"Tidak ada tapi-tapian, pokoknya kamu harus nikah sama Sani!"
Tidak, aku tidak bisa.
"Jangan pandang fisiknya, yang penting dia lelaki baik."
Tidak, ayah, aku tidak bisa membayangkannya jika itu terjadi.
"Awal-awal mungkin sulit untukmu menerima, tapi ayah yakin rasa cinta akan tumbuh seiring waktu."
Tidak, ayah, tidak. Aku tidak yakin.
"Ingat, Mei, memilih jodoh itu kudu dilihat juga kemapanannya. Memangnya cinta bisa memberimu rasa kenyang. Cinta itu hanya berbatas paling lama enam bulan setelah pernikahan. Kau akan melihat jika beras lebih penting dari sekadar cinta."
Aku tak bisa menahannya. Tangis ini meledak-ledak. Antara kata hati dan berbakti. Rasanya ayah, ini bukan cara berbakti yang benar, kan? Apa menikah terpaksa dapat menebus jasa-jasamu?
***
"Cukup, Meisarah!" Suara ayah meninggi.
"Tidak ada waktu untuk mengeluh-kesahkan perasaanmu lagi. Jangan permalukan aku pada hari ini. Pernikahan harus berjalan dengan lancar."
Setelah permohonan dan tangis selama berminggu-minggu, tak terasa hari pernikahan pun tiba. Aku harus menerima semua ini dengan pasrah.
"Takdir tidak bisa dikendalikan, Meisarah!"
Sani Duryan, lelaki itu telah dibimbing cara mengucapkan ijab kabul. Aku yang didandani pengantin di balik kamar, hanya bisa meringis dalam hati.
Sani Duryan itu, tidak... aku tak terbiasa mengatakan kekurangan fisik orang. Tapi aku yakin, kalian ingin tahu kebenarannya.
Aku manusia biasa. Munafik jika aku sekejap mata langsung menerima orang lain. Apalagi, dia calon suami.
Apa yang bisa kuterima dari seorang Sani Duryan. Kelebihan apa yang bisa kupertimbangkan untuk menepis kekurangannya. Harta. Maaf, aku tak butuh itu meski aku tahu beras lebih penting dari cinta.
Dia. Ketika aku melihatnya pada saat pertukaran cincin. Pertanyaanku, seperti apakah wajah calon suamiku ini? Pertanyaan itu berbalik ketika aku melihatnya? Setan dalam hatiku berkata, "Lelaki macam apa yang mereka sugukan padaku ini? Apakah menurut mereka harta sudah cukup membuat perempuan sepertiku menginginkannya? Lelaki dengan matanya terbalik ke atas? Oh, Tuhan, aku tidak bermaksud menghina ciptaan-Mu."
Kata hati, hanya Tuhan yang tahu. Mana kala kukatakan semua itu. Namun, ada rasa kasihan dibenakku pada Sani. Sebenarnya, kutahu bahwa di balik kekurangannya barangkali ada kelebihan yang tak dimiliki orang lain.
Mereka tidak memperkenalkanku kepada lelaki aneh itu dengan baik. Mereka tidak memberiku waktu untuk mengenalnya terlebih dahulu. Bagaimana bisa aku sekejap menerima kekurangannya? Ia bahkan tak bisa bisa berbicara dengan benar. Kepalanya selalu bergerak ke arah kiri. Apa yang terjadi dengan lelaki itu? Penyakit apa yang dideritanya?
Lagi-lagi aku tak berdaya. Seluruh urat nadiku terbakar gejolak ronta. Sekujur tubuhku terasa menggigil. Bagaimana bisa aku dihadapkan dengan situasi ini?
Sesal. Satu sesalku. Mengapa ibu harus menikah dengan lelaki beringas ini? Setidaknya, jika ibu tetap menjanda, aku bisa bersikap layaknya anak yang lain. Menolak apa yang tidak aku inginkan. Namun, sejak kecil, kenyataan pahit sudah merundungku.
***
Setelah akad nikah di hari jumat. Jangan tanya malam pertama, karena kami masih dipisah kamar. Aku juga tidak menginginkannya.Acara resepsi akad dilakukan di hari minggu. Semua orang mempersiapkan semuanya dengan begitu mewah. Dekorasi dan masakan yang bermacam-macam.
Pengusaha tambang itu juga menghadirkan artis dari Jakarta. Penyanyi dangdut terkenal dengan bayaran tertinggi. Desaku tiba-tiba menjadi lautan manusia. Manusia dari segala penjuru datang ke desaku hanya untuk melihat sang penyanyi.
Namun, meski semua itu ditanggungjawabkan sang pengusaha tapi ia sendiri tidak bisa hadir. Ia hanya diwakili asisten pribadinya untuk memberikan restu.
Singkat cerita, acara selesai. Besok harinya, aku segera dibawa ke kediaman Sani Duryan. Seiring keberangkatanku, terdengar kabar. Sang primadona desa yang malang. Gosip itu telah menyebar luas. Masyarakat mengatakan orang tuaku sangatlah matre.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Takdir dan Tabir
Romance"Setiap perempuan memiliki rahasianya sendiri. Setiap laki-laki ingin memecahkannya, bukan?" Noah seorang kapten kapal penasaran dengan Meisarah yang terus mengabaikannya. Dia tak percaya bagaimana gadis desa itu tak menyukainya. Sementara dia adala...