Wangi hidangan pagi ini cukup membuat aku menelan ludah banyak-banyak, segera ku letakkan tasku diatas kursi, kemudian aku berjalan ke kitchen set untuk mengambil gelas, sambil sesekali mengendus nasi goreng buatan ibu yang masih berada diatas wajan.
"Ibu kira kamu gak pulang." Sahut ibu yang masih setia mengaduk-aduk nasi gorengnya.
"Qilla gak se-loyal itu Bu ke perusahaan, sampe nginep di kantor!" Jawabku sambil menuangkan air putih kedalam gelas yang sudah aku bawa dari kitchen set tadi.
Aku segera duduk, dan menyiram tenggorokan ku dengan segelas air putih, katanya minum air putih di pagi hari itu menyehatkan, maka dari itu, aku tidak pernah melewatkannya.
"Abisnya ibu gak liat mobil kamu di carport. Kamu pulang naik apa?" Tanya ibu yang kali ini sambil menyodorkan sepiring nasi goreng buatannya.
Aku melipat bibirku sedikit gugup mendapatkan pertanyaan dari ibu. Pertanyaan ibu mampu membuat otakku kembali mengingat pada kejadian tadi malam.
Aish, sial! Hanya mengingatnya saja sudah membuat aku malu sendiri! Padahal belum tentu tersangkanya akan mengingat kejadian tadi malam.
"Dianter Daniel, semalem pas lembur Qilla gak sengaja ketiduran. Jadi mau gak mau, mobil, Qilla tinggal di kantor." Jawabku dengan jujur, tanpa dikurangi atau dilebihkan.
Aku melihat tatapan menyelidik dari wajah ibu, seketika perasaanku menjadi tidak enak. Aku tahu, reaksi apa yang akan ibu berikan padaku jika sudah menatapku seperti itu.
"Jangan mikir aneh-aneh dulu, masih pagi!" Cegahku, berjaga-jaga agar ibu mengurungkan niatnya.
"Katanya gak peduli,, tapi kok mau diantar pulang?" Ledek ibu yang sudah mulai menjalankan sisi jahilnya.
Aku hanya melirik sekilas dengan malas, lalu kembali acuh dengan menyuapkan satu sendok penuh nasi goreng ke dalam mulutku.
"Hati-hati,, nanti dari memanfaatkan menjadi ketergantungan lagi." Lanjutnya lagi, masih setia menggodaku.
"Ibu,, apa sih!" Bantahku, seraya menahan senyuman.
Sungguh aku sangat tidak bisa menyembunyikan senyumanku jika ibu sudah menggodaku seperti ini, apalagi dengan tatapannya yang terus menatapku dengan tatapan dalamnya, disertai seringaian jahilnya itu.
Aku tidak kuat, aku menyerah!
Ditambah sekelebat bayangan semalam terputar jelas di memori otakku, pada saat Daniel memelukku secara tiba-tiba.
Entah harus bagaimana aku bersikap jika bertemu dengannya hari ini. Dan aku berharap semoga hari ini aku tidak dipertemukan dengannya di kantor.
"Terus kalo mobil kamu di kantor, kamu naik apa dong?" Tanya ibu yang sudah mulai kembali normal.
"Naik taxi bu, tinggal ke depan gang aja udah banyak itu taxi." Jawabku sambil terus mengunyah.
Aku tidak tahu lagi, kenapa masakan ibuku sangat enak sekali, mengalahkan koki handal di restoran mewah berbintang lima.
Benar kata orang, masakan ibu selalu paling enak sepanjang masa, dan tidak ada yang bisa menandinginya.
"Memangnya Daniel gak jemput kamu? Bukannya dia yang nganter kamu pulang semalam?"
Aku berpikir sejenak, menaikkan sebelah alisku keatas, kemudian menggeleng samar.
"Enggak lah bu, emangnya Daniel sopir pribadi aku." Jawabku sekenanya.
Sejujurnya aku sangat bersyukur Daniel tidak datang untuk menjemputku pagi ini, coba kalau datang, aku tidak tahu harus bagaimana? Yang pasti hanya kecanggungan yang meliputi diantara kami berdua, atau mungkin hanya aku saja yang merasa canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex's Invitation✓
Romance[COMPLETED!] Bermula dari menghadiri acara pernikahan mantannya, Aqilla dibuat semalu-malu nya oleh tindakan sang MC. Hingga membuat semua pasang mata yang menghadiri rangkaian acara pernikahan mantannya itu menatap Aqilla dengan tatapan yang sulit...