#pengakuan Yoonbin.
"Ai."
"Hm?"
"Sayang."
"Iya kenapa, Ben?"
"Sayangnya aku."
Jihoon langsung simpen buku-buku yang baru dia pake untuk belajar, sekarang dia lagi natap Yoonbin pakai tatapan bingung.
"Kenapa sih kamu? Daritadi manggil mulu padahal udah aku jawab."
Bukannya jawab tapi Yoonbin malah diem aja dan itu makin buat Jihoon heran sama kelakuan pacarnya ini.
"Ben?"
"Aku mau kasih tau kamu sesuatu, tapi janji sama aku untuk nggak marah ya?" Tanya Yoonbin memastikan biar pacarnya itu nggak bakalan marah ataupun kaget nanti.
Jihoon makin bingung lagi. "Emang apa? Bilang aja!"
"Aku ambil kuliah di London, ai..., aku emang udah rencanain ini lama. Maaf baru kasih tau kamu sekarang. Aku punya tujuan untuk jadi dokter, dan aku ambil disana." Kata Yoonbin dengan raut mukanya yang benar-benar serius.
Kaget? Jelas. Jihoon kaget sama pernyataan dari Yoonbin, dia senang sekaligus sedih karena bakalan pisah tempat kuliah sama Yoonbin. Tapi Jihoon nggak boleh egois kan? Dia harus dukung apapun keputusan Yoonbin.
"Sebenarnya aku kaget karena ini tiba-tiba banget untuk aku, tapi aku tetap dukung keputusan kamu! Berarti kamu harus lebih serius lagi belajarnya biar nilai kamu makin bagus!" Ujar Jihoon sambil ngasih semangat ke pacarnya.
Yoonbin senyum. Dia tahu pasti Jihoon lagi nahan sedihnya sama kayak dia. Sebenernya Yoonbin juga nggak mau pisah jauh sama Jihoon tapi ini udah jalannya yang dia tentuin. Kalaupun dia ngajak Jihoon pasti susah karena Chanyeol paling nggak bisa kalau Jihoon harus sekolah jauh-jauh.
"Nangis aja sayang, jangan di tahan gitu, hm?"
Selesai Yoonbin bilang begitu, Jihoon langsung menunduk sambil terisak pelan. Harusnya dia nggak boleh keliatan sedih di depan Yoonbin, tapi Jihoon nggak bisa juga untuk bohongin rasa sedihnya.
Yoonbin senyum kecil, terus narik Jihoon kedalam pelukannya, dahi Jihoon dikecup sayang sama Yoonbin.
"Maaf ya mendadak banget kasih tahunya. Aku baru berani bilang hal ini sama kamu, ai...,"
"Jangan minta maaf! Kamu nggak salah, harusnya aku nggak boleh kekanakan begini, harusnya aku dukung kamu!" Sahut Jihoon yang suaranya kurang jelas karena mukanya dia pendam didada bidang Yoonbin.
"Tapi aku takut..., nanti kamu malah ketemu orang baru–"
"Hey mana ada? Harusnya aku yang takut. Yang suka kamu banyak bahkan sampe rela ngejar kamu kemana-mana. Sebejat bejatnya aku, aku nggak akan pernah main belakang sama orang lain. Kamu bisa pegang omongan aku, kalau aku bohong kamu bebas mau pukulin aku sepuas kamu, sayang."
Dagu Jihoon diangkat sama Yoonbin biar wajah manis itu bisa dia lihat lebih jelas.
Jihoon bisa lihat tatapan mata tulus dari Yoonbin untuk dia, tatapan tulus yang benar-benar khusus untuknya, mata tajam yang terkesan dingin dimata orang lain tapi berbeda kalau udah sama orang terkasih.
Yoonbin berani bersumpah. Dia benar-benar sayang banget sama Jihoon, baginya Jihoon itu matahari yang selalu buat dia senyum terus menerus. Bahkan Yoonbin selalu bersyukur bisa punya pacar kayak Jihoon.
Hatinya bakal selalu untuk Jihoon. Hanya buat Jihoon. Bukan yang lain.
"Aku tahu. Hubungan jarak jauh bakalan susah, tapi kalau kita saling percaya satu sama lain pasti akan mudah. Dan ada juga waktu dimana kita bakal sibuk sama kegiatan kita masing-masing, tapi jangan buat itu sebagai penghambat. Kalau senin sampai jumat nggak ada kabar, berarti kita bisa pakai sabtu dan minggu. Saling percaya, oke?"
Jihoon mengangguk. Terus tangannya terangkat untuk menarik sisi pipi Yoonbin, dan menempelkan bibirnya di bibir milik Yoonbin.
Note.
Kedepannya aku pastiin kalian bakal kesel sama jihoon hahaha.
Yang nungguin nc, sabar ya. Ada kok, tapi nanti (∩´∀'∩)*゜