#malam, hujan, perpisahan.
Jihoon termenung di balkon kamar Yoonbin, mata bulatnya itu asik menatap banyaknya bintang juga bulan yang bersinar indah dimatanya.
Dia cukup sedih malam ini karena besok pagi Yoonbin harus pergi ke London untuk kuliah, cepet banget? Iya cepet. Semuanya itu nggak kerasa untuk Jihoon. Ujian udah, bahkan wisuda kelulusan SMA pun udah dan sekarang dia lagi nunggu buat mulai masuk kuliah aja, beda sama Yoonbin yang mulai lebih cepat dari dia.
"Sayang masuk, diluar hujan nanti sakit."
Badan Jihoon sedikit terjolak kaget waktu dia dengar suara Yoonbin, tapi dia menurut dan langsung masuk lagi kedalam kamar sambil menutup pintu balkon kamar Yoonbin.
"Nggak kerasa ya ben, kamu udah mau pergi aja ninggalin aku...," Ucap Jihoon. Matanya natap kearah Yoonbin yang lagi beresin kopernya itu dengan tatapan sedih.
Yoonbin noleh kearah Jihoon, senyum simpul terus jalan kearah pacarnya itu. Yoonbin sadar kalau Jihoon bentar lagi pasti bakalan nangis.
"Jangan nangis?"
Iya jangan nangis. Tapi air mata itu tetap ngalir dari mata si manis, langsung aja dia tarik tangan Jihoon dan bawa Jihoon untuk masuk kedalam pelukannya.
"Ai..., maaf? Atau gini deh, aku bisa batalin untuk pergi lanjut disana dan daftar di kampus yang sama kayak kamu, gimana?" Yoonbin nggak bohong. Kalaupun Jihoon suruh dia untuk menetap di sini dia bakal kabulin untuk Jihoon. Asalkan dia nggak lihat pacarnya ini nangis terus.
Yoonbin cukup peka kalau Jihoon sering nangis di kamar mandinya diem-diem tanpa sepengetahuan dia tapi padahal dia tahu. Dia juga tahu kenapa Jihoon sering nginep di rumahnya karena Jihoon memang belum siap di tinggal sama dia.
Jihoon langsung jauhin mukanya dari dada Yoonbin. "Nggak! Apa-apaan, gila kamu!? Udah capek-capek ini itu terus main batalin karena aku doang!? Aku...., aku cuma sedih aja ben! Bukan berarti larang kamu untuk pergi!"
Yang dimarahin cuma bisa senyum simpul terus bawa Jihoon lagi kedalam pelukannya, kening si manis juga dia kecup berkali-kali. Seakan-akan dia menunjukkan kalau dia memang beneran sayang sama Jihoon. Tulus.
"Kalau gitu jangan nangis aja, muka kamu jadi pengap ai.., mending tidur yuk? Katanya besok mau temenin aku ke bandara kan? Harus pagi-pagi loh."
Jihoon nurut langsung aja dia narik tangan Yoonbin untuk tidur juga. Tapi sebelum itu dia sempetin untuk natap Yoonbin lagi.
"Jangan lirik yang lain disana ya, harus ke aku aja pokoknya!"
Yoonbin ketawa gemes terus ngangguk. Lagi pula siapa juga yang bakal lirik yang lain? Batin Yoonbin.
'Harusnya yang bilang begitu aku, ai..' –Yoonbin.
-
Singkatnya sekarang Yoonbin Jihoon bahkan temennya Yoonbin serta keluarga pada temenin Yoonbin ke bandara, sebagai ucapan perpisahan soalnya bakal susah ketemu.
"Anak mama yang baik-baik disana ya, jangan lupa kabarin mama kalah udah sampai! Jangan nakal harus jadi anak baik sekarang! Denger nggak kamu!?" Mama Ha natap Yoonbin pake muka galaknya, walaupun sebenarnya di sorot matanya itu beliau lagi nahan sedih kalau anaknya bakalan merantau jauh di negeri orang.
Yoonbin ketawa aja waktu mamanya ngomel tapi dia nurut semua apa yang mamanya bilang ke dia.
"Iya ma, kali ini Yoonbin mau serius nggak main-main lagi."
