FOLLOW DULU YA SEBELUM BACA "Bebas yang terhalang atau disiplin yang terbuang" Mungkin itu cocok untuk mengekpresikan isi dari kisah DARAKA. Dara, gadis cantik dengan tingkah yang berbeda, tak memiliki te...