Double update karena minggu.
"Dara?!"
Reflek Dara menoleh ke samping karena mendengar seseorang memanggil namanya.
"Willy?!" ucap Dara terkejut melihat kehadiran salah satu sahabatnya.
"Ngapain lo di sini? Tumben banget, pake baju kayak gini lagi." Ucap Willy.
Dara melihat sekeliling, sepertinya Dara aman dari jangkauan Raka yang ditinggal olehnya dan Mamah yang suka ceramah panjang lebar kali tinggi.
"Cari siapa?" tanya Willy.
"Ah itu cari Mamah" jawab Dara.
"Oh, gue sempet ngira gue lagi mimpi liat lo pake kaya gini di acara kantor gini"
"Awalnya gue juga nolak apa lagi harus pake gaun kaya gini, tapi dipaksa sama Mamah" jelas Dara seraya memanyunkan bibirnya.
"Udah ngga papa, cantik kok" ucap Willy seraya mengacak rambut Dara yang dibiarkan tergerai.
Plak
"Ngga usah diacak-acak juga rambut gue" ucap Dara seraya menabok lengan Willy yang masih mengacak rambutnya.
"Ini cincin apaan?" tanya Willy seraya menyentuh jari Dara.
Dengan cepat Dara menjauhkan tangannya.
"Ini... dipaksa Mamah juga." ucap Dara.
"Oh"
"Syukur deh Willy ngga curiga, bisa berabe gue kalo ketauan udah tunangan" ucap Dara dalam hati.
"Wil, pulang yuk. Gue bosen di sini" ucap Dara.
"Izin dulu sama Mamah" ucap Willy.
"Ogah ah, pasti ngga boleh"
"Yaudah gue juga ngga mau"
"Ah ngga asik, yaudah ayo izin" ucap Dara seraya menarik lengan Willy untuk mencari keberadaan orang tuanya.
"Mah" panggil Dara.
"Willy? Ke sini juga?" bukannya merespon panggilan Dara, Mamah lebih memilih menyapa Willy.
"Iya tan" jawab Willy.
"Mah" panggil Dara lagi.
"Kenapa sih?" ucap Mamah.
"Dara pulang dulu ya Mah sama Willy" ucap Dara.
"Hah? Ngga boleh, kamu harus pulang sama Raka" ucap Mamah, sayangnya Dara telah membawa kabur Willy sebelum Mamahnya menghancurkan rahasianya.
"Dara jangan kabur!" seru Mamah yang melihat Dara berlari meninggalkan acara.
"Kenapa Mah?" tanya Raka yang tiba-tiba di samping Mamah Dara.
"Raka? Aduh maaf banget yah, Daranya pulang." Ucap Mamah merasa bersalah.
"Ngga papa Mah" ucap Raka yang sebenarnya melihat Dara menemui Mamahnya bersama Willy kemudian pergi begitu saja.
"Nanti kalo di rumah, bakal Mamah marahin tuh anak"
Raka hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Mamah.
"Sekali lagi maaf ya" ucap Mamah.
"Ngga papa kok Mah" ucap Raka.
"Aduh kamu tuh sabar banget, yaudah Mamah mau cari Papah dulu ya" pamit Mamah yang ditanggapi anggukan oleh Raka.
Raka memilih duduk seraya menikmati minumnya dari pada harus berkeliling menyambut tamu yang hampir semua membahas urusan perusahaan. Lain halnya dengan Dara yang sudah dalam perjalanan pulang bersama Willy.
"Langsung pulang?" tanya Willy.
"Emmm, ke tempat tongkrongan aja dulu deh" ucap Dara.
"Lo yakin pake baju itu ke tempat tongkrongan?"
Dara memperhatikan bajunya yang sangat berbeda dengan kebiasaan Dara.
"Ke cafe aja deh" ucap Dara.
"Gue tadi liat lo udah makan banyak"
"Kemana aja deh, gue belum ngantuk" ucap Dara.
"Oke" Willy menepikan mobilnya.
"Kok berhenti?" tanya Dara.
"Kalo jalan terus ngga ada tujuan, cuman ngabisin bensin." Ucap Willy.
"Dasar pelit, udah kerja aja perhitungan sama bensin"
"Justru itu, gue capek kerja jadi ngga mau ngabisin uang cuman buat beli bensin."
"Terserah lo deh" Dara memalingkan wajahnya dari Willy.
Willy keluar dari mobil, membukakan pintu untuk Dara.
"Keluar yuk, di dalem mobil terus ngga enak" ucap Willy seraya tersenyum.
Dara mengikuti saran Willy, keluar dari mobil yang terparkir sembarangan di tepi jalan.
"Sini deh" ucap Willy.
"Lo mau ngajak gue bunuh diri? Lo kalo bosen hidup jangan bego dong" ucap Dara melihat Willy yang sudah berdiri di batas jalan. Mereka memang berada di flyover sehingga dapat melihat lalu lalang kendaran di jalanan yang dibawahnya.
"Sini" ucap Willy lagi.
Dara menghampiri Willy, mengikuti arah pandangan Willy yang memandang ke bawah. Sinar lampu berjalan yang dipancarkan oleh masing-masing kendaraan menjadi keindahan tersendiri di malam hari.
"Dulu, gue sering memandang keramaian jalanan di malam hari kaya gini bareng adik gue, kita saling cerita baik masa-masa kecil kita atau saling curhat tentang keseruan di sekolah, tapi semua itu hilang saat kecelakaan itu. Gue kehilangan orang-orang yang gue sayang, tapi saat gue ketemu sama lo gue seakan lihat adik gue hidup lagi. Senyum lo, tawa lo, tingkah aneh lo tak beda jauh sama adik gue." Ucap Willy masih memandang keramaian jalanan.
Dara mendengar cerita Willy dengan seksama, seakan ikut merasakan apa yang di rasa oleh Willy sehingga Dara mengelus lengan kekar Willy yang terbalut jas.
Willy memandang Dara lekat hingga akhirnya memeluk Dara penuh sayang, Dara pun membalas pelukan Willy berniat menguatkan Willy.
"Lo harus janji sama gue, sampai kapan pun lo harus jadi adik gue, lo ngga boleh tinggalin gue" ucap Willy masih memeluk Dara.
Dara mengangguk dalam pelukan Willy, "Gue janji, gue sayang sama lo, sejak pertama kali lo nolongin gue, gue udah nganggep lo sebagai kakak gue walau umur gue sama lo cuman beda beberapa bulan, tapi lo itu sosok kakak pahlawan bagi gue." ucap Dara.
Willy melepas pelukannya, memandang Dara yang sudah berkaca-kaca.
"Hei sejak kapan adik gue jadi cengeng? Air mata lo itu cuman boleh keluar karena kebahagiaan." ucap Willy seraya tersenyum.
Dara ikut tersenyum.
"Ayo pulang" ucap Willy, diangguki oleh Dara.
Sebatas adik kakak
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAKA
Teen FictionDARAKA dengan judul awal DUA RUPA SATU RASA FOLLOW DULU YA SEBELUM BACA "Bebas yang terhalang atau disiplin yang terbuang" Mungkin itu cocok untuk mengekpresikan isi dari kisah DARAKA. Dara, gadis cantik dengan tingkah yang berbeda, tak memiliki te...