Part 56

538 34 8
                                    

Haaaaaai, apa kabar kalian?
Masih setia sama DARAKA kan???

Oh iya, Bil mau kasih tau nih, ada video perkenalan dari tokoh DARAKA loooh

Mau tau dimana?
Videonya ada di ig nya Bil ya, yaitu di ig @ulya_slsbla
Buruan gih dicek dulu, nggak bakal nyesel.

Oke, selamat membaca 🤗

Hari mulai siang namun Raka tak merasa bosan duduk sendiri menunggu panggilan dari Mamah untuk mengizinkan Raka menjenguk Dara. Getaran dari saku celananya membuat Raka sadar dari pikiran yang hanya tertuju pada sosok gadis calon pendamping hidupnya. Tertulis kata "Bunda" sebelum Raka menggeser panel berwarna hijau di layar handphonenya.

"Raka, kamu kok belum pulang?"

"Raka lagi di rumah sakit Bun,"

"KAMU KENAPA? KOK BISA DI RUMAH SAKIT? JANGAN SAMPE YA KAMU SEMBUNYIIN PENYAKIT DARI BUNDA!"

Seketika Raka menarik napas sebelum menghembuskan nya.

"Bukan Raka Bun, tapi Dara," ucap Raka dengan lembut.

"Dara? Dara calon mantu bunda?"

"Hm,"

"Dara sakit apa? Kok sampe dibawa ke rumah sakit?"

"Raka juga gak tau Bun,"

"Kamu gimana sih? Calon istrinya sakit tapi ngga tau apa-apa! Terus ngapain kamu di sana hah?"

"Nanti di rumah Raka jelasin Bun, bunda tenang yah,"

"Kamu di rumah sakit mana? Bunda yang ke situ."

Raka memberikan alamat rumah sakit yang menangani Dara.
Raka melihat ke arah ruangan Dara, di depan sana ada keempat sahabat Dara. Abi dan Bimo menyusul beberapa jam yang lalu, untung keduanya tidak menyadari kehadiran Raka, padahal mereka berjalan melewati kursi yang Raka duduki. Merasa tidak aman, Raka pindah ke kursi yang sekiranya bukan jalur menuju ruangan Dara namun tetap dapat memantau.

***

Beberapa jam berlalu namun Raka tak bosan duduk menanti sendirian, mungkin beberapa suster yang bertugas dan melihat Raka untuk sekian kalinya merasa heran, pasalnya hari sudah mulai gelap.

Beberapa jam yang lalu bundanya datang, sedikit memarahi Raka karena menurut nya Raka lalai menjaga tunangannya. Dengan tipe Raka yang tak pernah membantah, hanya terdiam. Bunda tidak sepenuhnya salah, Raka memang kurang memperhatikan calon istrinya.

Raka menghembuskan napas panjang saat melihat keempat sahabat Dara keluar dari ruangan. Sepertinya kali ini mereka benar-benar akan pulang karena mereka keluar bersamaan tak lupa membawa tasnya. Tidak seperti sebelumnya, keluar secara bergantian dan masuk lagi tanpa peduli jam besuk yang seharusnya memiliki jadwal.

Tak lama setelah mereka pergi, kedua orang tua Dara keluar dari ruangan, melihat ke penjuru lorong seperti mencari sesuatu. Saat mata Papah Dara dengan Raka saling bertemu, Papah melambaikan tangan menyuruh Raka mendekat.

"Kamu masih disini? Mamah kira kamu udah pulang," ucap Mamah sambil mengelus lengan Raka.

"Belum Mah,"

"Ya ampun setia banget kamu, bersyukur deh Mamah punya calon kaya kamu,"

"Hm, makasih atas pujiannya mah,"

"Sorry ya buat nak Raka nunggu lama, temen-temen Dara emang suka lupa waktu, kami mau ngusir pun rasanya tidak enak," ucap Papah.

"Iya ih, Mamah aja dari tadi bingung mau gimana, keinget kamu nunggu di luar,"

"Ngga papa Mah, Pah,"

"Oh iya, Mamah sama Papah mau pulang dulu, mau bawain baju ganti buat Dara karena tadi siang lupa bawa, Mamah titip Dara yah,"

"Siap Mah, Raka bakal jagain Dara semampu Raka,"

Mamah tersenyum mendengar jawaban dari Raka.

"Yaudah, kami pamit dulu ya, kalo Dara udah siuman atau ada apa-apa langsung telpon Papah ya,"

Raka mengangguk ramah.

***

Gadis yang biasanya terlihat tangguh kini terbaring di atas brankar berwarna putih biru, bibirnya yang pucat membuat auranya terlihat sangat berbeda. Raka sedari tadi tak lepas memandanginya. Ingin menyentuh namun rasanya tak pantas. Alasan itu hilang seketika saat Dara mulai tak tenang, kepalanya menggeleng-geleng tak karuan, sangat ketara rasa takut diwajahnya, padahal matanya masih terpejam.

Jelas Raka sangat panik, dia bingung harus melakukan apa. Bahkan dirinya melupakan tombol darurat, yang terlintas di pikirannya hanya lah cara untuk menyadarkan Dara. Raka memegang bahu Dara berusaha menenangkan. Sesekali dirinya menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Dara.

"Dara," panggil Raka saat mata Dara terbuka dengan suara parau akibat kekhawatirannya.

Raka diam seketika, rasanya tak menyangka dan bingung pastinya kala secara tiba-tiba Dara memeluknya erat, sangat erat.

"To-tolongin gue," ucap Dara lirih namun masih terdengar oleh Raka.

Raka tersadar, perlahan dirinya membalas pelukan Dara walaupun posisinya saat ini berdiri sedangkan Dara terlentang di atas brankar. Entah kenapa Raka merasakan kenyamanan saat memeluk Dara, Raka mengelus lembut rambut Dara, sedangkan Dara sendiri masih memeluk Raka dengan erat tanpa bersuara, hanya terdengar degup jantung yang tak teratur.

Hampir lima menit mereka berdua dalam posisi itu, bedanya kini degup jantung Dara sudah terdengar normal. Perlahan Dara melepaskan pelukannya, begitupun Raka.

"Gue takut," ucap Dara.

"Aku ada disini," balas Raka.

"Jangan pergi,"

Raka hanya tersenyum sambil mengelus rambut Dara lagi, Kimi dirinya telah kembali duduk di kursi samping brankar.

Dalam hati, Raka benar-benar bingung. Ada apa dengan Dara? Kenapa dia tiba-tiba seperti ini? Bukan kah selama ini, mereka tak sedekat itu?

"Mau minum,"

Dengan sigap Raka mengambil minum di atas meja dan membantu Dara meminumnya.

Keadaan sangat hening, keduanya hanya saling tatap dengan pikirannya masing-masing. Raka yang masih heran dengan sikap Dara dan Dara yang bingung kenapa dirinya enggan mengalihkan pandangan selain wajah cowok dihadapannya.

Selain mereka berdua, ada satu insan yang juga bingung dengan kejadian yang baru saja dilihatnya. Tak ingin mengganggu, dia membatalkan niatnya untuk mengambil barangnya yang tertinggal di dalam ruangan Dara.

***

"Halo,"

"Iya,"

"Gimana rencana kita?"

"Berhasil bahkan sangat berhasil, Dara langsung histeris dan pingsan,"

"Hahahahhahaha, akhirnya,"

"Hahahaha,"

"Sedikit demi sedikit Lo bakal gila Dara, persis apa yang Lo lakuin sama orang yang gue sayang,"

"Pastinya, dan Dara ngga jadi penghalang bagi gue,"

"Lo harus tetep waspada, tunggu perintah gue selanjutnya,"

"Siap,"

***

Sorry ya sedikit 🙏
Besok Bil kasih banyak deh kalo rame tapi, heheh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DARAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang