Dia Lagi

9.9K 1K 21
                                    

Karena aku bangun telat, hari ini aku memilih outfit ku secara acak. Aku memilih mengenakan blouse lengan panjang berwarna tosca dengan model leher yang bulat tanpa kerah, di padu padankan dengan rok putih span selutut.

Bekerja di bidang fashion, membuat aku sedikit mempedulikan soal penampilan. Meskipun aku bukan ahli dalam fashion stylist, tapi sedikit banyak aku mengerti fashion. Tapi tidak untuk hari ini, hari ini aku tidak terlalu mempedulikan penampilanku.

Aku terus merutuki diriku sendiri, karena sedikit telat bangun. Kenapa aku yang biasa bangun setelah alarm berbunyi, pagi ini justru bangun hanya untuk mematikan alarm, lalu kembali tidur. Jadi mau tidak mau, aku harus menanggung resikonya yaitu telat. Apalagi hari ini banyak yang harus aku urus, belum lagi mobil aku yang semalam aku tinggal karena ban nya bocor.

Arghh!

Sudah bangun telat, mobil tidak ada, harus berangkat naik apa coba? agar bisa ke kantor tepat waktu.

Dahiku berkerut ketika mendengar suara tawa ibu yang cukup riang, hingga terdengar sampai ke kamar.

"Ibu ngetawain apa sih? Emang pagi-pagi udah ada acara TV yang lucu?" Tanyaku sendiri, aku masih duduk didepan meja riasku, sambil memasang pengait sepatu hills yang aku pakai.

Meraih tasku, memeriksa kembali riasan tipisku didepan cermin. Setelah dirasa cukup pas, aku siap untuk berangkat kerja.

"Ibu,, ngetawain apa-- sih?" Tanyaku memelan diakhiri, setelah apa yang baru saja aku lihat.

Bibirku membulat sempurna, bahkan aku mengedipkan mataku berkali-kali.

Tunggu dulu,, aku gak salah lihatkan?Tapi mataku masih normal kok, walaupun sedikit minus.

Aku mencoba mendekat, siapa tahu aku salah lihat. Tapi semakin dekat, aku semakin berteriak. Laki-laki yang tidak ingin aku lihat, kini sedang duduk manis di meja makan ku, mengenakan kemeja tosca, yang sialnya, kenapa warna baju kita sama.

"KAMU LAGI !! Issh,, ngapain sih disini?" Teriak ku geram, bahkan aku sampai menghentakkan kaki, saking tidak sukanya melihat dia pagi-pagi.

"Kenapa sih, setiap bertemu saya, kamu selalu bilang ngapain sih disini, memangnya gak ada lagi sambutan yang lain?" Dia berucap sambil meniru caraku berbicara.

"Kamu ngapain disini?" Tanyaku lagi, mengabaikan perkataannya.

"Saya jemput Kamu."

"Saya bukan anak TK yang harus di jemput." Kataku ketus.

"Ibu.." Aku beralih melihat Ibu yang sedang duduk di meja makan. "Ibu kok ngizinin orang asing masuk ke rumah kita." Perotesku tidak suka.

"Nak Daniel kan temen kamu, masa ibu gak ngizinin temen anak ibu masuk. Lagian Nak Daniel kesini itu punya niat baik buat nganter kamu ke kantor."

"Niat baik apaan, bikin kesel iya!" Gerutuku pelan.

Aku melirik lagi dia dengan tatapan sebal, kini dia sedang asyik mengupas apel dengan santainya. Dia kira, ini rumahnya apa? Bisa bersikap santai seperti itu, di hari pertama berkunjung kerumah orang.

"Duduk dulu,, sarapan."

"Qilla kesiangan bu, Qilla harus buru-buru." Tolakku pada ibu. Tapi Ibu malah melotot tajam kearah ku.

"Kalo kamu gak mau sarapan, setidaknya tungguin Nak Daniel selesai sarapan dulu."

Aku tercengang, mendengar perkataan ibu barusan. Apa katanya? Aku harus menunggu dia selesai sarapan?

"Memangnya Qilla baby sitter nya dia? Ih,, ogah!" Aku menggendikan bahu tak suka.

Aku melihat dia tersenyum lebar, membuat lesung pipinya makin tercetak jelas di kiri kanannya.

Ex's Invitation✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang