Apakah melupakan mu, akan secepat aku mencintaimu?
"Eh itu Oliv bukan?" tanya Grace kepada Stevan yang tengah mengendarai mobilnya.
"Mana?" Tanya Stevan sembari celingak-celinguk mencari seorang yang tunjuk Grace.
"Yang itu lo Bambang!" Kesal Grace sembari menarik kasar rambut Stevan.
Stevan yang ditarik rambutnya itupun mendengus kesal, sebelum akhirnya pria itu mengumpat "lo kasar banget sih, oi?" Gerutu Stevan sembari menarik kasar tangan Grace.
"Lagian lo ngeselin banget sih! Lain yang ditunjuk lain yang diliat! tu kan si Olivnya udah pergi," Grace mengecutkan bibirnya.
"Jadi salah gue gitu?" Tanya Stevan tak mau kalah.
Grace tidak menggubris pertanyaan Stevan, gadis itu memasang aerphone ditelinganya dan menghadap ke jendela.
Stevan yang melihat tingkah laku adiknya itu hanya menggelengkan kepalanya, dan melanjutkan perjalanan mereka.
*****
Disisi lain, Oliv dan Adam tengah menikmati keindahan taman yang di kelilingi oleh berbagai jenis bunga ditanam itu.
Ditambah dengan sejuknya udara dan cuaca yang sepertinya sangat bersahabat dengan Oliv.
"Bunda, Adam kesana dulu ya Bunda," tunjuk Adam pada salah satu wahana permainan yang ada disebelah sana.
Oliv hanya mengangguk sembari tersenyum pertanda mengizinkan permintaan putra kecilnya ini.
Gadis itu tertegun, mengingat semua kejadian-kejadian dimasa itu, mengingat semua perbuatan orang-orang disekitarnya.
Oliv sudah cukup dewasa untuk menghadapi semua pahitnya kehidupan. Oliv kecil dulu, bukanlah Oliv yang sekarang, sudah tidak ada lagi anak kecil yang menangis meminta sesuatu.
Sudah tidak ada lagi sahabat-sahabatnya yang setia, sudah tidak ada lagi perhatian Bintang kepada seorang Oliv.
Hidup ini, semuanya bukan lagi tentang seorang Oliv yang mengejar Cinta seorang Bintang.
Bukan lagi tentang seorang pria yang selalu menolak cintanya.
Oliv dipaksa dewasa oleh keadaan, keadaan yang membawa nya untuk meninggalkan semua kenangan pahitnya.
Namun?
Entah mengapa semuanya berubah ketika Oliv melihat mata elang milik Adam yang membuatnya merasa berguna. Anak kecil yang berparas tampan dan bersikap dingin itu akan luluh ketika bersama Oliv.Oliv tersadar dari lamunannya, ketika langit sudah tidak lagi bersahabat dengannya, seolah mengusir nya untuk pergi dari tempat itu.
Tak butuh waktu lama, kota dibasahi oleh air hujan yang turun dengan begitu derasnya, Oliv segera membawa Adam pergi dari tempat itu.
Beruntungnya ada sebuah Cafe terdekat dari situ, hingga dengan terburu-buru Oliv membawa Adam untuk berteduh di cafe itu.
*****
Bintang tengah melamun disebuah cafe, sesekali pria itu mengaduk secangkir kopi yang ada dihadapannya.
Matanya tertuju pada seorang gadis yang tengah menggandeng tangan anak laki-laki. Terasa sangat familiar dengan wanita itu, mata Bintang tak henti-hentinya memandang ke arah gadis dengan anak laki-laki itu.
Yap tepat sekali.
Wanita yang selama ini ia rindukan, Oliv. Gadis itu kembali lagi, setelah kejadian dimalam itu, Oliv sudah tidak lagi bekerja sebagai barista dan mencari apartemen baru, hingga membuat Bintang susah untuk mencarinya lagi.Namun takdir berkata lain.
Kini Bintang kembali bertemu dengan gadis kesayangannya, Bintang langsung berdiri dari tempat duduknya berjalan untuk mendekati Oliv dengan anak laki-laki itu.Beberapa langkah lagi, mata Keduanya sama sama tertuju, terlihat dari mata pria itu ada sebuah penyesalan besar dimatanya. Dengan berlinangnya air mata, Bintang langsung menggenggam erat tangan Oliv, seolah tidak ingin wanita itu pergi lagi.
Oliv mencoba untuk memberontak, namun tetap saja, tenaga nya kalah kuat dari Bintang. Alih-alih terlepas, Bintang malah memeluk Oliv dengan erat.
"Gue mohon, jangan pergi." Lirih Bintang ditenga Oliv.
Adam lebih memilih untuk diam, dan menyaksikan siaran langsung yang ada dihadapannya. Tak ingin merusak suasana, Adam memilih untuk memberi kesempatan untuk keduanya.
Meski Adam hanyalah anak kecil, namun ia sangatlah pengertian. Adam sadar, jika dirinya bukanlah anak kandung Oliv.
"Oliv, maafin gue jangan tinggalin gue lagi Liv" Isaknya. Oliv terpaku didalam pelukan Bintang.
Oliv tak mampu untuk menahan air matanya, hingga membuat air matanya mengalir tanpa permisi.
"Kita ulang semuanya dari awal lagi!" bisik Bintang.
Perlahan tapi pasti, Oliv melepaskan pelukannya. "Maaf kak, kakak gak pantas untuk Oliv," ucap Oliv tersenyum manis dan mencoba beranjak pergi.
"Gue mohon Liv, maafin gue. Gue udah kaya orang yang kehilangan arah, gue cape Liv! Tolong kasih gue kesempatan Michael Olivia Verochia!" Tekan Bintang.
"Oliv udah maafin kakak kok. Jika datang untuk kembali," Oliv menjeda ucapannya sebentar "maaf Oliv gak bisa," Oliv menggandeng Adam dan pergi menjauh dari Bintang.
TBC
Ig: chaptr794
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan {On Going}
Teen Fiction"Hanya karena kita menyembah Tuhan dengan satu huruf vokal yang berbeda. Cinta kita tak mewujud bahagia untuk kita." Bintang Aditya Anggara "Aku terlalu haus kasih sayang, perhatian, hingga aku lupa bagaimana harusnya aku bersikap." Michael Olivia V...