Jangan lupa vote and comentnya kak
Di dalam kamar Raka membersihkan tubuhnya. Raka ini spesies manusia yang terobsesi dengan kebersihan. Kamarnya benar-benar rapi dan bersih. Bahkan tidak ada satu poster atau foto apapun yang menghias dindingnya yang berwarna putih polos.
Setelah menyelesaikan acara mandinya, Raka merebahkan tubuhnya seraya memandang langit-langit. Entahlah, ucapan Bundanya seakan tertulis di langit-langit kamar Raka hingga Raka tak kunjung menutup matanya.
"Dijodohin?" gumam Raka.
"Ah ngga peduli" ucapnya dalam hati.
Pagi harinya Raka telah siap dengan kemeja putihnya hendak pergi ke kantor. Sebelum pergi, dirinya sarapan bersama kedua orang tuanya.
"Raka, hari ini kamu ngga usah ke kantor yah" ucap Bunda setelah menghabiskan sarapannya.
Raka menatap Bundanya penuh tanya.
"Anterin Bunda belanja" ucap Bundanya.
Raka tak langsung menjawab hingga akhirnya Raka mengangguk.
"Yaudah Ayah berangkat dulu" ucap Ayah yang kini telah beranjak dari duduknya.
Bunda juga Raka menyalimi Ayahnya dengan sopan.
"Siapin diri kamu" ucap Ayah seraya menepuk pundak Raka.
Raka hanya mengangguk walau dirinya tak mengerti betul apa yang dimaksud oleh Ayahnya.
"Kita berangkat nanti sekitar jam sembilan yah, Bunda mau nyuci dulu" ucap Bunda. Keluarga mereka memang tidak memperkerjakan seorang pembantu karena katanya Bunda masih sanggup mengurus urusan rumah, suami juga anaknya.
"Hmm" Raka kembali ke kamarnya.
Sambil menunggu jam Sembilan, Raka menghidupkan laptopnya untuk sekedar mengerjakan tugas sekolahnya. Walaupun hari ini hari minggu, tapi Raka tidak mau menyia-nyiakan waktunya. Orang sibuk mah beda.
"Raka, ayo kita berangkat. Bunda udah siap nih" ucap Bunda di balik pintu kamar Raka.
Raka yang mendengar ucapan Bundanya segera mematikan laptopnya dan segera menemani Bundanya belanja.
Sepanjang jalan saat Raka keluar dari mobilnya puluhan bahkan ratusan pasang mata kaum hawa menatapnya kagum, Raka hanya berjalan mengikuti kemana pun Bundanya belanja. Pandangannya lurus ke depan, bibis tipisnya terkatup tanpa bersuara.
Hampir tiga jam Raka mengekori Bundanya. Apa semua wanita jika sudah belanja akan seperti ini? Bolak-balik dari satu toko ke toko lainnya tanpa merasa lelah?
"Ah akhirnya selesai juga, masa di toko sana harganya tiga kali lipat mana ngga bisa ditawar lagi nah kalo di toko ini kan murah, makanya bunda beli baju sukanya di toko ini." oceh Bunda setelah membayar belanjaannya.
"Terus kenapa dari awal ngga beli di toko ini?" ucap Raka dalam hati.
"Pulang?" tanya Raka pada Bundanya yang berjalan keluar dari toko tersebut.
"No" ucap Bunda seraya menggelengkan kepala.
Raka menatap Bundanya meminta penjelasan.
"Bunda laper kita makan dulu yah?" ucap Bunda seraya tersenyum, ah rasanya Bunda ingin bermanja dengan anaknya yang jarang sekali ada waktu luang.
Raka menarik nafasnya sebelum menganggukkan kepalanya.
Mereka berdua memasuki restoran tak jauh dari toko yang baru saja mereka datangi. Mamahnya memesan banyak makanan, beda halnya dengan Raka yang hanya memesan kopi hitam.
"Kamu ngga pesen makan?" tanya Bunda.
Raka menggeleng.
"Ya ampun Raka, ini tuh udah waktunya makan siang. Kamu harus makan" protes Bunda yang melihat kelakuannya anaknya.
Raka hanya terdiam.
"Bunda pesenin ya" ucap Bunda penuh perhatian.
"Ngga usah Bun" jawab Raka.
"Pelayan" teriak Bundanya.
Beberapa detik kemudian datang seorang pelayan wanita yang masih terlihat muda.
"Saya pesan nasi, udang asam manis, nugget sayur sama jus wortel" Bunda memang paling mengerti makanan kesukaan anaknya. Sebenarnya Raka tidak suka jus wortel hanya saja Bundanya sesekali membuatkannya karena melihat Raka yang sering bergelut dengan laptop.
Pelayan itu mencatat pesanan Bunda namun tak kunjung beranjak pergi, matanya menatap Raka tak berkedip.
"Mbak" panggil Bunda.
Pelayan itu terkejut kemudian segera pergi dengan menahan rasa malu.
Jika Bundanya telah memaksa untuk suatu hal, apapun keadaannya Raka akan melakukannya. Salah satunya menghabiskan makanan yang telah dipesan Bunda untuk dirinya.
"Kamu istirahat dulu, biar nanti malam seger pas ketemu calon istri." ucap Bunda setelah memasuki rumah.
Calon istri? Rasanya aneh di telinga Raka.🌼🌼🌼
Next???
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAKA
Teen FictionDARAKA dengan judul awal DUA RUPA SATU RASA FOLLOW DULU YA SEBELUM BACA "Bebas yang terhalang atau disiplin yang terbuang" Mungkin itu cocok untuk mengekpresikan isi dari kisah DARAKA. Dara, gadis cantik dengan tingkah yang berbeda, tak memiliki te...