part 34

20 8 0
                                    

Aku tidak marah. Aku terluka. Disana terdapat perbedaan


Angin sepoi-sepoi menyapu wajah cantik wanita yang tengah berbaring direrumputan, gadis itu tersadar karena mendengar suara lantunan didalam kolam renang.

"Oi Lo gila ya? Tadi kalo kena gue gimana? Trus gue luka gimana? Lo mau tanggung jawab?!"tukasnya.

"Yaelah gak sengaja bodoh! Lagian ngapain tiduran disitu? Gak punya rumah Lo? CK kasian," ledek pria itu sembari menjulurkan lidahnya.

"Gila Lo ya! Turun Lo sini Anj!" gadis itu berlari mengejar pria itu.

Hingga akhirnya wanita itu sudah tidak kuat lagi, namun ia masih melanjutkan larinya sembari ngos-ngosan.

Stevan yang melihat Grace sudah ngos-ngosan, berjalan mendekati wanita itu.

"Nih minum dulu!" Stevan menyerahkan sebotol air mineral kepada Grace.

Grace menatap curiga botol air mineral itu "gue curiga, Lo gak masukin racun kan di minuman itu?" Tanya Grace.

"Gila Lo ya? Yaudah kalo gak mau! Gua gak maksa Lo juga! Stres Lo ya," Stevan meminum air mineral itu.

"Weh! Lo bisa gak sih? Sehari aja gak bikin gue kesel?!" Grace menjambak rambut Stevan dengan Geram.

"Heh sinting! Lepasin, sakit anjing!" Stevan mencoba melepaskan tangan Grace dari rambutnya.

"Salah sendiri! Siapa suruh Lo ngusilin gue?" Grace pergi meninggalkan Stevan yang tengah menggerutu menahan sakit.

*****

"Pa! Mau sampai kapan Oliv gak ditemukan? Oliv emang salah pa, tapi Oliv itu tetap anak kita!" Ujar Kinan frustasi.

Hendra berdiri dari duduknya, pria itu meletakkan ponselnya diatas meja "dia anak kita? Ingat Kinan, seharusnya dia tau diri! Dia cuma anak pungut!" Bentak Hendra.

Kinan cukup terkejut dengan ucapan Hendra, pasalnya pria itu tidak pernah mengatakan itu sebelumnya.

Reynan yang baru saja keluar dari kamarnya, langkah pria itu sempat terhenti dikarenakan bentakan Hendra.

"Oliv anak pungut?" Tanya Reynan sembari melirik kedua orang tuanya secara bergantian.

"Iya, adik yang selama ini kamu bela-belain itu adalah anak pungut," ucap Hendra menohok.

"Kalau Oliv anak pungut, lantas? Kenapa selama ini papa dan mama bersikap begitu baik sama Oliv?" Reynan tak habis fikir dengan kedua orang tuanya ini,

Hendra tampak menarik nafas panjang, sebelum akhirnya pria itu kembali menatap Reynan "Rey sebenarnya Papa juga nggak mau nyingkirkan dia," Hendra menghentikan ucapannya, Hendra memijat pelipisnya, dan kembali menatap lekat Reynan "dia udah buat calon adik kamu meninggal Rey!" Ucap Hendra dengan nada tinggi.

Reynan menggeleng cepat, "gak! Oliv gak kaya itu pa! Percaya sama Rey pa, Oliv adalah anak yang baik," Reynan mencoba membujuk orang tuanya.

Mata pria itu sudah memerah, ia menatap Kinan dengan tatapan memohon, namun wanita itu memalingkan wajahnya.

Reynan menghapus air matanya kasar, "jangan salahkan Rey kalau papa kehilangan anak yang ketiga kalinya," Reynan pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang terpaku.

Pria itu sangat merindukan adiknya, Reynan tak bisa membayangkan betapa pahitnya kehidupan Oliv selama ini.

Reynan tau betul bagaimana Oliv, gadis itu adalah gadis yang manja, mana mungkin dia bisa bertahan hidup?

Tak ada gunanya bagi Rey mengutuk kesalahannya, ini semua telah terjadi, Oliv sudah menghilang dari kehidupan mereka.

Gadis itu benar-benar pergi dari kehidupan keluarganya, jadi untuk apa Reynan mencarinya kembali?

"Maafin Abang Liv," lirihnya Reynan.

Isakan demi isakan keluar dari mulutnya, Oliv sudah berhasil membuat dua pria batu menangis karenanya.

Author comeback

Follow Ig: Chaptr794

Serpihan {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang