Selamat sore, ada yang nungguin DARAKA ngga sih? authornya abis nugas karena seminggu lagi PAS sampe lupa hari ini belum update.
Sesusai ucapan Ayahnya, hari ini Raka akan menjemput Dara untuk berangkat ke sekolah bersama. Mungkin jika Diki mengetahuinya akan berkata bahwa hari ini merupan sejarah baru khususnya bagi Raka. Berangkat bersama cewek mungkin hal biasa bagi pasangan lainnya, lain halnya dengan Raka dan Dara. Walaupun status mereka adalah tunangan, namun di hati keduanya belum ada rasa atau mungkin sebenarnya ada tapi tak menyadarinya.
"Mah, liat kunci motor Dara ngga?" seru Dara seraya mengecek seluruh tempat di kamarnya.
Tak ada jawaban dari Mamah yang masih duduk di meja makan bersama suaminya.
"Mah, Pah, liat ngga?" tanya Dara yang sudah menuruni tangga seraya menggendung tasnya.
"Apa sih Dara, udah siang sana berangkat nanti telat" ucap Papah.
"Ini mau berangkat, tapi kunci motor Dara mana?" ucap Dara kesal.
"Ilang mungkin" ucap Mamah dengan santai.
"Ilang gimana coba orang kemarin juga ada di atas meja" ucap Dara.
"Udah ah, Dara ngga mau berangkat" ucap Dara lagi.
"Sekolah kok langganan alpa" sindir Mamah.
Dara memanyunkan bibirnya seraya berfikir dimana kuci motornya.
"Pah" panggil Dara pada Papahnya.
"Kenapa?"
"Pinjem mobil dong" ucap Dara seraya mengedipkan matanya.
"Kan Papah pake ke kantor" ucap Papah.
"Kan mobil Papah ngga cuma satu" protes Dara.
"Mau Mamah pake" ucap Mamah.
"Kan masih ada satu, yang biasa Dara pake" ucap Dara membujuk kedua orang tuanya. Untuk semua kunci mobil memang disimpan oleh Papah agar tidak disalahgunakan oleh Dara.
"Akinya belum ganti, nanti mogok" jelas Papah.
"Yaudah ngga mau berangkat" ucap Dara seraya duduk di meja makan.
Ting nong ... ting nong ...
"Sana berangkat, itu jemputannya udah dateng!" ucap Papah.
"Jemputan? Dara ngga pesen gojek kok" ucap Dara.
"Diliat dulu siapa yang jemput, kamu telat Mamah ngga kasih uang jajan selama seminggu" ucap Mamah, selama ini memang yang memberi jatah uang jajan itu Mamahnya tapi menggunakan uang suaminya.
"Ngga mau"
"Dara yang nurut" ucap Papah lembut.
"Iya, iya, Dara liat" Dara bangkit dari duduknya berjalan membukakan pintu rumah karena terdengar bel berbunyi beberapa kali.
"Lo?! Ngapain?" bukannya menyambut, Dara melah memberi pertanyaan.
"Jemput lo" jawab Raka.
"Jemput gue?! Haha lo ngimpi ya? Gue bisa berangkat sendiri, ngga butuh jemputan" ucap Dara.
"Ayo!" ucap Raka seraya menarik lengan Dara untuk kedua kalinya.
Dara memasuki mobil Raka tanpa suara. Raka pun menjalankan mobil tanpa bersuara satu kata pun hingga tinggal beberapa puluh meter dari gerbang sekolah, Raka pun berkata.
"Turun dimana?" tanya Raka.
Dara menatap Raka, mencerna pertanyaan Raka.
"Di sekolah lah, gue bukan cewek yang takut dapet hujatan sampe-sampe harus turun sebelum gerbang sekolah.Tapi kalo lo yang takut atau malu, terserah lo mau nurunin gue dimana" jelas Dara.
Raka hanya terdiam seraya melajukan mobilnya memasuki gerbang sekolah. Raka takut? Bukan takut ataupun malu, bahkan tak peduli dengan ucapan orang lain.
Dara keluar dari mobil tanpa berkata apa pun. Raka pun ikut keluar dari mobil dan berjalan sekitar dua meter di belakang Dara. Jangan tanya seperti apa keadaan sekolah sekarang, pastinya heboh. Apalagi para kaum hawa yang mengidolakan Raka.
"Itu Dara? kok bisa sih bareng Raka?"
"Ada hubungan apa mereka?"
"Pemandangan langka ini mah?"
"Ngga cocok banget"
"Dara pasti pake pelet"
"Raka sama gue aja"
Dara tak peduli dengan ucapan para netizen, toh sejak dulu mereka memang ngga menyukai Dara jadi tak heran jika tak ada satu pun yang mendukungnya. Hanya satu hal yang sedang Dara pikirkan yaitu mencari alasan jika keempat kesatrianya bertanya.
"Woy Dar" belum selesai berfikir, dua sahabatnya telah menyapanya di tengah lapangan. Mana masih ada Raka yang berjalan santai di belangnya.
"Kenapa?" tanya Dara pada Bagas dan Bimo yang telah berada di samping kanan kirinya.
"Ngga kebalik tuh? Harusnya gue yang tanya, kok bisa lo berangkat sama anak baru?" selidik Bimo.
"Lo ada hubungan sama dia?" tanya Bagas seraya melirik ke belakang.
"Ngga" jawab Dara cepat.
"Lah terus kok bisa bareng?" tanya Bimo.
"Ah itu, gue mau masuk kelas dulu" ucap Dara menghindar.
"Eh bocah malah kabur!" seru Bimo yang melihat Dara berlari kea rah kelasnya.
"NANTI GUE JELASIN" seru Dara sebelum memasuki kelas.
"Aneh tuh bocah, kelas yuk, mau tidur gue" ucap Bimo pada Bagas.
"Lo sekolah cuman mau numpang molor?" tanya Bagas.
"Bisa dibilang gitu" jawab Bimo dengan santai.
"Dasar"
"Kaya situ kagak, mending gue numpang molor dari pada lo numpang berak"
"Mulut lo itu kalo ngomong ... suka bener" ucap Bagas seraya mengelus rambut Bimo sebelum akhirnya menjambaknya tanpa ampun.
"Aaakkhhh, banci lo mainnya jambak-jambakan! Main masak-masakan aja ayo gue temenin" ucap Bimo seraya menepuk lengan Bagas yang menjambaknya.
"Ayo, ngajak Abi juga biar gue dikasih tau caranya manggang orang." ucap Bagas.
"Serem banget dipanggang, emang siapa yang mau lo panggang?"
"LO!" ucap Bagas tepat di depan muka Bimo.
Jika bel masuk tidak berbunyi, mungkin mereka berdua bakal melanjutkan perdebatan aneh hingga malam hari.
Cieee berangkat bareng
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAKA
Teen FictionDARAKA dengan judul awal DUA RUPA SATU RASA FOLLOW DULU YA SEBELUM BACA "Bebas yang terhalang atau disiplin yang terbuang" Mungkin itu cocok untuk mengekpresikan isi dari kisah DARAKA. Dara, gadis cantik dengan tingkah yang berbeda, tak memiliki te...