{20}kembali

707 28 1
                                    

Happy reading....

Sorry banget aku udah gak up 2 Minggu
lebih:)

Cowok itu berlari dengan cepat menuju ke kelasnya,hatinya tidak tenang saat mendengat kabar bahwa gadisnya berangkat dengan cowok lain,apalagi cowok yang di maksud itu adalah musuhnya sendiri.

Sesampainya di kelas ia langsung menghampiri Dhea yang sedang menangkupkan wajahnya di atas meja,but wait...Aldi?

Arkan menghampiri Dhea dan segara menjauhkan Aldi yang sedang mengusap-usap bahu gadisnya itu.

"Ngapain Lo pegang-pegang cewek gue?!"ujar Arkan dengan nada elpiji.

"Gue cuma nenangin dia,dia lagi nangis"jawab Aldi seadanya.

"Sekarang ada gue,mending Lo pergi!"

"Tapi gue lebih ngerti apa yang dia butuhkan sekarang"

Mendengar itu rasanya darah Arkan berdesir 1000 kali lipat.

"Gue.pacarnya.paham?"Arkan menekankan semua kata-katanya.

"Tapi sayangnya Lo gak tau apa-apa tentang Dhea"desis Arkan tak kalah dalam.

"Gue.tau!"balas Arkan lagi.

Dhea bangkit dan menerobos kedua cowok itu dengan kasar, entah kemana tujuannya yang pasti ia harus pergi.

"Gara-gara Lo ni!"

"Lo lah,sadar diri,anjing"

••••••

Gadis itu menghirup udara secara perlahan dan mengeluarkannya secara perlahan pula,meresapi sejuknya angin yang kini membelai wajahnya.

"Hiks...." Isakan itu lolos tanpa perintah

Dhea geram dengan dirinya sendiri yang masih terus menangis sejak semalam,tapi memang berita bahwa kakeknya sedang sakit berat membuat Dhea sangat terpukul,apalagi ia sedang tidak bisa mengunjungi kakeknya karna harus bersekolah.

Sebuah pergerakan di sampingnya membuat Dhea menoleh,ia melihat Arkan duduk sambil tersenyum hangat ke arahnya.

"Ngapain di sini,hm?"

"Hiks...."

"Kenapa?ada masalah?sini cerita"

"Hiks...hiks...hiks..." Dhea semakin terisak saat Arkan menangkupkan wajahnya.

Untuk pertama kalinya Arkan melihat Dhea menangis,gadis yang Arkan anggap cuek setengah mati itu kini menangis di hadapannya.

Arkan menarik Dhea dalam pelukannya.

"Sini,nangis aja gak papa"Arkan menepuk punggung Dhea juga sesekali mengelusnya untuk membuat efek tenang pada gadis itu.

"Ka-kek hiks... aku sa- hiks... sakit"ceritanya dengan sesegukan

Arkan menganguk paham.

"Sekarang kakek di mana?"

"Aceh hiks..."

"Kamu nangis gara-gara ini?"

Dhea mengangguk.

"Aku kangen banget hiks hiks...."

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang