part 35

17 7 0
                                    

Pada saatnya, aku akan lupa bahwa kau adalah segalanya

Oliv kini tengah berada di sebuah cafe, ya Oliv adalah seorang barista di cafe itu.

Ditengah kesibukannya, seorang wanita yang berpakaian minim memanggil dirinya.

Oliv terkadang beralih profesi sebagai penyanyi di cefe itu jika band yang disewa berhalangan hadir.

Tentu saja Oliv tidak keberatan dengan profesi itu.

Oliv menaiki panggung kecil itu dengan percaya diri. perlahan Oliv memetik sebuah gitar ditangannya.

"Kamu tak pernah tahu bahagianya aku" Oliv menyanyikan lagu itu dengan penuh perasaan

"Setelah ku menemukan dirimu" kenangan dengan Bintang kembali berputar di ingatannya seperti sebuah kaset yang rusak

"Rasanya seperti bermimpi"

"Bisa mencintaimu"

"Yang indah haaaa...."
Air matanya mengalir tanpa permisi membasahi pipinya.

"Bila ku harus memilih"
"Antara hidup dan mati"
"Seperti aku memilih"
"Denganmu atau ku pergi"

"Haruskah aku terluka
Untuk kesekian kalinya
Tuhan cukup cukup sudah
Aku pun ingin bahagia"
Oliv sangat merindukan sosok Bintang dihidupnya, tapi apa boleh buat? Oliv sudah terlanjur terluka karena Bintang

"Dan kamu pun tak tahu hancurnya hatiku"
"Saat diriku harus melepasmu"
"Rasanya seperti terbangun dari mimpi-mimpiku"
"Yang indah haaaa...."

"Bila ku harus memilih"
"Antara hidup dan mati"
"Seperti aku memilih"
"Dengan mu atau ku pergi"

"Haruskah aku terluka untuk kesekian kalinya"
"Tuhan cukup-cukup sudah akupun ingin bahagia".

Oliv membuka matanya pelan, seketika pandangannya bertemu dengan sosok mata yang sangat ia rindukan itu

Oh God apakah ini mimpi? Bintang memandang sendu Oliv. Pria itu? Benarkah?

Oliv berlari untuk menjauh dari padangan Bintang.
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa pria itu kembali?
Tak cukupkah ia membuat Oliv terluka?

Bintang yang melihat Oliv menjauh darinya pun segera menyusul Oliv.

Bintang tau, bahwasanya maaf sudah tidak lagi berarti, tapi mau bagaimana lagi?
Bintang sudah cukup seperti orang gila karena Oliv.

Pria itu terus berlari berharap akan menemukan sosok wanita yang ia rindukan selama ini.

Usahanya tidak sia-sia, Oliv kini sudah berhenti di depannya, apakah ini adalah sebuah keajaiban?

"Oliv! Please Liv! Dengerin gue, sekali ini aja," lirih Bintang.

Hujan turun dengan derasnya seolah ikut serta dalam kesedihan dua sejoli ini. "Gue sayang sama Lo Oliv! Please jangan tinggalin gue lagi!" Bintang berjalan mendekat kepada Oliv.

Meski posisi Oliv membelakangi Bintang, namun pria itu bisa melihat dengan jelas Oliv yang sedang terisak itu.

"Liv gue-" ucapan Bintang dibantah cepat oleh Oliv.

Gadis itu membalikan badannya dan melayangkan tamparan diwajah Bintang "apa? Apa lagi? Ha? Apa lagi Bintang! gue cape Bintang!" Teriak Oliv.

"Harus berapa kali Bintang? Berbulan-bulan lamanya gue ngejar-ngejar Lo! Gue dimaki-maki, gue di hina dengan bodohnya gue, gue masih bisa merima Lo!" Nafas gadis itu memburu, sesak? Itu lah yang dirasakan oleh Oliv sekarang.

"Lo taunya apa Bintang! gue kehilangan semuanya, semua orang membenci gue! gue udah coba untuk menghilang tapi apa? Semuanya sia-sia!"

"Gue cape! Gue cape! Lo ngerti gak anjing! Gue cape!" Pekik Oliv, gadis itu memukul dada bidang milik Bintang untuk menyalurkan sesak didadanya.

"Kenapa waktu itu gue gak mati aja sih ha? Kenapa? Kenapa dunia itu gak adil? Kenapa? Gue cape," Oliv menangis sejadi-jadinya dihadapan Bintang.

"Lo ada dimana! Lo ada dimana disaat gue dibully sama Friska? Lo dimana disaat mulut gue dijejelin sampah? Lo dimana Bintang hiks." Sudah sangat lama Oliv menantikan momen ini, Oliv sangat ingin menumpahkan segala kekecewaannya terhadap semuanya namun itu semua sangat sulit.

Bintang memeluk erat tubuh Oliv didekapnya, Bintang begitu jahat membiarkan Oliv menderita.

Apakah ini rencana Tuhan untuk menjauhkan mereka?
Tapi mengapa?
Mengapa mereka dipertemukan kembali?

"Gue mohon Liv, beri gue kesempatan untuk memperbaiki semuanya, kita ulang ini dari awal ya," bujuk Bintang

Oliv mendorong tubuh Bintang hingga membuat pelukan keduanya lepas. "Lo gila? Lo pikir gue bodoh? Gue gak mau jatuh kedalam lubang yang sama Bintang!" Oliv melangkah mundur. Tangan gadis itu ia letak kan di dadanya.

"Hati gue udah terlanjur pecah Bintang, gue mati rasa," Oliv mengusap wajahnya kasar "sulit Bintang," lirih Oliv pasrah.

"Tuhan kita berbeda," lanjutnya "Puji Tuhan bagiku, dan Alhamdulillah bagimu," Oliv berlari meninggalkan Bintang.

Pria itu tidak berniat mengejar Oliv. Namun Bintang sadar, benar apa yang diucapkan oleh Oliv.

Mereka ibaratkan teluk Alaska, berdampingan namun tidak disatukan.

Mereka terlalu jauh untuk dipersatukan, ketika Bintang mengucapkan Assalamualaikum, dan Oliv membalasnya dengan Shalom.

Meski begitu, percayalah skenario Tuhan tidak akan sia-sia.

TBC

Author comeback!

Ig:Chaptr794

Serpihan {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang