Jangan lupa vote and comentnya kak, biar semangat nulisnya 😘
Seorang gadis berjalan mengendap-endap memasuki rumah layaknya maling. Namun, dari pakaiannya yang menggunakan jins sepaha, kemeja yang tak dikancing dengan kaos polos berwarna putih itu tidak bisa dikatakan maling. Apalagi dengan body goals serta paras wajah yang cantiknya di atas rata-rata. Rumah itu gelap, sepertinya memang sengaja dimatikan lampunya. Gadis itu dengan perlahan melangkahkan kakinya. Satu langkah, dua langkah, masih aman. Di langkahnya yang ketiga, rumah itu terang melihatkan semua isi ruangan. Gadis itu tersenyum manis menanggapi seseorang yang berdiri di depan saklar lampu.
“Pinternya anak Mamah, jam segini baru pulang,” ucap wanita paruh baya yang telah menggunakan piyamanya.
Gadis bak maling itu hanya tersenyum tanpa merasa bersalah.
“Au, sakit Mah” teriak gadis itu seraya berusaha melepaskan jeweran dari wanita yang menghidupkan lampu.
“Sekarang jam berapa Dara?” tanya wanita yang masih menjewer anaknya itu.
Gadis yang bernama Dara itu melirik ke arah jam yang terpasang di dinding.
“Hehe, jam satu Mah” jawabnya.
“Jam satu apa?” tanya Mamah.
“Pagi”
“Pinter, ngapain aja kamu jam segini baru pulang?” Mamah mengeraskan suara juga jewerannya.
“Aaaaau, sakit Mah, ngga abis ngapa-ngapain beneran deh” ucap Dara seraya menunjukkan kedua jari telunjuk juga jari tengahnya.
“Sakit? Iya sakit? Kamu itu cewek Dara, ngga baik pulang jam segini!” ucap Mamah.
“Ada apa sih, tengah malem gini kok arisan” ucap Pria yang juga menggunakan piyama.
“Ini loh Pah, anakmu ini jam segini baru pulang” ucap Mamah.
“Huuuaaaammmm, udah marah-marahnya besok aja. Papah ngga bisa tidur nih denger kalian, arisan kok malem-malem.” ucap Papah yang masih ngelantur.
“Bener banget tuh Mah” Dara setuju dengan Papahnya.
“Ah, ngga anak ngga bapak sama aja.” Mamah pergi meninggalkan Dara dan Papah.
Dara beranjak mendekati Papahnya.
“Thanks Pah, Dara sayang Papah” ucapnya seraya mencium pipi Papahnya.
Papahnya yang masih belum sepenuhnya sadar hanya mengangguk kemudian kembali ke kamarnya begitu juga dengan Dara.
Hampir setiap malam hal itu terjadi rumah Dara. Semua itu akibat kelakuan Dara yang selalu pulang tengah malam. Entah apa yang dilakukannya di luar sana. Jika ditanya, dirinya pasti menjawab dengan alasan bermain. Mana ada permainan yang sampe tengah malam, bahkan dini hari. Dara adalah anak satu-satunya dari pasangan suami istri bernama Toni dan Diana. Papahnya selalu mengiyakan kemauan putrinya, lain halnya dengan Diana yang selalu pilah pilih dalam hal apapun.
Dara merebahkan tubuhnya di atas kasur king size. Tubuhnya terasa pegal-pegal akibat pemainan yang telah dilakukannya. Kamar Dara sangat berbeda dengan kamar gadis seumurannya. Warna hitam putih mendominasi kamarnya, ada rak buku besar di sana, hanya saja tak pernah disentuh sedikitpun oleh sang pemilik kamar. Bukan poster oppa-oppa yang terpampang di dindingnya melainkan poster Motor MV Agusta dengan ukuran yang cukup besar. Beberapa kali Dara merayu Papahnya untuk membelikan motor impiannya itu. Sayangnya, Diana selalu melarangnya karena Dara itu perempuan dan harga motor itu terlalu mahal, sekitar setengah miliyar.
“Kapan yah gue bisa beli motor itu?” ucap Dara seraya memandang poster motor impiannya.
“Gue harus bisa dapetin tuh motor, gimana pun caranya,” ucapnya lagi.
Tak ingin lama-lama berpikir, Dara mulai menutup matanya untuk menjemput ajalnya. Eh salah, menjemput alam mimpinya.🌼🌼🌼
Next???
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAKA
Teen FictionDARAKA dengan judul awal DUA RUPA SATU RASA FOLLOW DULU YA SEBELUM BACA "Bebas yang terhalang atau disiplin yang terbuang" Mungkin itu cocok untuk mengekpresikan isi dari kisah DARAKA. Dara, gadis cantik dengan tingkah yang berbeda, tak memiliki te...