Part 34

782 37 0
                                    


Huyuuu update lagi, vote comentnya dong kak.

Hari sudah gelap, Raka kembali ke rumah sakit. Raka sengaja memesan satu kamar untuk Dara walau sudah diperbolehkan pulang. Raka melihat Dara terlepap dengan damai di atas brangkar. Kulitnya sudah tak semerah tadi, namun masih tersisa di beberapa bagian tubuhnya. Raka duduk di kursi samping brangkar, memandang wajah Dara yang memang cantik. Ini kali pertama Raka memandangi wajah perempuan selain Bundanya. Raka juga tak mengerti kenapa dirinya dengan mudah meluangkan waktu untuk Dara. Padahal sebelumnya Raka selalu sibuk dengan tugas sekolah juga kantor.

Drrrrttt... Drrrttt... Drrrttt...

Ponsel Dara bergetar, Raka melirik ponsel yang entah sejak kapan berada di atas meja. Tertulis nama "Bimo" di layar ponsel Dara. Raka tak menghiraukannya. Panggilan itu tak hanya sekali.

Dara membuka matanya, rasanya nyenyak sekali tidur walau di brangkar sempit. Dara menoleh ke samping kanan, sepertinya ada yang mengganggu di lengannya, pantas saja Dara merasa geli, ternyata lengannya terkena rambut Raka. Raka tidur dengan bertumpu kedua tangannya yang diletakkan di samping Dara sehingga rambutnya mengenai lengan kanan Dara.

"Pantesan gue nyenyak, ada cogan ternyata" guman Dara.

Berganti Dara yang memandangi Raka walau wajahnya tak terlihat sepenuhnya namun tetap saja terlihat tampan.

Drrrttt... Drrrttt... Drrrrttt...

Dara meraih ponselnya dengan tangan kirinya agar tak mengganggu tidur Raka.

"Kenapa Bim?" tanya Dara setelah mengangkat panggilan Bimo.

"Aelah masih tanya kenapa, gue ribuan kali telpon ngga diangkat, sok sibuk banget elah, buruan sini" ucap Bimo.

"Ngapain sih? Ganggu aja" ucap Dara, Dara yakin Bimo tak benar-benar menelponnya sampai seribu kali.

"Eh nih bocah, buruan sini" ucap Bimo dengan kesal.

"Mager ah, gue mau tidur aja"

"Tidur pala lu, buruan elah. Lo mau jadi pacarnya si tokek?"

"Ya kagaklah, gue cantik. Tokek bukan selera gue" sebenarnya Dara ingin mengeraskan suaranya mendengar ucapan Bimo namun masih tak ingin mengganggu Raka.

"Wil, nih lo aja yang bilang, ngga nurut dia sama gue" ucap Bimo pada seseorang yang masih didengar oleh Dara di ponselnya.

"Dar" panggil seseorang di sebrang ponsel yang Dara ketahui siapa pemilik suara tersebut.

"Kenapa bang? Kangen ya?" ucap Dara.

"Iya gue kangen, lo jadi kesini ngga? Kalo ngga gue yang gantiin" ucap Willy.

"Ngapain sih wil? Ngantuk nih gue. Lagian kedengerannya rame banget di situ."

"Lo lupa?"

"Lupa apa?"

"Berarti lo beneran lupa, yaudah gue aja yang gantiin."

Dara memikirkan sesuatu, tapi tetap saja dirinya tak menemukan jawaban.

"Lo tidur aja oke, yang nyenyak. Ngga usah dipikirin resikonya, nanti kalo dia maksa bilang aja sama gue, gue bakal menangin nih pertandingan." Ucap Willy dengan lembut.

"Resiko apaan sih? Terus pertandingan apa lagi?" tanya Dara.

"Ah lama, sini biar gue yang ngomong." Dara mendengar seseorang berbicara dengan Willy sepertinya merebut ponsel Bimo.

"Malem ini lo tanding sama si tokek Keenan, kalo lo kalah lo harus mau jadi pacarnya." Jelas Bagas.

"HAH?!" Dara bangkit, tak peduli dengan keberadaan Raka.

"Kenapa?" ucap Raka yang terbangun karena teriakan Dara.

"Hah enggak" ucap Dara seraya menjauhkan ponselnya. Bisa berabe kalo teman-temannya mendengar suara cowok di dekatnya.

Raka menaikkan alisnya merasa heran dengan tingkah Dara.

"Motor gue udah diambil kan? Kuncinya mana?" ucap Dara seraya berdiri dari brangkar dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

Raka memberikan kunci pada Dara, masih tak mengerti kenapa Dara terlihat sangat gugup.

"Dara woy, DARA!" teriak seseorang di ponsel Dara yang masih terhubung dengan panggilan.

"Lima menit lagi gue dateng" ucap Dara pada Bagas yang sedari tadi memanggil namanya.

"Gue harus pergi" ucap Dara seraya berlari keluar ruangan meninggalkan Raka yang masih bertanya-tanya namun enggan diutarakannya.

"Kemana?" sayang sekali, pertanyaan itu keluar setelah Dara jauh meninggalkan ruangan.


Gimana masih kangen?

DARAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang