Not A Dream

7.2K 841 35
                                    

- Aqilla POV -

Sayup-sayup aku mendengar suara yang aku kenali, suara itu sangat dekat ditelinga ku. Dengan mata yang sulit terbuka, dan rasa kantukku yang lebih dominan, aku menikmati suara yang menyuruh ku untuk bangun itu.

"Aqilla,, hei,, bangun yuk." Suara itu terdengar lagi, sangat lembut. Kali ini aku merasakan guncangan pelan di bahuku.

Aku mengenali suara itu, itu suara Daniel. Ya, aku hapal suaranya, berat namun lembut untuk didengar.

Dalam tidurku, aku bertanya-tanya, apakah sekarang aku sedang bermimpi? Memimpikan Daniel yang sedang membangunkan ku.

Ah, andai memang benar ini mimpi, sungguh mimpi yang indah, suaranya membuat aku semakin ingin terlelap dalam tidur.

Namun anehnya, tepukan dibahuku sangat terasa jelas, dan itu semakin membuat aku penasaran untuk memastikan nya.

Aku mencoba membuka mataku secara perlahan, karena cahaya lampu disini belum bisa aku sesuaikan. Entah sudah berapa lama aku tertidur disini, namun yang pasti nyawaku belum sepenuhnya hadir.

Pemandangan pertama ketika aku membuka mata, aku melihat Daniel yang sedang menatapku juga. Tunggu dulu, sebenarnya aku sudah terbangun dari tidur atau aku sedang melanjutkan mimpiku?

Jika bukan mimpi, kenapa dia ada disini selarut ini?

"Kok, kamu ada disini?" Tanyaku dengan mulut bergumam.

Tanganku terus mengucek mataku, mencoba untuk memastikan dengan jelas apa yang sedang aku lihat sekarang. Bahwa aku sedang tidak berhalusinasi ataupun bermimpi.

Aku masih terus mencoba menyadarkan diri, dan mengumpulkan serpihan serpihan nyawaku yang sedang berkelana akibat tertidur dadakan.

"Kita pulang, udah malem, gak baik tidur disini." Sahutnya terdengar sangat nyata di telingaku.

Jadi, ini beneran bukan mimpi? Daniel yang sekarang ada dihadapanku adalah Daniel yang nyata?

Aku mencubit lengannya, hanya untuk sekadar memastikan saja.

"Aww.." Dia mengaduh, dan itu cukup membuat aku percaya dengan apa yang aku lihat.

Melihatnya meringis seperti itu, aku hanya tersenyum simpul tanpa beban. Sesuai ajakannya, aku meraih tasku, lalu aku sampirkan dipundakku.

Tidak ada obrolan lagi diantara kami sampai didepan pintu lift, karena aku masih diliputi rasa kantuk jadi itu membuat ku malas untuk berkata-kata.

"Hati-hati,," Katanya mengingatkan ku ketika aku berjalan sedikit sempoyongan memasuki lift.

Tangannya sudah siap siaga diantara kedua lenganku, untuk menjaga keseimbangan tubuhku. Dan untungnya tubuhku masih bisa aku kendalikan.

"Mobil kamu ditinggal aja disini, biar aku yang mengantar kamu pulang. Gak baik berkendara dalam keadaan mengantuk, apalagi baru bangun tidur." Ucapnya setelah pintu lift menutup dan membawa kami turun ke lantai bawah.

Awalnya aku ingin menolak tawarannya itu, karena sebelumnya aku sudah lebih dulu ditawari untuk diantar pulang oleh Mas Rangga selepas dari gudang perusahaan kami. Tapi dengan keras kepala, aku menolak tawaran Mas Rangga, dengan alasan aku tidak mau meninggalkan mobilku di kantor, dan alhasil aku berakhir ketiduran di kantor.

Tapi anehnya, ketika Daniel menawarkan hal yang sama seperti yang sudah Mas Rangga lakukan, justru membuat aku tidak bisa untuk berkata tidak. Dengan nurutnya aku hanya mengangguk atas penawarannya.

Sebenarnya dibalik aku menerima ajakan Daniel itu karena Daniel memberikan alasan yang kuat, dan aku pun menyadarinya sendiri.

Aku benar-benar sangat mengantuk, membuat aku malas untuk menyetir mobil sendiri, dari pada aku membahayakan nyawaku sendiri, lebih baik aku menerima ajakan Daniel. Toh ajakannya juga memberikan manfaat untuk aku pribadi.

Ex's Invitation✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang