Spoiled Man

6K 665 16
                                    

"Permisi,, gofood!"

Aku terperangah, mendengar teriakkan seseorang dari luar yang lumayan cukup keras.

Kenapa bisa aku sampai ketiduran seperti ini? Padahal niatku, hanya berbaring sebentar, sambil menunggu kang gofood datang. Namun sialnya, justru berakhir begini. Dan aku tidak tahu sudah berapa lama aku tertidur, juga aku tidak tahu sudah berapa kali kang gofood itu berteriak.

Aku menyempatkan melihat Daniel sebentar, sebelum beranjak dari tempat tidur ku. Rupanya laki-laki itu masih tertidur dengan sangat pulasnya.

"Gofood, permisi!" Teriakan itu kembali terdengar, membuat aku segera bangkit, lalu menemuinya.

Sebelum pergi, aku meraih ponselku terlebih dahulu yang sebelumnya ku simpan diatas meja riasku. Aku merutuki diriku, pada saat melihat ada 5 panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak aku kenal. Dan aku duga, sepertinya itu dari kang gofoodnya.

"Maaf ya Pak. Tadi saya ketiduran, jadi lama buka pintunya." Ucapku sedikit tidak enak.

"Iya Mba, gak apa-apa, takutnya saya salah rumah. Karena gak ada yang nyaut." Balas si bapaknya dengan sabarnya.

Aku menyengir, lalu memberikan selembar uang seratus ribuan. Seraya menerima bungkusan plastik yang diserahkan oleh petugas gojeknya.

"Gak ada uang pas gitu Mba? Atau lima puluh ribuan?"

"Gak apa-apa Pak, gak usah dikembalian."

"Lho Mba, ini kegedean kembaliannya."

"Gak apa-apa buat bapak aja. Bonus karena udah sabar menunggu." Kataku dengan jujur.

Tanpa pembahasan apapun lagi, aku segera memundurkan tubuhku, lalu menutup pintu gerbang, setelah si bapak itu mengucapkan terimakasih.

Benar-benar, aku merasa malu dan tidak enak pada si bapaknya. Bisa-bisanya aku abai akan pesananku!

***

Segera aku menaruh bubur yang sudah dibungkus oleh styrofoam, lalu mengambil mangkuk, untuk aku pindahkan buburnya kedalam mangkuk.

Sesudah itu, aku membawa nampan yang sudah ditaruh mangkuk bubur dan teh madu hangat, untuk aku bawa ke kamar.

Sedikit tidak tega sih, harus membangunkan Daniel yang sedang terlelap seperti ini. Tapi dia harus makan, karena harus minum obat penurun demam.

"Daniel,, bangun dulu yuk," tanganku menepuk pelan bahunya.

"Danieel,,"

Matanya perlahan mengerjap-ngerjap, kemudian terbuka meski sedikit menyipit.

"Makan dulu yuk, terus minum obat, nanti lanjut lagi tidurnya."

Melihat sorot matanya yang terlihat sayu itu, membuat aku tidak tega. Kemana Daniel yang ceria dan semangat? Sekarang yang terlihat hanya wajah lelah dan pucatnya saja.

Daniel pun, lantas duduk, kemudian kedua tangannya menyentuh lenganku. "Maaf ya, kalo aku merepotkan kamu."

"Apa sih. Orang sakit itu, udah wajar, kalo butuh bantuan seseorang. Kemarin-kemarin, kamu yang nemenin aku, dan sekarang giliran aku, merawat kamu."

Dahinya bertumpu pada bahuku, membuat aku berhasil menghirup wangi rambutnya.

Kenapa dia menjadi pria manja sekali jika sedang sakit?

"Kalo begini, gimana makannya nanti?" Ucapku dengan lembut.

"Coba sini liat, aku mau periksa demamnya."

Daniel menarik wajahnya, membuat wajah kami saling berhadap-hadapan. Dengan perasaan canggung, dan sedikit gemetar, aku menempelkan tanganku tepat didahinya.

Ex's Invitation✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang