- Daniel POV -
Selama kegiatan pemotretan berlangsung, aku sama sekali tidak melihat kehadiran Aqilla di ruang studio. Dia hanya datang pada saat bersamaku saja tadi selepas pulang dari makan siang, lalu dia pergi tanpa mengatakan apapun padaku, selebihnya dia tidak memunculkan batang hidungnya lagi di sini. Entah sekarang wanita itu ada dimana dan sedang apa, aku sama sekali tidak tahu. Karena aku juga tengah sibuk dengan pekerjaan ku.
Bola mataku terus mengedarkan ke penjuru ruangan, dengan harapan bisa menemukan sosok yang sedang aku cari disela-sela break foto. Namun tetap saja, pupil mataku belum menemukan tanda-tanda kehadirannya.
Meskipun setengah hari ini, bisa dibilang cukup puas bersama Aqilla karena makan siang tadi, akan tetapi tetap saja rasanya masih kurang tanpa kehadirannya sekarang. Mungkin karena kemarin-kemarin dia selalu menampakkan wajahnya walaupun tidak terlalu lama, tapi cukup sering bolak balik ke ruang studio dan itu mampu menaikkan mood booster ku.
Aku terperangah dengan pukulan tiba-tiba dibahu kananku, meskipun tidak terlalu keras dan kencang, tapi itu cukup membuat aku hampir menjatuhkan kamera yang sedang aku pegang.
"Pasti nyari Aqilla ya?" Tebaknya tiba-tiba setelah berhasil membuat aku cukup terkejut.
"Astaga Zan,, untung aja saya pegang kamera nya kenceng, coba kalo enggak, bisa jatoh." Sahutku seraya mengelus dadaku pelan, mencoba menenangkan diri dari keterkejutan.
"Hee! Sori,, gak sengaja!" Katanya sambil menampilkan cengiran riangnya.
"Aqilla lagi pergi sama Mas Rangga, ke gudang yang ada di depok." Beritahunya tiba-tiba.
"Kan saya belom nanya." Kataku bingung.
Ya, walaupun pada kenyataannya aku sedang mencari Aqilla, tapi tidak ada salahnya aku berkata demikian. Mencari tahu, kenapa Zanna bisa memberitahu aku begitu saja.
"Walaupun mulut belum bertanya apapun, tapi gelagat mu udah menjelaskan semuanya."
"Memangnya sejelas itu ya, kalau saya sedang mencari Aqilla?" Bola mataku sedikit membulat tidak percaya.
Zanna hanya menganggukkan kepalanya dengan mantap. "Jelas banget!" Ucapnya begitu antusias.
Yang aku bisa lakukan, hanya menggaruk tengkukku yang sama sekali tidak gatal, merasa sedikit malu karena telah ketahuan.
"Tapi,, cuma aku aja yang bisa nebak gelagat kamu." Tambahnya lagi seraya memberikan kekehannya diakhir kalimat.
"Jadi,, keliatan banget apa enggak nih?" Tanyaku sedikit bingung.
"Enggak,, tadi aku cuma becanda aja." Sahutnya, membuat aku mendesah lega.
"Kira-kira,, Aqilla pulangnya jam berapa ya dari gudang?" Tanyaku yang sudah mulai merasa cukup tenang.
Zanna menggendikan bahunya acuh. "Gak tau,, mungkin jam enam, atau mungkin juga lebih dari jam enam."
"Lama juga yaa.." Gumamku pelan tapi masih bisa didengar oleh Zanna.
"Kenapa, takut disalip sama Mas Rangga?" Tebaknya yang membuat keningku berkerut tidak mengerti.
Namun seketika ingatanku kembali mengingat perkataan Aqilla sewaktu keluar dari lift tadi. Dia mengatakan kalau dirinya sangat menghindari dua makhluk yang berada di dalam lift, itu berarti Aqilla sangat menghindari Mas Rangga?
Jangan bilang, kalau Mas Rangga juga memiliki rasa pada Aqilla? Maka dari itu, alasan Aqilla menghindarinya?
"Mas Rangga menyukai Aqilla?" Tebakku sedikit tidak yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex's Invitation✓
Romance[COMPLETED!] Bermula dari menghadiri acara pernikahan mantannya, Aqilla dibuat semalu-malu nya oleh tindakan sang MC. Hingga membuat semua pasang mata yang menghadiri rangkaian acara pernikahan mantannya itu menatap Aqilla dengan tatapan yang sulit...