Pria Gila

8.2K 908 34
                                    

- Aqilla POV -

Setelah keperluan ku di ruang desain grafis selesai, aku segera pergi ke kantin, kebetulan jam makan siang sudah berlalu 5 menit yang lalu. Sesampainya di kantin aku tidak mengambil kotak makanku, tetapi hanya mengambil beberapa buah-buahan yang sudah pihak kantin sediakan, sebelum memilih tempat duduk, aku sudah lebih dahulu membeli minuman di mesin minuman karena lagi-lagi aku selalu meninggalkan tumbler minuman ku di ruanganku, setiap kali pergi ke kantin.

Baru saja aku menyuapkan satu tusuk buah melon ke dalam mulutku, tiba-tiba saja Ansel duduk di depanku, membuat aku mengerutkan keningku.

"Aqilla,, bisa kita bicara sebentar?" Katanya, setelah duduk.

"Mau bicarain apa?" Sahutku datar.

Aku masih mencoba bersikap biasa saja, seolah-olah tidak terjadi apa-apa diantara kami. Karena aku hanya menganggap dia sebagai Brand Ambassador saja disini, jadi aku harus sedikit menghormatinya.

"Gimana kabar kamu?"

Aku menatap aneh dengan sebelah alis tertarik keatas mendengarnya bertanya hal itu padaku.

Aku mengangkat bahuku acuh. "Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja." Kataku singkat.

Dia tersenyum tipis. "Syukur deh. Kalau kamu baik-baik."

"Kenapa? Kamu gak suka kalau aku baik-baik saja? Dan kamu berharap aku tidak baik-baik saja gitu?" Tuduhku, mulai sedikit terbawa emosi.

"Bukan gitu. Justru aku seneng, liat kamu baik-baik saja. Jujur setelah kita putus, aku terus mikirin kamu."

Aku tertawa jenaka mendengar perkataannya. Sungguh pembohong yang hebat!

"Mikir,, karena kamu merasa bersalah sudah mutusin aku tanpa sebab, gitu?" Sindirku tepat sasaran.

Jujur, aku merasa senang sudah bisa mengatakan hal yang sangat ingin aku katakan padanya sedari dulu, ketika dia meminta putus waktu itu.

Dia tertunduk dalam, terlihat sangat frustasi, melihatnya seperti itu tidak membuat aku luluh dengan sikapnya.

"Aku tahu aku salah,, maka dari itu, aku minta maaf sama kamu." Ucapnya penuh penyesalan.

Lagi, aku tertawa konyol. "Telat banget! Kemana aja, setelah sembilan tahun, baru minta maaf sekarang?"

"Waktu itu aku tidak punya keberanian."

"Dan sekarang kamu punya keberanian?" Tanyaku sinis, "Tapi sayang,, aku sudah tidak membutuhkan permintaan maaf mu itu."

Ya, karena aku sudah benar-benar ikhlas akan kepergiannya sekarang. Meski butuh waktu beberapa tahun untuk pulih, tapi aku bisa bangkit dengan sendirinya tanpa kata maafnya.

Bisa dibilang, ini adalah kali pertama bagi kami duduk berdua dan mengobrol setelah sembilan tahun kami putus. Dia memutuskan aku pun tanpa ada pertemuan, dia hanya memutuskan aku lewat sms aja pada masa itu.

"Walaupun kamu udah gak membutuhkan maafku lagi, tapi aku masih ingin meminta maaf ke kamu. Aku ingin hubungan kita kembali baik, dan aku tidak ingin kamu menganggap aku hanya sebatas rekan kerja saja."

Aku tercengang! Apa katanya? Sungguh sangat tidak tahu malu sama sekali. Bisa-bisanya dengan mudah dia berkata seperti itu? Setelah apa yang sudah ia lakukan padaku dulu.

"Kamu beneran jahat ya. Gak punya hati!" Kataku lirih. "Harusnya kamu sadar diri, setelah apa yang kamu lakukan ke aku waktu itu!" Kataku tercekat, menahan amarah.

"Aku tahu aku salah, maka dari itu aku ingin kita memulai hubungan yang baru."

"Dasar gila!" Umpatku sedikit tertahan.

Ex's Invitation✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang