Brak!
"Gila emang!" Jihoon berdecak sambil melemparkan map yang dia pegang dengan penuh perasaan kesal. Dan itu membuat Haechan yang tadinya sedang makan jadi terkejut.
"Lo kenapa sih anjir!? Buat kaget aja!"
Jihoon tidak menjawab tapi dia hanya diam sambil mengontrak rasa emosinya.
"Bos lo tuh ya anjing banget! Masa berkas yang udah gw kerjain harus di buat ulang lagi!? CAPEK!"
Haechan memukul pelan pundak Jihoon sambil meembekap mulut berisik temannya itu. "Jangan teriak! Ntr ketauan! Lagian itu bos lo juga."
Akhirnya Jihoon cuma bisa mendengus kesal sambil meratapi nasib yang harus bergerak untuk membuat laporan baru agar bosnya tidak memarahinya seperti tadi.
Omong-omong. Jihoon sudah bisa berdamai dengan semuanya bahkan semua masalah dimasa lalu juga sudah dia selesaikan dengan kepala dingin.
"Daripada lo stress gini, mending beresin tuh barang-barang lo terus kita balik! Udah jam pulang ini!"
-
Jihoon merebahkan dirinya dikasur empuk kesayangan lalu memejamkan matanya karena merasa lelah dengan hari ini. Dia juga sudah membersihkan diri jadi ini saatnya dia beristirahat dengan tenang tampa bayang-bayangan sang atasan yang menurutnya sangat seram itu.
"Kangen ben...., kapan dia pulang?" Jihoon berbisik sambil menahan rada rindunya yang sudah sangat dia pendam selama 4 tahun belakangan ini.
"Aku kangen kamu, tolong datang ke mimpi ku ya?"
"Ngh."
Jihoon menggeliat dalam tidurnya sambil berusaha menjauhkan sesuatu yang sedang mendarat di bibirnya.
Bahkan Jihoon sendiri tidak bohong kalau dia merasakan bagian bokongnya yang terasa perih namun nikmat diwaktu yang bersamaan.
Tunggu sebentar. Apa dia sedang mimpi basah?
Jika memang betul dia mimpi basah tapi seharusnya tidak sampai membuat dia merasakan nyata dengan segala sentuhan yang sedang dia rasakan. Jadi untuk memastikan ini betulan mimpi basah atau nyata akhirnya dengan cepat dia membuka matanya dan betapa terkejutnya dia saat melihat Yoonbin yang berada di atasnya sambil menggerakkan pinggulnya dengan tempo sedang.
"Yoonbin! – akh!"
"Oh? Kebangun ya?"
Rasanya dia ingin sekali Memberhentikan semua ini dan memeluk Yoonbin sekaligus memarahinya tapi rasanya tidak bisa karena Yoonbin yang sangat tiba-tiba mempercepat temponya.
"Mmmhhh, Yoonbinh."
Diam-diam Yoonbin tersenyum kecil sambil menatap wajah manis yang tampak terlihat pasrah dibawah kungkungannya.
"Kenapa sayang, enak ya?"
Jihoon tidak menjawab tapi dia semakin mempererat pelukannya dan sedikit mencakar punggung tegap milik Yoonbin dengan kukunya yang sedikit tajam.
Masabodo jika itu akan berbekas nanti.
"Yoonbin...., please! Aahhhmm."
"Kenapa sayang?"
"Bastard! Aaahh...,"
Niat protes Jihoon digagalkan dengan aksi liar bibir Yoonbin yang sedang bermain di kedua bahu putih Jihoon, turun ke dada dan menjilati kedua nipples merah muda si manis yang menegang.
"A-ah, ah, Yoonbin...,"
"Fuck– ssshhh."
Desahan Jihoon semakin kencang saat Yoonbin kembali menghentakkan pinggulnya dengan tempo yang tidak sedang. Dan itu membuat kepala Jihoon pening bukan main.
"... Aaahhh... Aahhmm.. Cum! Cum!"
Beberapa hentakan berikutnya Jihoon sudah bisa kembali menghela nafas lega saat pelepasan keduanya sudah muncul.
Jihoon berfikir kalau kali ini dia bisa memarahi Yoonbin karena sudah datang tiba-tiba tanpa memberi kabar sekalipun.
"Ai..., aku nggak pake pengaman."
Mata Jihoon membelak terkejut lalu melayangkan tatapan seperti ingin membunuh Yoonbin detik itu juga.
"Ha Yoonbin, kamu–"
"Park Jihoon, ayok kita menikah."
Jihoon terbangun lalu menatap Yoonbin dengan mata berkaca-kaca. Tangannya juga terangkat untuk memegang kedua pipi milik Yoonbin dan kembali lemas bahwa orang yang berada dihadapannya ini nyata. Bukan mimpi.
"Ini beneran aku, bukan mimpi." Ucap Yoonbin karena dia tahu pasti Jihoon masih belum percaya dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
Detik itu juga Jihoon menangis, dia memeluk erat Yoonbin sambil bergumam jika dia sangat merindukan Yoonbin.
"Kapan kamu datang?"
"Sekitar jam 1 tadi, kamu lagi tidur."
"Kenapa nggak bilang!"
"Suprise? Hehe."
Jihoon menatap ke sekeliling dan dia melihat ada koper juga ada jas dokter di sudut kamarnya.
Yoonbin-nya sudah berhasil menjadi dokter.
"Hey...? Gimana jawabannya? Mau menikah sama aku? Kita buat kembali dinding dinasti yang sempat runtuh itu. Mau?" Tanya Yoonbin lagi.
"Mau Yoonbin! Aku mau!"
Nyatanya kesempatan kedua untuk mereka itu nyata. Kisah mereka sudah berakhir dengan bahagia disini.
Epilog end.
Hehe. Ayok mampir!