Sebagai permohonan maaf kepada Sabina, aku menuruti apa yang dia inginkan. Khususnya malam ini, dia memintaku menemaninya ke studio pemotretan.
Sabina seorang model majalah dewasa. Dia ingin aku melihat proyek terbarunya.
Dengan setengah mengantuk, kutunggui dia yang sedang difoto. Jujur saja, aku tidak suka berdiam diri begini. Ini membuatku bosan.
"Sebentar, ya, Sayang. Satu sesi lagi, enggak apa-apa, kan?"
Sabina masuk ke dalam ruang ganti. Sepertinya dia harus mengganti kostum untuk potret selanjutnya.
Beberapa kali aku menguap. Tak lama kemudian, keluarlah Sabina dengan kostumnya. Itu pakaian pantai para bule di bali.
Kostum yang Sabina kenakan berwarna dusty dan tampak menggoda bagi yang melihat.
Sebagai laki-laki normal, itu membuatku bergairah. Namun, jujur saja, jika hanya membutuhkan sekadar gairah kepada seorang wanita maka itu tidak akan ada habisnya. Aku butuh seorang pendamping.
Dulu pertama kali melihat Sabina, aku hanya tertarik dan melakukan apapun demi mendapatkannya. Sempat berpikir, kalau dia pilihan terakhirku. Sekarang, kami sudah berpacaran selama lima tahun. Namun, kegairahanku kepadanya semakin lama semakin berkurang.
Wanita seperti Sabina banyak. Lebih cantik dan sexy darinya juga banyak. Aku rasa, menjatuhkan pilihan kepada Sabina masih kurang tepat.
Tetapi, kalau saja dia adalah Meisarah. Ah, wajah itu. Seharusnya, aku melupakannya di saat bersama Sabina. Seperti yang sudah-sudah, setiap wanita yang kukencani di tempat yang kusinggahi akan selalu berakhir lenyap di saat pulang.
Mungkinkah karena aku masih penasaran dengan Meisarah? Atau karena aku tak bisa mendapatkannya? Kutepis semua pikiran tentang Meisarah. Lebih baik aku menghabiskan waktu sebaik-baiknya dengan Sabina bukan hanya sekadar gairah tapi untuk hubungan yang lebih serius.
"Ayo, Sayang!" Kini Sabina mengajakku pulang.
Saat di perjalanan, Sabina menyarankan untuk pergi ke bar langganan kami, lalu menghabiskan malam bersama di sebuah hotel.
Aku dan Sabina memasuki bar langganan kami dan mulai memesan minuman. Beberapa saat kemudian, Sabina meminta izin ke toilet.
"Tuangkan minuman lagi untukku!" Kupinta barista menuangkan minuman yang biasa kuminum bersama Sabina.
Rasa kantuk dan pening mulai menyatu dalam kepalaku.
Dssshhhhh! Tiba-tiba gawaiku bergetar di saku celana. Ada satu pesan masuk.
Friom Waode
: Lapor Capt, katanya Meisarah dijodohkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Takdir dan Tabir
Romance"Setiap perempuan memiliki rahasianya sendiri. Setiap laki-laki ingin memecahkannya, bukan?" Noah seorang kapten kapal penasaran dengan Meisarah yang terus mengabaikannya. Dia tak percaya bagaimana gadis desa itu tak menyukainya. Sementara dia adala...